Sebatas

267 15 2
                                    

Assalamualaikummmmmmm..
Jangan lupaaa....
Sebelum di baca...
Silahkan
Klik bintang.....
Pojok kiri...
G
E
R
A
T
I
S
Geratisssss..
Jangan jadi pembaca gelap hehe..

Hargain autornya..

sudah mengetik dan berfikir keras (wkwkwk)

Kilik bintangnya...
Jgn lupa di komen...


Selamat membaca 😉

*******

"Nis, kamu suka sama Mas Fahri yaaa? Ayo ngaku? Hmm?"  bisik mila jelas tepat di telinga Anisa dari bangku belakang, karena memang mila tepat duduk dibelakangnya.

"Husstt, mil diam.." pinta Anisa pada mila takut yang lain dapat mendengar.

"Yeee ketauan kannn...Hmm.." kebiasaan mila yang suka menghakim sendiri.

"Nis, kamu tidak cemburu dengan amira?" sambung mila lagi.

"Humm biasa saja.." jawab anisa sambil memayunkan bibirnya.

"Manja gak jelas, nyeselin, sok imut, sok cantik belagu hidup lagi" mendengar uneg-uneg mila ingin rasanya saat itu tertawa lepas, tapi anusa melihat Fahri terus saja melirik ke arah mereka, anisa hanya mencoba menahan tawa.

"Ya Allah mil, istighfar... Sabar.. Sudah mill.." terang Anisa pada mila.

"Ya sudah dari pada dengarin adek kamu itu ngomong mending aku tidur" anisa sedikit kaget dan hampir tertawa lagi dengan ucapan mila.

"Eh kok adek aku sih." protes anisa pada mila

"Auk ah gelap" ucap mila, anisa hanya tersenyum melihat tingkah mila sahabatnya itu.

Dalam perjalanan malam itu saat mereka melewati kota anisa tak bergeming, matanya tetap tertuju arah jendela kaca di sampingnya dangan bibir yang terus mengulas senyuman. Sungguh kota impian suasana riuh dari kemacetan seakan saling bersorak ria baginya.

"Tidak tidur?" anisa melihat arah suara, fahri menatap ke Arahnya, anisa melirik ke arah samping Amara tertidur dan dari kaca depan luar terlihat Fandi juga tertidur pulas, hanya ia dan Fahri yang terjaga yang lain juga ikut tertidur.

"Uhm, qalbi suka luar mas" terang Anisa dengan polos

"Luar mana?" tanya Fahri tak mengerti yang di maksud Anisa.

"Semuanya" jawab Anisa dengan tersenyum dengan mata tetap menatap arah luar.

"Kamu suka macet Qalbi?" tanya Fahri kembali yang mungkin tak mengerti apa yang anisa maksud. Saat itu mobil mereka sedang berhenti pada kemacetan lalu lintas.

"Qalbi suka suasana kota" jawab anisa kembali dengan singkat, berharap Fahri tidak bertanya lagi.

"Kenapa?" terus saja Fahri bertanya.

"Indah" dan kembali anisa menjawab dengan singkat.

Anisa merasakan Amara di sampingnya sudah terjaga, entah Amara mendengarkan perbincangan ia dengan Fahri, Entahlah anisa tidak peduli. Saat terjaga amara langsung membangunkan Fandi kemudian memaksa kembali menggantikan posisi Fahri untuk menyetir mobil. Setelah itu ia menyedu sebuah teh hangat kemudian menyediakan obat lalu menyodorkannya kepada Fahri, lagi-lagi mereka yang berada di dalam mobil menyaksikan suasana yang sama seperti sebelumnya.

Setelah itu selang berapa waktu Amara meminta untuk memegang Hp milik Fahri, kemudian banyak komentar saat mengamati Hp milik Fahri.
Sungguh telinga Anisa yang saat itu rasanya mau pecah. Enggan sekali rasanya ia menyaksikan sikap amira dan fahri yang tepat di depannya persis layaknya orang pacaran dan mendengar setiap rengekan manja dari Amara.

Entah fahri mengamati wajah tidak suka anisa sungguh ia tidak peduli itu, anisa mengambil handsfreenya dan ia mendengarkan beberapa musik di hp miliknya, menatap ke arah jendela sehingga terlihat seperti duduk memunggungi Amara.

Setelah lama mendengarkan beberapa musik yang anisa putar. Langsung saja ia melepas handsfree yang terpasang ditelinganya karena sudah mati akibat batrai hp miliknya sudah habis, dan deg. Sepasang  mata milik Fahri berada di sela-sela bangku dan pintu depan menatap ke arahny, Fahri memamerkan senyumannya mata Anisa langsung membulat heran dan Fahri malah menaikkan kedua Alisnya sehingga membuat anisa tersenyum malu karena mimik wajah lucu fahri, namun dengan cepat anisa menatap ke arah luar begitu juga dengan Fahri yang ikut memperbaiki posisinya dengan memandang ke arah depan.

Selama perjalan tidak Fahri dan Fandi sama saja, mereka saling mengamati anisa lewat kaca meskipun berada di depan, dan kebiasaan Fahri mencuri-curi suasana dengan sedikit berbisik ke belakang sekedar menanyakan apakah ia tidak mengantuk? Kenapa tidak tidur? Basa-basi yang membuat anisa tersenyum mengingat Fahri seakan takut jika terdengar apalagi jika yang lain mengetahui mereka berbicara.

Lain dengan Fandi dia terus saja berusaha mengajak anisa berbicara, namun tetap saja anisa menanggapi dengan baik walaupun terkadang anisa enggan sekali menjawab basa-basi yang sama ia lontarkan dengan Fahri. Entahlah saat ini anisa sedang berusaha menjaga sikapnya dengan Fandi dan berpura-pura tidak peduli tentang rasa yang hadir pada Fahri. Demi menjaga kebaikan semuanya.

*Mas Fahri & Amara Amelia*

Jika memang hanya sebatas adik angkat, kenapa harus semua tentang pribadi harus ia tau?
Jika memang hanya sebatas adik angkat kenapa harus dengan perhatian lebih?
Jika memang hanya sebatas adik angkat kenapa harus takut bersikap pada yang lain?
Jika memang hanya sebatas adik angkat, kenapa segala tutur katanya harus untuk dipenuhi?
Jika memang hanya sebatas adik angkat kenapa menatap ke arahku sajapun kamu takut?
seperti inikah memang hubungan angkat itu???
Tertanda :Anisa Al-fatur Rahma.

########
Bagaimana?
Sepertinya makin seru saja 😂
Semakin banyak vote semakin cepat Update 😉

Menjemput HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang