Satu minggu yang lalu, akhirnya Kholifah sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter Arya. Syarah dan Adi sangat senang, karena akhirnya mereka akan berkumpul lagi di rumah mereka. Selama Kholifah sakit, Syarah dan Adi selalu berada di rumah sakit, mereka hanya meminta bantuan pada Suster Rani untuk mengambil pakaian ganti.
"Kholifah, Alhamdulillah udah sehat ya, Nak." Adi mengajak Kholifah berbicara dan membuat anaknya tertawa.
Syarah tersenyum, lalu duduk di samping suaminya, "Abi, soal kerja samanya itu, Insha Allah hari lusa nanti aku bisa ketemu sama calon rekan kerja ku."
Adi mengangguk setuju, "Ya udah, gpp. Terserah Umi aja."
***
Hari yang di tentukan Syarah pun datang, pagi ini ia sudah bersiap pergi ke tempat yang di janjikan calon rekan kerjanya itu pastinya dengan Adi yang mengantarnya sampai ke tempat tujuan. Syarah harus tetap dalam pengawasannya, karena selama seminggu kemarin Adi mendapatkan pesan teror dari nomor yang tidak di kenal.
"Kholifah, Umi pergi sebentar dulu, ya sayang," seru Syarah sambil menciumi pipi Kholifah.
Kholifah hanya mengerlingkan sebelah matanya, ia tersenyum melihat Umi nya yang cantik. Kedua tangannya mengancang-ngancang dalam gendongan Kak Aisyah, seperti mengatakan 'Umi, aku mau ikut.'
Adi mengklakson mobilnya, membuat Syarah menoleh dan cepat-cepat berpamitan dengan Kak Aisyah. Biarlah sesekali Kak Aisyah mengurus anaknya, hitung-hitung ia melatih dirinya ketika menjadi seorang Ibu nanti, omong-omong Kak Aisyah sedang dalam pendekatan terhadap teman sekolahnya dulu.
"Nanti kalau misalkan udah pulang, kamu harus telepon aku. Aku bakalan online terus dan gak lupa bawa ponsel di jas putih aku, aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu," kata Adi menasehati. Syarah mengulum senyumnya, sudah seminggu ini Adi kembali pada sikapnya yang overprotektif itu.
"Iya, Abi. Ya Allah, sikapnya mulai deh," kata Syarah.
Adi tersenyum, "Aku kan sayang sama Umi, jadi aku harus selalu jagain Umi."
Syarah membuang wajahnya, "Oke oke."
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah yang megah dan terdapat toko butik syar'i di samping nya. Syarah mulai memasuki rumah, diikuti oleh Adi yang berada di belakangnya. Tepat saat itu seorang pria dan wanita datang menyambut kedatangan Syarah dan Adi.
"Assalamualaikum," Syarah menyapanya dengan sopan, lalu bersalaman dengan wanita yang mungkin akan menjadi rekan kerjanya.
"Waalaikumsalam," Wanita itu balas menyapanya.
Pria itu hendak bersalaman dengan Syarah, tapi Syarah lebih dulu memberikan logat salamnya yang berarti bukan mahram nya. Syarah hanya menunduk untuk menjaga pandangan, sementara Pria itu hanya mendesah-merasa tidak enak.
"Nama saya Ferdi, dan ini istri saya-Risyah," tukas Ferdi yang memperkenalkan dirinya.
Adi-suaminya itu sedikit menurunkan kaca mata untuk mengawasi Ferdi yang terlihat agak mencurigakan. Sebenarnya dari awal, Adi sudah merasa curiga dengan Ferdi, ia seperti mempunyai niat yang tidak baik pada Syarah. Tapi, ia berusaha untuk santai dan pura-pura tidak curiga.
"Bagaimana, Bu Syarah. Apa Bu Syarah setuju dengan kerja sama ini?" tanya Risyah ia meminta persetujuan dari calon rekan kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Halal
Teen FictionSeperti surah An-Nur ayat 26 yang berarti : "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula" Di Tribun sekolah, Raihan dan Rahma saling berhadapan. Gadis itu dengan...