"sekarang kamu tau tentang rahasiaku, rahasia yang bahkan selalu ku tutupi darimu."
Happy reading...
Aldo tengah duduk termenung ditaman belakang rumahnya. Jujur saja, perkataan Aldi saat dibukit membuatnya sedikit goyah akan keputusan yang sudah ia buat. Ia masih terus mencoba mencari tau arti dibalik kata katanya. 'dia bukan bunda gua, dia bunda lo, Al! Seandainya lo tau yang sebenernya, mungkin lo akan berubah pikiran.' kalimat itu terus terngiang, bahkan saat ibunya datang pun, ia tidak sadar.Diana mendudukkan dirinya disamping Aldo, tersenyum kearah anak itu sebelum akhirnya ia menyadarkannya dari lamunan.
"Mikirin apaan sih? Kok kayaknya serius banget." Ucapnya sambil merangkul pundak Aldo. Aldo tersentak dan buru buru memfokuskan dirinya pada sang 'bunda'.
"Nggak kok bun." Aldo tersenyum, namun dibalik senyuman itu ada rasa ragu karna terus berpihak pada Diana. Namun, kalimat selanjutnya dari Diana kembali membuatnya menjadi egois dan tak mau melihat atau bahkan berusaha mengetahui kebenaran.
"Kamu tau, bunda sayang banget sama kamu. Walau bunda harus kehilangan salah satu anak bunda, tapi keputusan kamu itu udah bener. Aldi juga harus tetep dapet hukuman karna udah ngebuat keluarga kita hancur. Sekalipun Aldi itu saudara kembar kamu."
"Ya bun, aku bakal buktiin, kalau aku bisa tanpa Aldi. Aldi bukan siapa siapa aku lagi, dia cuma 'sampah' gak berguna yang udah bikin keluarga kita berantakan!"
Senyum Diana mengembang penuh arti. Kasih sayang membuatnya buta, buta bahwa dia telah merusak kebahagiaan sebuah keluarga kecil yang harmonis. Semua berawal disaat ia telah melahirkan anak pertamanya, dia mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan dirinya tidak bisa mengandung lagi. Dan sekarang, kesedihan itu ia lampiaskan pada sang sahabat, Rani. Diana bahkan meninggalkan anak semata wayangnya dengan sang suami. Lalu ia merebut semuanya dari Rani hingga sekarang.
"Sekarang mending kamu mandi deh, ini udah sore." Aldo mengangguk singkat dan beranjak dari tempat duduknya untuk pergi melaksanakan perintah ibunya. Sekali lagi, dia menutup sesuatu yang seharusnya sudah mencari kebenaran sedari awal.
👥👥👥
Seharian ini, Cakra hanya berdiam diri dikamarnya. Hanya sekali ia keluar untuk sarapan dan setelahnya masuk kedalam kamar kembali, membuat Rani maupun Aldi kebingungan dengan sikapnya itu.
Dan sekarang, Aldi sudah mantap ingin mengajak Cakra mengobrol ringan. Setidaknya, ia harus tau apa yang sedang dipikirkan oleh sepupunya itu.
Aldi mengetuk pintu kamar Cakra, sesekali memanggil lelaki itu agar segera membukakan pintu. Aldi sudah akan masuk dari tadi jika saja pintu tidak dikunci dari dalam.
"Cakra! Bukain pintunya please.."
Butuh waktu lima menit untuk menunggu pintu terbuka. Cakra memandang Aldi datar dan sedikit mengangkat dagunya seolah bertanya perihal anak itu datang kemari. Tanpa aba aba, Aldi langsung menerobos masuk kedalam kamar Cakra dan menuju kearah balkon kamarnya. Dan Cakra hanya me-rolling eyes matanya dan segera menutup pintu kamar lalu pergi menuju ketempat Aldi berada.
Sesampainya, Cakra langsung disuguhi pertanyaan oleh adik sepupunya itu.
"Lo kenapa? Ada masalah ya?"
"Lo boleh langsung baca isi pikiran gue."
"Gue udah nggak bisa baca pikiran orang lagi, kelebihan gue udah hilang." Sontak mendengar itu, Cakra mengarahkan atensinya pada Aldi yang berada tepat disampingnya. Ia menatap dengan penuh tanda tanya, dan rupanya tatapan itu terbaca oleh Aldi yang memang memiliki tingkat kepekaan diatas rata rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]
PertualanganApa yang harus Aldi lakukan jika keluarganya saja tak berbagi rahasia dengannya? Haruskah Aldi menyalahkan saudara kembarnya karna telah merebut semua yang harusnya juga dirasakan Aldi? Tapi, seiring berjalannya waktu, badai itu membesar, dan membua...