Kenyataan

4.9K 256 1
                                    

Membaringkan tubuhku di ranjang empuk yang sudah tak di hiasi bunga bunga lagi membuat mata ku terpaku hanya pada satu arah. Hanya langit langit kamar berwarna putih cerah.

Membayangkan sesuatu yang sedari tadi mengitari kepalaku dan membuatku menjadi candu. Candu yang mungkin akan membuatku berbuat sedikit nekat nantinya. Merasa lelah dengan posisi tidurku, aku membalikkan badan dan memutar jari jariku di ranjang.

"Ini sudah cukup"

Seketika kukeluarkan suara itu, sesaat setelah aku merasa bosan dengan kamar Dave. Ku gerakkan tubuh ku untuk bangkit dan menjauhi kamar, berjalan keluar pintu dan meninggalkan nya jauh.

Berfikir untuk mencari pemandangan baru, aku berniat melihat lihat ruangan di rumah ini. Rumah Dave, pria yang baru saja mencurigaiku dari sudut matanya.

Rumah ini terlalu besar bagiku, mungkin juga terlalu mewah. Namun seketika langkah ku terhenti. Kudengar tangisan bayi saat kakiku mendekati kamar loly.

"Kenapa loly menangis?, kemana Dave?"

Tanya ku bingung. Ku dekati kamar bayi yang kini telah menjadi putri kecilku itu.

"Dave, mengertilah, Jane adalah istrimu. Dan dia berhak atas loly"

Aku terkejut saat kudengar suara ibu Enjela meninggi. Kuhentikan langkah ku untuk semakin dekat. berhenti dan berusaha menyembunyikan diriku.

"Ibu, aku cuma punya satu istri, Dan itu cuma lovy"

Mataku membulat, terasa panas dan pedih. Ada sesuatu yang sakit dalam diriku, membuatku sulit bernafas dan memaksa ku mengeluarkan air mata. Membasahi pipi kiriku dan menjatuhkan diri entah kemana.

"Dave, lovy sudah tidak ada, dan kau tidak bisa seperti ini terus. loly membutuhkan seorang ibu"

Kali ini nada ibu Enjela sedikit melembut. Tak ada lagi perkataan mereka yang kucerna dalam fikiran, semua hanya terdengar sesaat dan menghilang. Aku hanya fokus pada tangisan bayi kecil. loly yang malang.

'Kenapa mereka membiarkan loly menangis?,'

Itulah yang kufikirkan. Tak terpungkiri, tangisan loly berhasil membuat pipi kanan ku basah. Ku langkahkan tubuh ku berbalik dan berjalan menjauh.

Aku masih bingung dengan apa yang kurasakan. Perasaan sakit karna kenyataan telah menunjukan sesuatu terlalu cepat padaku. Kenyataan bahwa Dave tak pernah mengharapkan kehadiran ku.

Kenyataan yang saat ini menghantuiku dan menarik sebagian akal sehatku meninggalkan ku. Berjalan tenang dan menyerahkan tujuan pada kedua kakiku.

"Jane..,"

Ku hentikan langkahku. berbalik dan menemukan ibu mertuaku ada disana. Entah apa yang kufikirkan, butiran butiran air mata kembali berjatuhan. Dan aku yakin air mataku tak bisa sembunyi dari ibu Enjela.

"Sayang maafkan ibu."

Ibu Enjela memelukku. erat dan hangat. Sesaat aku merasakan bagian dari diriku merindukan sesuatu. Merindukan ibuku, pelukan dari ibu kandungku.

"Tidak apa - apa bu"

Jawab ku tenang dalam rasa sakit.

"Aku ingin kau yang menggantikan istri Dave sebagai menantuku. Tolong maafkan Dave"

"Aku mengerti bu."

Percakapan tanpa tatap mata ini sedikit mengiris hatiku. Memberitauku bahwa ibu Enjela lah yang menginginkan kehadiran ku disini.

"Kurasa aku akan istirahat bu."

Aku berusaha tersenyum setelah memghapus butiran air yang keluar dari mataku tanpa ijin. Menatap ibu Enjela setelah pelukan hangat itu berahir.

"Baiklah sayang."

Aku senang ibu Enjela mengerti bahwa aku memerlukan waktu untuk sendiri. Melangkah menajauhi ibu Enjela dan mengurung diriku dalam kamar. Tempat ini sudah seperti kamar ku sendiri.

Dave tak pernah ada disini. hanya beberapa kali saat ia hendak memastikan diriku tertidur dan mengganti pakaiannya. Membayangkan kemalangan diriku membuatku menjadi semakin lemah. semakin terpuruk dan menyerah pada kenyataan.

Namun seketika ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menyuruhku untuk melupakan kenyataan. Dan aku tau sesuatu itu adalah loly.

Loly dengan tawa kecilnya.

"Sudah kuputuskan"

Kata itu terucap saat fikiran ku selesai dengan semua diskusinya.

"Jane..., maafkan aku."

Kini kulihat Dave muncul secara tiba tiba di dalam kamar nya. kamar kami.

"Tidak apa - apa Dave, aku mengerti"

Berusaha menghilangkan keterkejutan ku akan kehadiran nya secara mendadak di hadapanku.

"Aku benar benar minta maaf."

Kali ini dia tak menatap mataku. Ini membuatku merasa harus menentukan keputusan secepatnya. Memaksa diriku untuk berani dan mengucapkan beberapa kata.

"Aku akan pergi Dave."


**********

Shisilia - kou & Sakurakiome

BEING MAMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang