"ketika ia sudah menjadi kebal akan semua kalimat tajam dan pedas, saat itu pula seseorang mengetahui semuanya."
Happy reading...
Pagi hari memang menjadi pilihan terbaik untuk berolah raga, begitupun dengan Aldi. Ia memilih pergi ke sekolah dengan berjalan kaki bersama Cakra. Entah apa yang mereka pikirkan, yang pasti kini keduanya tengah berdiam diri, membiarkan hening membentang luas diantara keduanya.Seperempat jalan telah mereka lewati, namun jarak itu terasa sangat jauh dan lama untuk ditempuh. Dengan kata lain, mereka berdua bosan. Bosan dengan suara langkah kaki yang terdengar dari tadi. Tapi, Cakra yang merasa mulai err, canggung langsung mengangkat sebuah topik.
"Al, boleh gak sih kenapa lengan lo bisa luka? Trus lo disekap karna apa?" Aldi yang diberi pertanyaan itu hanya membeku. Ia tidak mau Cakra lagi lagi melihat sisi lainnya, selebihnya ia takut kalau harus memberitahu lelaki ini. Masalahnya, ia tahu kalau Cakra saat ini sedang kesal dengan Aldo, dan Aldi tidak ingin Aldo kenapa napa karna Cakra. Yah, pertemanan yang cukup lama ini membuat Aldi mengerti bagaimana watak Cakra saat sedang lepas kendali.
Lagi lagi dia memikirkan seseorang yang sudah jelas jelas membencinya. "Emm, mungkin lain kali aja gue ceritain nya." Dan akhirnya hanya jawaban itu yang mampu ia berikan.
"Hahh.. gapapa kalo lo belum siap buat cerita. Tapi lo harus inget, gua selalu siap kalo lo butuh sandaran. Jangan pernah berpikir kalo lo cuma sendiri, oke?" Aldi mengangguk. Disaat seperti ini, ia sangat bersyukur karna Cakra sangat peduli padanya. Memang hanya inilah yang ia butuhkan sedari dulu, tapi, yang ia harapkan adalah bukan Cakra yang menjadi sandarannya, melainkan sang keluarga.
Mereka terus berjalan, hingga akhirnya sampai didepan gerbang sekolah yang terbuka lebar. Ini masih terlalu pagi untuk berada dikelas, dan Aldi lebih memilih untuk ketaman belakang. Cakra sudah lebih dulu pergi kekantin.
Aldi mendudukkan bokongnya dikursi taman. Ini tempat yang sama dengan yang waktu itu membuatnya tertangkap dan disekap. Berdiam diri disana benar benar membuat Aldi kembali memutar memorinya pada masa lalu yang kelam. Tapi ia suka disini. Setidaknya dengan sendiri bisa membuatnya menenangkan pikiran yang mulai kacau.
"Kapan lo mau nerima gue lagi?" Ia bergumam sedih. Hati dan pikirannya sangat merindukan dan membutuhkan sosok Aldo. Tapi apa daya? Ia sudah terlanjur membuat jarak diantara keduanya.
👥👥👥
Sedari waktu pulang sekolah tiba, Aldi langsung menuju kesebuah bukit indah yang memang dulu sering ia kunjungi bersama Aldo kala bosan. Ia duduk ditengah tengah dua pohon tinggi yang rindang. Pohon itu seakan memang melambangkan hubungan keduanya dahulu, karna pohon itu sangat dekat jaraknya antara satu sama lain.
Tapi kali ini ia hanya datang seorang diri, karna Cakra sudah ia suruh untuk pulang lebih dulu. Tempat ini masih sama, sama seperti terakhir kali mereka datang. Tak ada yang berubah sedikitpun, tapi kenapa malah hubungannya dengan Aldo yang berubah?
Apakah suatu saat nanti salah satu pohon ini akan mati sama seperti jiwanya yang juga telah mati?
Benar, jiwanya seolah mati jika harus dihadapkan dengan sikap Aldo saat ini. Rindunya benar benar tak terbalaskan, tapi sekali lagi ia bisa apa?
"Kapan semuanya balik normal lagi?"
"Gak akan pernah. Lo yang mulai dan gua nggak mau nge-final. Sampe sekarang, memang lo yang jadi satu satunya penyebab semua!" Bukan, bukan Aldi yang menyahut ucapannya sendiri, melainkan Aldo yang memang juga berada ditempat itu lebih dulu daripada Aldi. Saat datang kemari, Aldi langsung mendudukkan tubuhnya tanpa melihat sekitar yang ternyata ada Aldo dibalik salah satu pohon dengan ukiran nama 'Aldi' dibatangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]
AventuraApa yang harus Aldi lakukan jika keluarganya saja tak berbagi rahasia dengannya? Haruskah Aldi menyalahkan saudara kembarnya karna telah merebut semua yang harusnya juga dirasakan Aldi? Tapi, seiring berjalannya waktu, badai itu membesar, dan membua...