Anisa dan Adiknya Syila pergi mengayunkan kaki menuju taman kampus setelah mengantar ayah dan ibu Anisa pergi, duduk makan siang sambil sesekali bercerita.
Setelah selesai makan, Anisa menyentuh layar Hp miliknya dengan penuh harapan akan ada kabar darinya yang Anisa nantikan. Siapa sebenarnya aku untukmu jerit Anisa dalam hati dengan wajah yang ditekuk.
"Syila tau kakak tidak ada lagi urusan dikampus, kakak menunggu laki-laki itukan?" tanya syila yang seakan bisa membaca kondisi Anisa saat itu.
"Ntahlah dek, kakak sebenarnya juga masih mau disini" Anisa. dengan wajah yang sebenarnya tidak bisa Anisa tutupi, Sambil menatap banyak orang yg berlalu lalang dengan tatapannya yang hampa.
"Kak, adek tau kakak nunggu mas fahri kan? Mana sih orangnya? Adek penasaran seperti apa? Kenapa bisa buat kakak sebegini berharapnya? Lagian kenapa tidak kakak telfon saja?" tanya syila yang tanpa jeda seakan penasaran siapa laki-laki yg sering Anisa ceritakan padanya, karena syila memang tidak pernah bertemu dengan Fahri.
"huss adek jangan ngaco, lagian kakak juga tidak mau menelfon mas fahri" cetus Anisa, syila membalas memandangi Anisa dengan tatapan curiga.
"tapi adek bisa liat loh kak, kakak mengharapkan mas fahri datangkan, hayooo ngaku?" tanya Syila yang begitu penasaran. Pertanyaan syila mampu membuat rona merah wajah Anisa.
"Sudahlah dek, jangan dibahas, oya sudah dzuhur, temani kakak ke mushala kakak shalat sebentar" ajak Anisa pada syila yang tidak ingin syila bertanya lebih banyak lagi.
"Ya sudah yuk kak". Mengiyakan pasrah mencari kebenaran pada Anisa.
Syila merupakan adik yang Anisa angkat menjadi adiknya sendiri, usianya yang di bawah Anisa satu tahun tidak memisahkan untuk akur dan saling bercerita. Syila juga satu jurusan dengan Anisa, bukan tak jarang juga Anisa bercerita padanya tentang Fahri. Hingga Syila sedikit tau bagaimana Anisa dengan Fahri.
Semenjak Fahri menerangkan bahwa Anisa dengannya tidak akan bisa bersama tepat seminggu yang lalu, saat itu pula Anisa dan Fahri pun tidak pernah berkomunikasi lagi. Hingga dihari wisuda Anisa, walau sebelumnya pernah mengabari Fahri prihal kapan wisuda, namun Anisa juga tidak ada menyematkan kalimat mengundang Fahri untuk menghadiri hari wisudanya, bukan Anisa tidak ingin Fahri datang, hanya saja Anisa belum siap memperkenalkannya dengan orangtu Anisa. Anisa tidak ingin ayah dan ibunya berfikir buruk tentang Anisa ketika mengenalkan seorang laki-laki walaupun sadar Fahri bukanlah "Pacar Anisa" yang selama Anisa kuliah selalu mengajaknya kencan atau saling bertemu sekedar melepas rindu. Seperti kebanyakan orang-orang yang menyandang status pacaran. Anisa ingin menjaga kepercayaan ayah dan ibunya selama 4 tahun di perantauan menuntut ilmu.
Selesai shalat Anisa melihat Mila sudah ada di mushala, Mila adalah sahabat yang tau persis bagaimana kedekatan Anisa dan Fahri meskipun tidak sepenuhnya.
"Loh mila disini? Keluarga kamu mana mil?" tanya Anisa sambil merapikan mukena yang telah dikenakannya selesai shalat.
"sudah buruan rapiin mukenanya, keluarga lagi foto-foto, aku sudah telfon mas fahri meminta supaya datang kemari tapi, sedikit telat pokoknya kamu harus nunggu" terang mila pada Anisa tanpa jeda.
"iiih MILAAA.." kesal Anisa pada Mila yang mengambil keputusan tanpa sepengetahuannya.
"kenapa? sudah lah, aku tau dari dek syila, katanya kamu tidak ikut kelurgamu pulang, karena kamu mengharapkan mas fahri datang di acara wisuda ini kan?" celetus mila yang menghakimi Anisa seenaknya.
"bukan begitu mil.." terang Anisa yang hendak protes Mila
"sudah yuk kita ke taman foto-foto" ajak mila yang tidak memberikan waktu Anisa bicara. Namun disisi lain Anisa berusaha menutupi betapa senangnya jika Fahri bisa datang. Sedangkan Syila hanya tersenyum-senyum melihat ke Arah Anisa, sejurus tercetak raut wajah malu dari Anisa.
Hati Anisa begitu dipenuhi harapan akan hadirnya Fahri, jam menunjukkan pukul 15:45 sore. Hampir 2 jam Anisa telah menunggu bersama Syila yg setia menemaninya, lain dengan Mila tengah Asik mengabadikan setiap momen bersama keluarganya. Anisa teringat pada ayah dan ibunya.
kenapa aku lebih berpihak kepadanya? Sedangkan dia sendiripun tidak memikirkanku
Anisa berjalan ke mushala melaksanakan shalat ashar, mengimbangi langkahnya memasuki ruang kecil dalam mushala yang telah disediakan kaca, merapikan jilbab dan mengamati bagaimana polesan make up yg tidak luntur dari wajah Anisa.
Mas, berilah kepastian, setelah acara wisuda ini aku akan pulang ke sumatra barat mungkin tidak akan kembali lagi ke pulau jawa
"Nis, mas fahri kok lama sampai ya?" tanya mila pecahkan lamunan Anisa saat usai berdoa dari shalatnya.
"sudahlah mil, aku mau pulang sekarang, aku sudah dipesan ayah supaya ke Hotel nanti jangan sampai malam, aku juga capek mau istirahat, besok pagi kami sudah berangkat pulang ke padang mil". Anisa hanya mampu mengeluarkan kata-kata itu, kecewa dengan sikapnya sendiri. Rasanya Anisa ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya.
"Sabar sebentar nis, mas fahri lagi dijalan seharusnya kamu mengerti sedikit, mas fahri jalan dari desa ke kota itu butuh waktu" mila terus meyakinkan Anisa untuk tetap menunggu Fahri, pada saat itu Anisa memang sangat menginginkan Fahri untuk datang. Anisa ingin sekali melihat wajah teduh Milik Fahri mungkin terakhir kalinya, itulah yang di fikirkan Anisa.
"sekarang udah jam berapa mila? Ini jam 17:35 tidak mungkin selama ini? Sudah hampir 4 jam mil, aku harus pulang. Sampaikan ke mas Fahri aku tidak bisa menunggu"
Dengan pendirian Anisa yang kokoh, membuat Anisa langsung pamit pada mila beserta keluarga Mila. Dan tidak lupa pamit pada Adiknya Syila, dapat Anisa baca dari raut wajah Adiknya itu yg mengungkapkan kesedihan atas kepergiannya. Sebab syila juga tau ketika nanti telah pulang ke sumatera barat akan susah untuk Anisa pergi kembali lagi kepulau jawa ini, syila begitu sudah faham bagaimana ayah dan ibu kakak nya Anisa dari setiap kali Anisa bercerita. yang begitu kokoh dan kerasnya dengan adat serta pendirian ayah dan ibu Anisa.
Anisa berjalan menelusuri lorong pagar kampus sembari mengubur harapan dan mengubur segala bentuk kenangan yang pernah terukir 4 tahun berlalu. Saat kaki melangkah keluar pagar, mata Anisa tertuju pada seorang lelaki dan Anisa sendiri sadar ini bukanlah mimpi, melainkan kenyataan. yang dihadapannya sekarang duduk pada sebuah motor adalah sosok yang Anisa nantikan.
Seketika Anisa ingin menangis saat itu, semua yang baru saja dikubur seakan menolak hingga bangkit kembali. "Rindu" ingin rasanya Anisa mengungkapkan kalimat itu di hadapan lelaki itu. "Astaghfirullah" betapa berdosanya aku memandangi lelaki yang bukan mahramku kemudian Anisa menundukkan pandangannya.
Anisa berbalik dan pergi meninggalkan fahri sebab tak kuasa dari menahan air mata yg tak dapat dibendungnya. "Qalbi, tunggu..." Langkah Anisa terhenti meraskan Fahri yang mendekatinya hingga telah tepat berdiri dihadapan Anisa.
"Qalbi, mas minta maaf, maaf telah membuat qalbi menunggu, qalbi mau memaafkan bernama Muhammad fahri ?" Anisa mencetak senyuman. tanpa memandang siapa didepannya, Seberapa jahat Fahri yang sering membuatnya bersedih namun semudah itu pula Fahri mampu membuatnya mengulas senyuman.
"Cieee... Cuit cuittt" sorak syila juga mila yang menyaksikan suasana itu.
#######
Yahhhhh pada baper...😂
Bagaimana jika itu posisimu?
Apa kamu melakukan hal yang sama seperti anisa?
Atau malah sebaliknya?
Kira-kira bagaimana kelanjutan fahri dan anisa 😉Jangan lupa vote dan di komen 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Halal
RomanceAssalamualaikum wr wb. Salam ukhwah untuk para pembaca. Sebelumnya Cerita ini di karang oleh penulis sendiri mohon maaf jika ada kesamaan, dan penulisan gelar yang sama. Mohon kritik dan saran yang baik untuk penulis supaya penulis mampu menyelesaik...