"Ia senang, ia bersyukur, setidaknya masih ada orang yang peduli padanya. Tapi, bisakah ia berharap lebih?"
Happy reading...
Aldi sadar pukul lima sore, tapi hingga pukul delapan malam ini, keluarga Aldi sama sekali belum menampakkan diri. Dan Aldi tidak bodoh untuk terus menunggu dan menaruh harapan, dan akhirnya ia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Percuma menunggu jika yang ditunggu tidak akan muncul.Baru saja Aldi akan terlelap didalam tidurnya, suara pintu yang terbuka lebih dulu mencegah niatnya. Ia kembali mendudukkan diri saat tahu yang datang adalah keluarganya, kecuali Aldo.
Dengan wajah datar dan dingin, ayahnya berjalan menuju kearahnya, sedangkan ibunya hanya menunggu didepan pintu.
"Kenapa gak pake tali tambang aja sekalian? Kan langsung mati jadinya." Pembawaan yang tenang itu sama sekali tidak baik. Ia tahu, ayahnya akan memarahinya. Ucapan itu terkesan sangat dingin, dan Aldi benci hal itu.
Aldi menundukkan kepalanya, hatinya kembali sakit. Padahal harapannya adalah, saat ia terbangun, hal pertama yang ia temukan adalah wajah keluarganya dengan raut bahagia. Lalu memberinya kasih sayang seperti yang diberikan oleh pak Jeri, papanya.
Tapi, semua harapan itu hancur berkeping keping. Awalnya, ia memaklumi kalau keluarganya terlambat menemuinya, tapi saat keluarganya benar benar datang, malah sindiran yang ia dapat. Tidak bisakah mereka sedikit memberikan atau setidaknya menunjukkan kepeduliannya? Aldi berjanji bahkan ia hanya meminta hal itu didunia ini, ia hanya butuh hal itu.
"Kenapa gak jawab? Kamu bosen hidup? Mau balas dendam sama ayah, lalu habis kamu mati ayah bakal ditangkep dengan tuduhan pembunuhan?" Tanya ayahnya lagi, sama seperti tadi, tidak ada nada tinggi dalam kalimat yang dilontarkannya. Aldi masih tetap menunduk, sama sekali tidak berani menatap kedua mata tajam itu.
Sebutir air mata Aldi akhirnya lolos, hatinya benar-benar sakit. Saat ayahnya melontarkan kalimat itu, rasanya seperti ribuan pedang menusuk pas didadanya. Sungguh, ia tidak sengaja, ia tidak ada niat untuk balas dendam, ia sayang ayahnya, sangat sayang. Walaupun sayang itu hanyalah darinya saja.
"Aldi, hukumanmu ayah perpanjang. Satu bulan kamu nggak boleh nginjakkin kaki dikamar dan deketin keluarga kamu!" Ucap ayahnya lantang. Air mata Aldi semakin deras turun, hingga membuat suara yang kecil.
"Karna kamu udah bikin Aldo kembali jatuh sakit!"
Setelah mengatakan itu, ayahnya pergi dari hadapannya maupun ruangannya bersama dengan ibunya. Ibunya bahkan tak berkutik dari tempatnya, sebernarnya ibunya itu sayang atau tidak? Kenapa hati ibunya begitu kejam?
Setelah kepergian tuan dan nyonya, paman Joko memeluk tubuh ringkih Aldi. Aldi membalas pelukannya, karna memang ia membutuhkan sandaran, bukan jurang.
Kenapa ayahnya malah berkata demikian? Apakah benar benar kehadirannya di rumah itu tidak diperlukan? Apakah seharusnya, ia tidak terlahir saja didunia? Tapi, ia sudah terlanjur berbagi rahim dengan Aldo.
Paman Joko mengelus puncak kepala Aldi sayang. Hatinya ikut merasakan sakit saat melihat tuan kecilnya tersakiti. Bisa dibilang, Aldi sangat berbeda dengan Aldo dalam sifat, karna Aldi dikenal sangat ramah dan tidak segan segan membantu pekerjaan para pelayan dirumahnya, berbeda dengan Aldo yang cuek pada sekitar.
"Udah den, mending aden tidur ya, istirahat. Besok nggak usah sekolah, aden masih lemah." Ujar paman Joko lembut. Aldi mengangguk dan merebahkan tubuhnya. Paman Joko mengelusi kepala Aldi lembut, dan Aldi dengan perlahan mulai memejamkan matanya.
Tidak, Aldi tidak tidur, melainkan kembali memikirkan perbedaan sifat ayahnya. Kali ini bukan dengan papa, melainkan paman Joko. Pelayan rumahnya lebih perhatian padanya ketimbang sang ayah kandung, dan kenyataan itu kembali menampar Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]
PertualanganApa yang harus Aldi lakukan jika keluarganya saja tak berbagi rahasia dengannya? Haruskah Aldi menyalahkan saudara kembarnya karna telah merebut semua yang harusnya juga dirasakan Aldi? Tapi, seiring berjalannya waktu, badai itu membesar, dan membua...