Surat

208 15 0
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Apa kabar sahabat MH?

Ada yang nungguin gak sih? komen dong.....

Maaf lama sekali tidak UP. ini aja usahain bangat mikir supaya bisa Up.

Biar semangat klik BINTANGnya dong,.

dikomen banyak-banyak....

Hati-hati jangan jadi pembaca gelap yah..

Semoga terhibur..

selamat Membaca.......

********************

Anisa dan Mila Saling membisu. Perpisahan antara mereka yang tak lama lagi membuat mereka enggan memulai cerita sebab begitu berat membahas Perpisahan, belum lagi jika membayangkan perpisahan itu tiba. Anisa bergalut pada pikiran yang merasa berat meninggalkan kota yang banyak memberi kisah pada kehidupan yang di laluinya, begitu pula mila mempuanyai pikiran yang serupa.

Anisa menatap ke layar Hp, kembali lagi ia mendapati pesan dari Alif

Assalamualaikum
20.00
Assalamualaikum
05:45
Assalamualaikum
P
P
12:37
Assalamualaikum
Apa kabar?
17:00

Setiap Pesan dari Alif Tak kuasa Anisa ingin sekali untuk membalas, Seminggu telah bersama dengan Alif di Kampung putri membuat Hati Anisa terselimuti dari rasa mendambakan menjadi Makmum Alif. Kepulangan Anisa dan Mila yang lebih dulu ke Asrama dari Putri Mendapati sebuah Amplop berisikan syurat dari Putri Yang dititipkan Oleh Alif.

Assalamualaikum wr. wb.

Sebelumnya saya minta maaf jika telah lancang mengirimimu surat yang taklah seberapa ini.
Apa kabar? Saya harap kebaikan selalu mengiringimu.
Sebelum pulangmu waktu itu sebetulnya saya sudah lebih dulu seharusmua pulang, Namun Niat Hati bermaksud ingin mengutarakan langsung denganmu.
hanya saja ketidak adanya dirimu lagi dari  kasat mataku di setiap dinding-dinding masjid tempat dirimu selalu bersandar, dengan jari-jemarimu yang selalu kamu mainkan, saya pikir ialah berdzikir sebegai bentuk luapan rindumu pada sang Maha cinta.
Dari itu Membuat saya bertanya langsung pada Putri Dan Alhamdulillah setelah sedikit banyaknya bercerita tentangmu yang di temani A'an saat itu membuat saya memberanikan diri untuk menggoreskan tinta pada secarik kertas yang mungkin kini tengah dalam genggamanmu.
Bismillah..
Saya Alif Akbar Nafiz berniat  untuk melamarmu Anisa Humairah jika berkenan dalam minggu ini saya akan pulang menemui keluarga di Sumbar.
Semoga tidak menjadi niat salah yang saya sampaikan.
Saya menunggu jawaban darimu.
Ini no hp/Wa :+628-----------

Tertanda
Alif Akbar Nafiz

Wassalamualaikum wr.wb

Begitu Anisa mendapati dan membac isi surat, awalnya ada rasa tak percaya namun saat membaca berulang kali isi dalam surat semakin membuat Anisa bertambah tak percaya, bagaimana mungkin bisa ia di percayai menjadi pendamping hidup dengan seorang laki-laki yang jauh kesholehannya dibanding dengan dirinya, pikir Anisa.

Senyuman yang menghiasi wajah Anisa seperti enggan luntur walau sekejap, betapa bahagia dirinya rasa syukur yang tak henti ia dzikirkan dalam lubuk hati namun, saat yang sama membuat Anisa berpikir dia masih ada beberapa bulan lagi wisuda, ada rasa berat dalam hati jika harus menolak niat baik Alif terlebih pada laki-laki yang ia inginkan, Tak sampai pula hati jika harus ada kata menunggu sebaik-baiknya ibadah ialah harus disegerakan.

Dengan berat hati Anisa pun mencoba mengirim pesan pada no yang di dalam surat. dalam pesan, Anisa menyampaikan ia lebih memilih untuk menyelesaikan terlebih dahulu kuliahnya. Lagi-lagi Anisa tak percaya mendapati balasan pesan dari Alif yang kembali menawarkan sudi kiranya menantinya 7thn lagi jika memang tidak bisa secepatnya.

Bagaimana mungkin Anisa mampu menunggu 7thn lagi sedang niat telah ia sematkan untuk segera menikah setelah selesai kuliah nanti, Anisapun tak mau memberi harap pada Alif hingga menyampaikan pada Alif, Anisa tidak menolaknya dan tidak pula menunggunya sampai  tiba siapa yang nantinya Anisa berkenan bersanding dengannya dalam bahtera Rumah Tangga. lebih tepatnya siapa yang lebih dulu datang dan iapun berkenan.

Rintik Hujan sore itu mengguyur hebat, suara tiap tetes hujan yang terhempas pada atap rumah bagai alunan irama menemani kebisuan Anisa dan Mila.

"Saa.. kamu yakin dengan keputusanmu?" Mila membuka suara.

Anisa menangkap indera penglihatan Mila "InsyaAllah Mil"

Anisa telah bercerita semuanya pada Mila. "Aku belum ada persiapan menujunya Mil, aku tau aku beruntung bersuami sosok Alif, tapi aku tidak bisa egois Mil. semua tidak mudah aku tidak ingin menyusahkan suamiku dengan sikapku yang suka egois bahkan keras kepala ini, aku belum belajar Mil". sambung Anisa, ada rasa hati tak puas dan menyesakkan saat Anisa mengungkapkan.

Mila yang begitu tau Anisa hanya bisa mengiyakan sekaligus memberi semangat pada Anisa, bagaimanapun Anisa tetap bersikukuh dengan keputusannya walau mungkin Mila memberi arahan maupun solusi.

***************

Makasih yang sudah baca.

jangan lupa kunjungi Ig : @rapita_9

Menjemput HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang