11✓

3.6K 304 8
                                        

" We hope you always be happy, Aldi.

Karna ada saatnya kamu juga merasakan bahagia sesaat."

Happy reading...


Dua minggu setelah kejadian itu, hidup Aldi menjadi lebih baik. Ia kini sudah kembali tinggal dikamarnya atas suruhan sang ayah, dan juga sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan Aldo.

Seperti saat ini, kedua saudara kembar itu sedang duduk diayunan belakang rumah. Sembari mengisi waktu luang dengan candaan dan obrolan.

"Aldo, lo rasa, ada yang salah gak sih dikeluarga kita?" Tanya Aldi iseng, ia hanya ingin menyampaikan keganjalan yang ia rasakan selama ini. Siapa tau, saudaranya juga merasakan hal yang sama. Karna entah kenapa, kata-kata wanita yang ia temui dua minggu lalu sangat mengusiknya, membuat ia penasaran. Dan, ia rasa semua kalimat yang wanita itu jabarkan adalah untuk keluarganya.

"Nggak tuh, semuanya baik baik aja kalo kata gue mah. Ayah baik, bunda baik, semuanya sempurna." Aldi menghela nafas, ternyata keganjalan itu hanya ia yang merasakannya. Seandainya Aldo juga merasakan, mungkin Aldi akan berbagi tentang kejadian ganjal yang dialaminya, mulai dari foto yang tempo lalu dipegang ayahnya, sampai wanita yang datang menemuinya.

"Oooh gitu, yaudah."

"Emang menurut lo ada yang salah ya?"

"Dikit." Jawaban singkat Aldi sangatlah pelan, nyaris tidak terdengar jika saja tempat itu ramai. Tapi, telinga tajam Aldo ternyata sudah lebih dulu mendengar cicitan itu.

"Haha, sebentar lagi juga lo tau." Aldi sontak menengokkan kepalanya kearah Aldo. Ternyata benar, ada yang disembunyikan oleh keluarganya. Tapi bukan hanya itu, masih banyak hal lain yang ingin sekali Aldi tahu, dan sekali lagi, ia hanya bisa diam, menguak segalanya dari belakang untuk menutupi rasa penasarannya.

Merasa kepalanya semakin pusing akan rumitnya kehidupan yang ia jalani, ia memilih mengakhiri obrolan itu.

"Do, masuk kuy, udah sorean."

"Oke." Mereka berdua pun mendirikan tubuhnya untuk sekedar melangkah kedalam rumah. Ditengah perjalanannya, mereka bertemu dengan sang ibu yang juga sedang melintas menuju kedapur.

Ibu mereka langsung menuju kearah keduanya, merangkul pundak Aldo dan tersenyum pada anak itu. Seketika, Aldi merasa menjadi orang asing berada diantara kedua orang itu. Ia juga anak dari ibunya, saudara kembar dari Aldo, tapi kenapa kehadirannya seolah tak dianggap. Ia juga ingin dirangkul, diberi senyuman tulus yang hanya tertuju padanya. But, kenapa semua itu sulit untuk Aldi gapai?

"Aldo udah mandi?"

"Belum bun."

"Oh yaudah kalo gitu Aldo ikut bunda kebelakang dulu ya, kita tanam bibit bunga yang dikasih tetangga. Aldi, kamu mandi aja duluan ya." Hati Aldi sakit, tentu saja. Makin kesini, ia menjadi rada kesal dengan Aldo. Kenapa semua harus Aldo yang diprioritaskan, yang di jadikan alasan bahkan hanya untuk menyalahkannya atas perbuatan Aldo? Tidak bisakah ia juga merasakan apa yang Aldo rasa? Hanya ingin kasih sayang kedua orang tua, tidak lebih, apa mereka tidak bisa memberikannya?

Aldi iri, tentu saja. Ia hanya takut, seumur hidupnya tak pernah merasakan rasa kasih sayang itu.

Aldi buru-buru menganggukkan kepalanya, dan berlalu dari sana. Ia tak ingin merasakan sakit kala melihat interaksi manis antara ibu dan kakaknya. Oh, sekarang Aldi mulai enggan mengakui bahwa mereka adalah keluarganya. Ketika para ibu diluar sana mengasihi anak mereka, membela anak mereka saat terkena marah dari sang ayah, namun berbeda dengan ibunya. Tak pernah memberikan kasih sayang, dan hanya diam seperti orang yang sedang mempersilahkan dengan senang hati saat Aldi terkena marah dari ayahnya, itulah yang dilakukan ibunya.

The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang