Cantik

625 48 2
                                    

Assalamualaikummmmmmm..
Jangan lupaaa....
Sebelum di baca...
Silahkan
Klik bintang.....
Pojok kiri...
G
E
R
A
T
I
S
Geratisssss..
Jangan jadi pembaca gelap hehe..

Hargain autornya..

sudah mengetik dan berfikir keras (wkwkwk)

Kilik bintangnya...
Jgn lupa di komen...


Selamat membaca 😉

*******

"Masss, sebelum itu qalbi sudah maafkan mas." jawab Anisa dengan wajah yang masih tertunduk.

"Bisa temani mas makan dekat sini? Mas belum makan seharian" ajak Fahri sedikit memelas yang Anisa anggukan tanpa berfikir lagi untuk menolak.

"Uluh uluh modus-moduuuus banyakan basa-basinya mas" celoteh Mila disambut tawa Syila. Yang kembali menciptakan rona merah dikedua pipi Anisa. Malu dan senang itu yang Anisa rasakan.

Tak lupa Anisa juga mengajak Mila, Sedangkan syila kembali memasuki kampus yang saat itu jadi panitia acara wisuda.

Mereka hanya memesan 3 teh hangat dan 2 piring nasi. Saat itu hanya Anisa saja memang tidak ada selera untuk makan, memilih meminum teh dan selebihnya untuk Fahri juga Mila.

"Buka mulutnya biar mas suap" perintah Fahri sambil menyodorkan tangannya membuat Anisa tertegun dengan sikap Fahri yang saat itu.

"Terimakasih mas tidak usah, qalbi sudah kenyang" tolak Anisa, namun tangan Fahri yang menggenggam sendok berisikan nasi tetap saja didepan mulut Anisa.

"mas, qalbi sudah kenyang, qalbi takut muntah jika harus memaksa memakannya" elak Anisa kembali.

"tangan mas akan tetap seperti ini sebelum qalbi makan, sekali saja" pinta Fahri lagi. Anisa tidak tega melihat Fahri, Hingga pada akhirnya Anisa memakan suapan dari tangan fahri.

"hmmm ingattt belum halal mas..."  ucap Mila mengingatkan.

Fahri yang dengan santainya mengatakan "insyaAllah sebentar lagi"

Anisa hanya mampu terdiam dengan pipi memerah yang ditutupinya dengan menunduk, disisi lain Anisa sangat cemas dengan keadaan itu, Anisa tidak pernah seperti ini berhadapan dengan laki-laki. Anisa teringat pada uda di kampung yang selalu menasihatinya agar tau batas berteman dengan laki-laki terlebih lagi bukan mahramnya. Anisa juga tahu Fahri juga mengerti itu, bahkan Fahri juga banyak mengajari muridnya di pesantren tentang batas-batas dan larangan wanita dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Tapi kali ini sikap Fahri yang tunjukkan pada Anisa berbeda, Fahri seolah tidak peduli lagi dengan nasihat-nasihat yang pernah disampaikan.

"qalbi, apa benar besok pagi sudah berangkat pulang ke padang?" tanya Fahri, yang membuat suasana saat itu semakin tegang.

"Iya mas, besok pagi qalbi juga ayah dan ibu berangkat pulang ke padang" Jawab Anisa tertunduk, berharap Fahri tidak melihat wajah sedih Anisa.

"Qalbi, kapan lagi datang kepulau jawa ini?" tanya Fahri yang seketika membuat hati Anisa terasa sesak.

"belum tau kapan mas". Jawab Anisa, ingin sekali rasanya Anisa menangis saat itu juga.

"mas minta maaf ya, pesan mas pada qalbi, tetap dengarkan apa kata ayah dan ibu, pulanglah dan berbaktilah pada ayah dan ibu". nasihat Fahri pada Anisa.

Menjemput HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang