Cinta Yang Halal : 27

236 8 1
                                    

"Kamu harus sembuh, Syar!" Nadia menghadapkan Kholifah di depan Syarah. "Liat anak kamu! Kamu pernah bilang ke aku kalau anak ini tuh sumber kekuatan buat kamu."

"Umi... Jangan nangis, di sini ada aku sama Kholifah. Liat, di sini Umi baik-baik aja kan karena selalu aku temenin, aku jagain. Selama aku di sini, Umi harus yakin kalau semuanya akan baik-baik aja. Kan aku sayang sama Umi, Kholifah juga sayang sama Umi. Jadi, kita pasti selalu lindungin Umi dari apapun yang jahat, ya," kata Adi.

"Syarah, kamu harus sembuh. Harus kuat, gak boleh lemah kayak gini. Ayok, lawan trauma kamu. Ingat, di sekeliling kamu tuh banyak orang baik termasuk Kakak. Harus sembuh, ya sayang," ucap Kak Aisyah.

"Syarah, kamu harus yakin kalau orang yang ada di sekitar kamu itu baik. Terutama suami kamu, dia tuh sayaaaang banget sama kamu. Jadi, kamu harus yakin kalau selama ada Adi kamu akan baik-baik aja."

"Gak boleh takut, gak boleh sedih dan harus jalanin kayak biasanya lagi. Perlahan namun pasti, aku yakin kamu pasti bisa melalui masa sulit ini," ungkap Dokter Verla-ahli psikiatri.

          Pikiran Syarah mulai terbuka, setelah mengingat setiap nasihat dan semangat yang diberikan orang-orang tercintanya. Kata-kata penuh kepedulian itu ia jadikan motivasi untuk dirinya agar sembuh dari traumanya.

          Perubahan ini juga dapat dirasakan bagi orang-orang terdekatnya. Yang tadinya ia tidak mau mengikuti sesi lainnya untuk mengontrol kondisi mentalnya, jadi lebih mengikuti peraturan dari sang Dokter. Yang tadinya tidak mau makan sama sekali, jadi lebih teratur lagi makannya walaupun habisnya hanya sedikit. Yang tadinya tidak teratur minum obat, jadi lebih teratur lagi minum obatnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

          Tidak sia-sia, selama pengobatan fisik baik mentalnya pun Syarah juga mengalami perubahan pada kondisi psikisnya. Sedikit demi sedikit Syarah sudah bisa merespon setiap kali ada yang menyapa atau mengajaknya bicara walaupun hanya sekedar senyuman, ketika ditanya Syarah pasti menjawab walau yang keluar hanya beberapa kata saja. Semuanya masih butuh proses agar Syarah bisa membiasakan dirinya seperti dulu lagi.

          "Syar, kamu mau cobain salad buah buatan Kakak," Kak Aisyah menawarkannya dengan semangkuk kecil berisi jenis buah-buahan yang telah dibuat salad bertabur penuh keju itu.

          Syarah mengangguk antusias. "I...iya, aku...aku mau."

          "Ini dimakan, ya. Habisin kamu butuh vitamin juga dari buah-buahan, pasti bosen kan makan bubur rumah sakit terus," kata Kak Aisyah sembari menyodorkannya semangkuk kecil berisi salad buah.

          Syarah menerimanya dengan senang hati, dan mulai melahapnya perlahan. Hanya senyum manis yang ia suguhkan sebagai tanda terima kasihnya pada Kak Aisyah yang setia menemaninya.

          "Sama-sama, Syar. Gimana rasanya?" tanya Kak Aisyah.

Syarah mengacungkan kedua ibu jarinya. "Enak 😄."

          Kak Aisyah ikut menikmati salad buahnya, lalu berbicara pada Syarah, "Kata suami mu, dokter Farah mau datang ke sini-check kondisi kamu. Jadi, kakak gak bisa lama temenin kamunya di sini."

          Syarah berhenti mengunyah, ketika Kak Aisyah akan meninggalkannya beberapa menit lagi. Dan benar saja, selanjutnya Kak Aisyah bangkit dari tempat duduk dan mengambil tasnya. Ia langsung tanggap menahan lengan Kak Aisyah agar tidak pergi sekiranya sampai suaminya ada di ruangan.

           "Seben-" Kak Aisyah tersenyum, ketika Dokter Farah bersama Adiknya masuk. "Nah, mereka datang."

          "Kakak pergi dulu, ya." Kak Aisyah mengalihkan pandangannya ke arah Adi. "Di, temenin Syarah, ya. Assalamualaikum."

Cinta Yang HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang