Takut dan tersudut.
Kurasakan kedua hal ini bergantian. Takut saat Dave akan menjadikan ku objek kecurigaan nya, dan tersudut dalam situasi yang rumit. situasi yang lebih terlihat bahwa aku dengan lancang berani menyentuhkan jari jariku pada tubuh putrinya.
Aku siap akan apa pun yang Dave katakan. ku pejamkan mataku sejenak dan membuka mulutku.
"Dave, maafkan aku. aku sudah mencoba untuk memberitau mu kalau loly tengah menangis, tapi...., tapi kau tidak mendengar ku."
Berharap pria tampan dengan hidung mancung di wajahnya itu mempercayaiku.
"Aku hanya.., aku hanya tak tega melihat loly menangis."
Terbata berusaha meyakinkan nya.
"Maafkan aku"
Sejenak aku menyesal telah berani menyentuh putrinya tanpa persetujuan dari nya.
"Jane.., tidak papa.. bukankah aku telah memberimu ijin?"
Perkataan Dave mengingatkan ku akan perkataan empat mata kami di taman.
"Terimakasih sudah menenangkan loly, sepertinya loly memang menyukai mu."
Dave tersenyum. Senyum yang belum bisa ku anggap tulus setelah semua fikiran terburuk menghantuiku.
"Tapi jane."
Jantungku yang tadi berhenti berdetak terlalu kencang kini mulai kembali panik. Menantikan kata apa yang akan Dave ucapkan setelah kata tapi itu.
"Tapi kurasa..., untuk mencuri ciuman putriku..., kau belum mendapat ijin"
Oh...,aku lega. Aku lega saat Dave tersenyum dan mulai bersikap santai padaku. Meletakkan ibu jari dan telunjuknya di bawah dagu yang tak di tumbuhi janggut sama sekali dan bertindak seolah ia memikirkan sebuah lelucon membuatku tersenyum pasti. Aku tau dia jujur untuk senyum satu ini.
"Maafkan aku Dave.., putrimu terlalu menggemaskan"
Berucap dan melemparkan tawa ringan berusaha tak mengganggu bayi kecil di pelukanku. Dave melangkah maju mendekati ku dan loly.., berhenti tepat di hadapanku dan mulai menggerakkan tangan kanan nya.
Menyentuh kepala putrinya yang menyandar di dadaku lembut. Melakukan usaha tertentu dengan tujuan agar putri kecil nya tau bahwa ia sangat menyayangi bayi itu.
'Deg.....,deg...'
Ada yang aneh dengan diriku. Jantung ku yang mulai berdetak pelan kini lebih berdetak kuat. memberitahuku ada sistem dalam tubuhku yang menerima pengaruh aneh. Kami terlalu dekat. Aku dan Dave. Ini jarak terdekat kami. mataku tak bisa berhenti saat ia mulai merunduk dan mencium putri nya. membuat wajahnya tepat di bawahku.
'Ada apa dengan ku'
Bertanya pada diriku., Berharap diri ini menjawab dan menghentikan kesalahan dalam diriku. Mengalihkan pandanganku ke arah lain adalah tindakan tepat bagiku. Entahlah apa yang kurasa, namun aku ingin terus mandang pria dengan status suamiku ini.
"Jane, sebentar aku ingin angkat telpon ini dulu"
Dave tersenyum dan menjauh sesaat setelah ponsel nya berdering sebagai tanda ada yang menantikan suaranya di seberang sana.
"Iya Dave"
Menjawab cepat berusaha mengusir gugup. Dave tak pergi terlalu jauh,aku masih bisa melihat dan mendengarnya jelas. Tak lebih jauh dari posisi pintu kamar loly.
"Hey... kapan kau pulang.!"
Kudengar Dave bertanya dan tertawa renyah saat mendengar suara seseorang dari ponselnya
"Benarkah..?, David.. kuhajar kau kalau kau tak menemui ibu."
'Akrab' kata itu yang ku tarik sebagai kesimpulan untuk perkataan Dave yang ku dengar.
"Oh.. ayolah., itu salah mu karna kau tak datang"
Dave tertawa lagi. Namun sesaat kulihat Dave hilang dari tawanya. Memandang ku tepat di mata dan berkata
"Dia....., Cantik"
Cukup lama pandangan ini terjalin, memberikan sensasi aneh di tubuhku. sensasi baru yang belum pernah kurasakan. Aku ingin tatapan ini tak berahir.
Tatapan pertama kami yang terjadi mendadak. Namun Dave mengalihkan pandangan nya dari ku setelah beberapa saat ia mulai mencerna perkataan lawan bicaranya di telpon.
Ku ikuti Dave mengalihkan pandangan. Melempar tatapan kearah luar jendela dan melangkah lebih dekat kediding kaca besar yang setengah bagian nya tertutupi kain coklat panjang dengan ikatan elegan di tengahnya.
Merasakan pergerakan loly yang mulai menggeser kepala nya lembut, membuatku kembali mengelus punggung nya lemah. Sesaat kurasakan bahagia yang muncul secara tiba tiba di hatiku.
Bahagia yang tak terjelaskan. Bahagia akan ada nya loly di pelukan ku ataukah Dave yang kuharap mulai bisa menerima kehadiranku.
******
Kurasakan sesuatu mengusik tidur siangku.
Oh..., ternyata buku buku pinjaman ku tehampar berserak di tempat tidur Dave dan mengusik ketenangan ku. Aku baru ingat, aku memutuskan untuk membaca buku buku ini setelah Dave mengambil alih loly dari pelukan ku.
"Jane.., apa tidur siang mu lelap?"
Perkataan itu sukses mengejutkan ku dan membuat bola mataku membulat lebar. Ada Dave disana, Dave yang keberadaan nya tak kusadari tengah berdiri di depan dinding kaca besar di hadapan ku.
"Be.. begitulah Dave"
Gugup dan malu di dapati bangun tidur dengan semua buku yang berantakan di atas tempat tidur oleh pria dengan status suami yang bahkan belum mengenal selayak nya suami istri.
"Apa kemarin kau pergi untuk mengambil itu?"
Dave bertanya dengan pandangan tertuju pada buku bukuku.
"Oh.. iya Dave, hanya ingin menambah sedikit wawasanku."
Jawab ku merasa sedikit aneh dengan tatapan serius Dave. Mengetahui kekurang nyamananku akan keseriusannya. Dave mengubah emosinya. Tersenyum dan mulai dengan sikap santai yang pernah ku jumpai sebelum nya.
"Baiklah ayo kita makan siang. ini sudah jam nya makan Jane"
Aku terkejut mendengarnya.
'Dave mengajak ku makan siang?'
'apa Dave menungguku?'
Aku sibuk dengan fikiran fikiranku. Memenuhi kepalaku dengan kemungkinan kemungkinan dan membuat lamunan hinggap di benakku.
"Iya Dave"
Ku jawab Dave demi mengusir lamunanku. Memandang pria tingi dengan bahu nya yang terlihat bidang di balik kemeja hitam nya membuatku ragu. Ragu dengan apa yang kufikirkan, ragu dengan semua rasa yang hinggap di diriku.
'Mungkinkah...?'
Tanya itu menghampiriku. mempersilahkan lamunan muncul kembali. membiarkan Dave menjauh dan menghilang sejenak dari hadapanku.
'Mungkinkah aku mencintai nya?'
Fikiranku berucap telak untuk memberikan ku kepastian. Kepastian yang membuatku berdiam dalam bimbang.
***********
Shisilia-kou & Sakurakiome

KAMU SEDANG MEMBACA
BEING MAMA ✔
RomansaTidak di PRIVATE (COMPLETED) / SELESAI Jane, Gadis muda yang ditakdirkan untuk menikah dengan seorang pria duda yang bahkan tak menampakkan wajahnya untuk melamar Jane. Apakah Jane akan menyesali keputusannya, atau bahkan malah sebaliknya ? *******...