7✓

3.8K 335 3
                                    

"Kembali, ia merasakan sakit seperti sebelumnya."

Happy reading...


"Bun, ini udah satu hari sejak Aldi hilang, kita harus lapor polisi bun!" Aldo dari tadi terus saja mendesak sang ibu agar melapor pada polisi kasus hilangnya Aldi, namun ibunya malah asik membaca koran sambil minum teh di taman belakang, dan itu sukses membuat Aldo sedikit geram.

Merasa terus diusik, akhirnya sang ibu pun angkat bicara, bukannya tak khawatir, tapi ia harus menunggu dua kali dua puluh empat jam baru akan melapor. Ibunya menaruh koran dimeja depannya, lalu menatap Aldo dengan lembut.

"Sayang, kalo Aldi sampe besok belum juga pulang, kita akan langsung lapor polisi, oke?"

"Betul kata bunda, tunggu sampe besok. Palingan juga dia cuma kerumah temennya." Ucap ayahnya yang tiba-tiba berada dibelakang ibunya. Aldo menghela nafasnya, percuma ia membujuk kalau sifat orang tuanya saja begini.

Aldo memilih untuk meninggalkan kedua orang tuanya dan langsung menuju kearah kamar. Ia menutup dan mengunci pintu kamarnya agar tak ada yang mengganggunya.

Hatinya sakit saat melihat perlakuan orang tuanya barusan. Aldi adalah anak mereka, tapi kenapa mereka terkesan tak peduli?

Aldo melihat kearah tempat tidur Aldi dan bergumam lirih. "Cepet pulang, gue kangen. Walopun lo emang kerumah temen lo, tapi gue harap mereka gak marahin lo nanti." Setelahnya Aldo tidur, memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya karna kepalanya terasa pusing saat mengingat hal ini.

Terlebih lagi, penyakitnya kambuh karna ia lupa meminum obat.

"Sampai kapan gue harus ngidap Leukimia akut sialan sih?!!"

👥👥👥

Akhir akhir ini Cakra meminta izin tak sekolah karna ia ingin berlibur dan mengistirahatkan pikirannya ditempat ibu dari ayahnya. Yah, dihitung sudah dua hari ini ia didesa.

"Oma, papa bakal sayang aku lagi?" Tanyanya pada sang nenek. Saat ini dia berada didalam pelukan neneknya diruang keluarga. Neneknya tinggal sendiri, karna sang opa sudah lebih dulu meninggalkan dunia.

Suara Cakra benar benar lirih, membuat omanya tak tega. Ia tahu semua kejadian itu, kejadian yang menimpa keluarga anaknya. Dan kini, sang cucu lah yang menjadi korban.

Sebagai nenek, dia sangat menyayangi cucunya, ingin sekali dia membawa cucunya untuk tinggal dengannya. Tapi apalah daya, rumahnya berada didesa, dan sekolah didesa seperti ini tidaklah bisa menandingi kualitas sekolah dikota. Walaupun fasilitas di sekolah Cakra tidak terlalu memadai, tapi untuk pendidikan, sekolah Cakra memang sangat diakui. Gurunya yang jarang tidak masuk menjadi salah satu pendorong sekolah itu. Ia takut kalau Cakra sekolah disini, Cakra tak bisa mengejar impiannya. Sang nenek tidak ingin egois hanya agar cucunya bisa bersamanya.

"Papa kamu cuma butuh waktu, pokoknya, selama papa kamu belum sadar, kamu harus hati-hati, jangan biarkan papa kamu nyakitin kamu. Terakhir, kamu diapain sama papa kamu?"

"Aku dipukul. Sakit oma. Tapi, sebelum papa mukul aku lagi, temanku nyelametin aku. Namanya Aldi, dia selalu ada untukku, bahkan sampai aku mau diculik, dia yang nyelametin aku. Oma, dia hebat, dia bisa baca pikiran orang dan matanya beda warna. Aku gak tau dia temenan sama siapa selama aku izin kesini. Kapan kapan, oma harus ketemu sama dia dan main sama dia! Dia anaknya asik dan lumayan hiperaktif, jadi aku seneng main sama dia." Ujar Cakra dengan antusias kala menceritakan sosok temannya, Aldi. Tanpa ia ketahui, bahwa Aldi tengah berjuang deminya.

Neneknya tersenyum melihat cucunya yang terlalu bersemangat. Ini yang sedari dulu dia harapkan dari cucunya, keceriaan cucunya. Ia benci melihat cucunya berkunjung seorang diri dengan luka ditubuh, lalu memeluknya sambil menangis.

The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang