Acara

196 12 0
                                    

Assalamualaikummmmmmm..
Jangan lupaaa....
Sebelum di baca...
Silahkan
Klik bintang.....
Pojok kiri...
G
E
R
A
T
I
S
Geratisssss..

Jangan jadi pembaca gelap hehe..

Hargain autornya..

sudah mengetik dan berfikir keras (wkwkwk)

Kilik bintangnya...
Jgn lupa di komen...


Selamat membaca 😉

**************
Setelah Ba'da isya sebagaimana hasil rapat, semua yang bertanggung jawab diacara maulid hadir mempersiapkan acara untuk besok malam.

Nama dari anak-anak yang mengikuti bazar telah selesai Mila catat dan beberapa nama anak-anak yang juga mengikuti perlombaan yang lainnya. Sedangkan Putri tengah sibuk menyusun acara di depan sebuah laptop dan beberapa proposal yang ia ketik bersama Anhar selaku ketua. Putri sebenarnya ingin menolak namun Mila terus memaksa.

Berbeda dengan Anisa yang lebih senang berada dilapangan ikut membantu remaja-remaja lainnya yang membangun dekorasi pentas dan beberapa pondok yang nantinya di isi sebagai tempat bazar.

Alif Akbar Nafis, saat pertama kali melihat Anisa yang membuntutinya tengah murajaah di Masjid, Alif menjadi tahu sikap Anisa yang pemalu saat melihat Anisa menutup wajahnya mundur setelahnya berlari. mendapati Anisa yang mengaji di depan teras Rumah membuat Mata Alif sejurus mengagumi Anisa wajahnya yang polos tengah mengulang-ngulang hafalan. saat Acara rapat, mata Alif menangkap Mukena yang Anisa kenakan telah diganti dengan milik temannya membuat Alif merasa lucu atas sikap Anisa, dari situ Alif juga pura-pura lupa kejadian itu dan seolah tidak mengenali Anisa.

"Masya Allah cantik sekali" ujar Anisa yang melihat remaja laki-laki berusia 15 tahun membuat burung dari secarik kertas lalu ditambah dengan ikatan tali menggantung sehingga seolah tampak terbang.

"Iya, kakak suka? Nanti boleh adek buatkan untuk kakak" tanya remaja yang bernama Riki.

"Sungguh?" tanya Anisa yang kegirangan, Alif yang menyaksikan itu tidak jauh darinya yang saat itu juga ikut serta di bagian lapangan semakin mengagumi Anisa yang terlihat seperti anak kecil di janjikan sebuah mainan.

"Iyaaa, tapi tidak sekarang. Besok setelah selsai acara ok?"

"Baiklah kakak tunggu"

Anisa mengambil alih tempat menuju remaja lain yang tengah menghiasi bagian pondasi-pondasi pentas agar tampak cantik. Beberapa kayu yang saat itu belum terpasang seketika tumpuan penahan kayu yang rapuh itu rubuh. Anisa yang saat itu tepat berada di bawah tumpuan, semua remaja menyadari kayu yang hampir jatuh itu menatap takut ke arah Anisa. Alif telah menguasai Anisa melindungi dari tubuhnya dan tangannya menahan kayu sampai terkena beberapa goresan dari paku membuat tangan milik Alif meneteskan darah.

Anisa yang dekat sekali dengan Alif mampu mencium Aroma milik yang menjadi khas Alif, tangan Anisa memegang erat kerah baju Alif, Mata mereka saling menatap mencoba saling mengartikan diantara masing-masing. saling sadar Anisa masih diambang rasa takut dan seketika matanya melihat ke arah tangan Alif.

"Astaghfirullah, Akhi? Tanganmu?" tanpa sadar Anisa telah memegang tangan Alif. Namun dengan cepat Alif menyembunyikan tangannya. Anisa merasa berdosa telah memegang bebas tangan Alif tanpa ia sadari.

Anisa menunduk kemudian meneteskan buliran Air mata seraya berujar "Maaf" kemudian ia teredu-sedu. Alif yang melihat itu tak mampu mengucapkan apa-apa selain jika Halal bagiku saat ini aku akan telah memeluk erat demi menenangkanmu itulah yang ada di pikiran Alif.

beberap remaja sudah mendekat ke arah mereka, putri dan Mila membawa Anisa mencoba menenangkan, lain dengan Alif di obati oleh Anhar.

"Sudah nis jangan menangis" Anisa menangis terisak dalam pelukan Mila. Ia benar-benar merasa bersalah membuat orang terluka karena nya.

"Tenanglah nis, jangan menangis lagi, Alif tidak akan kenapa-kenapa" putri mencoba menenangkan Anisa yang terus menangis merutuki kesalahannya.

lingkungan Masjid sudah tampak sunyi, beberapa remaja yang tadi hadir sudah pulang, Anisa kini tertidur bersandar pada tiang teras masjid entah karena memang malam sudah larut atau memang lelah akibat menangis. Mata Alif menatap dengan senyumannya pada Anisa.

"Apa kamu menyukainya?" Anhar mengagetkan Alif.

"Aku tidak mungkin menyukainya, sudah selesai? Ayo kita pulang!" Alif mencoba menutup diri, Anhar yang sangat mengenali Alif hanya mampu tersenyum.

***
Riuh dan beberapa tepuk tangan serta sorakan menghiasai acara demi acara yang ditampilkan setelah Ba'da isya. Anisa masih mengenakan Mukena miliknya seperti enggan melepas, Putridan Mila telah berulang kali mengajakny untuk mengelilingi lokasi bazar, Alih-alih ikut Anisa lebih memilih duduk di teras Masjid.

Alif mengkhatamkan satu juz hafalannya usai Ba'da isya di dalam masjid tanpa merasa ingin keluar menyaksikan Acara perlombaan. Anisa mengingat-ingat ternya tasbihnya tertinggal di masjid setelah selesai shalat jamaah isya, dengan cepat Anisa membuka pintu. Deg mata mereka saling tatap, membuat Anisa mengingat kembali kejadian yang pernah ia lakukan.

"Emmm...Aaa.. A Aku sedang mengambil barangku yang tertinggal" ujar Anisa mencoba menjelaskan, Alif merubah memasang wajahnya menjadi Acuh dan tak menoleh lagi.

Anisa yang melihat Alif seperti itu menggerutu kesal sombong sekali dia, aku tau aku telah meluakainya, tapikan aku sudah minta maaf Alif yang mendengar jelas rutukan Anisa hanya tersenyum yang ia sembunyikan.

########
Bagaimana?
Alif &Anisa ?
Atau Fandi? Fahri?

Jangan lupa kunjungi juga Jadikan Aku Santri
https://my.w.tt/FiT0WdGQ31

Menjemput HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang