16✓

3.4K 286 9
                                    

"inilah saatnya. Saatnya lo harus ada buat dia, dia butuh lo."

Happy reading...


Pak Jeri disana, berdiri didepan pintu ruangan dengan pistol yang baru saja mengeluarkan timah panas. Aldi tersenyum kala netra nya menangkap kehadiran sosok papa, namun pak Jeri masih kehilangan fokusnya. Ini semua terjadi diluar dugaan, ia tidak bermaksud menembak tapi, ia juga tak bisa berfikir jernih saat melihat Aldi yang hampir tertembak. Ia juga tak menyangka akan menembak atasannya sendiri.

Setelah beberapa detik membeku, pak Jeri tersadar dan langsung menjatuhkan pistolnya. Ia berlari kecil kearah Aldi dan segera melepaskan ikatan anak itu agar ia bisa memeluknya.

Aldi balas memeluk pak Jeri sembari terisak pelan, lagi dan lagi pak Jeri sudah menjadi pahlawannya.

"Hiks, makasih pa."

"Kamu nggak papa kan? Apa ada yang luka?" Pak Jeri melepaskan pelukannya dan memeriksa tubuh Aldi, memastikan anak itu tidak terluka sedikitpun walau Aldi sudah menggeleng. Namun, gerakannya seketika terhenti saat tangannya terasa memegang cairan lengket. Dengan segera ia melihat kearah telapak tangannya tersebut.

Betapa terkejutnya ia ketika mendapati darah ditangannya, ia lalu melihat kearah lengan Aldi yang terluka saat dirasa sumber darah itu berasal dari sana. Dan benar saja, pak Jeri menemukan baju Aldi yang robek dan luka sayatan bekas pisau itu.

Ia langsung saja merobek kain bajunya yang tipis untuk mengikat lengan Aldi agar darahnya tidak keluar terlalu banyak, dan lagi, Aldi meneteskan air matanya. Apakah jika yang dihadapannya ini adalah ayahnya, mungkinkah ayahnya juga melakukan hal yang sama?

"Sakit banget ya?" Tanya pak Jeri khawatir, Aldi segera menggeleng sebagai jawaban. Walaupun itu adalah jawaban hasil kebohongan, setidaknya ia tidak mau membuat pak Jeri makin khawatir.

Polisi datang setelahnya, dan melihat jasad Kevin yang sudah memucat. Dengan segera para polisi itu meminta keterangan pada keduanya.

"Dia bunuh diri atau salah satu dari kalian yang membunuhnya?" Tanya salah satu polisi pada kedua orang itu. Mereka berdua terdiam, tak tahu harus menjawab seperti apa.

"Saya tidak sengaja menembaknya pak. Dia ingin menembak anak ini, tapi sudah keburu saya tembak." Jawab pak Jeri mantap. Ia sadar, segala perbuatan harus dipertanggung jawabkan. Setelah mendengar jawaban demikian, polisi yang tadi bertanya mengangguk, sedangkan polisi yang lainnya segera membawa jasad Kevin keluar dari ruangan.

"Anda kami bebaskan dari hukuman yang seharusnya, karna anda sudah berkerja sama dengan pihak kepolisian untuk menangkap mafia terbesar dikota ini. Kalau begitu saya permisi."

Aldi maupun pak Jeri membelalakkan matanya. Sungguh, ini bukan sebuah mimpi kan?

Mereka sangat bersyukur atas semua ini, dan pak Jeri kembali memeluk Aldi untuk melampiaskan kebahagiaan nya.

"Papa, syukur banget papa gak kena hukuman."

"Iya nak. Oh ya, kamu harus cepetan pulang, nanti dicariin ortu loh." Mendengar kata ortu, Aldi jadi teringat akan percakapannya ditelpon dengan sang ibu. Apakah ibunya akan mengatakan keadaan Aldi pada ayahnya? Atau kah cuek seperti yang terdengar di telpon?

Dengan begini, Aldi menjadi malas untuk pulang. Tapi, ia juga tidak mau dihukum seperti waktu lalu, alhasil ia hanya mengangguk lemah.

"Papa kan sekarang udah bebas, papa bakal tinggal dimana?"

"Papa mau ke Australia, ngurus perusahaan pusat yang terbengkalai. Jadi mungkin, ini pertemuan terakhir kita, sayang." Aldi menunduk sedih, ia tak mau jika harus berpisah jauh dengan sang papa. Tapi, sekali lagi ia bisa apa?

The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang