"satu lagi rahasia baru yang muncul dan harus dia pecahkan. Sanggup kah?"
Happy reading...
Aldi menatap kagum pada apa yang dilihatnya saat ini. Kini, ia sedang berada disebuah jalan desa yang asri dan damai, pergi menuju kekediaman nenek Cakra. Mereka berdua diantar oleh supir pribadi Aldi, paman Joko.Jalanan yang penuh dengan tanaman hijau dan udara sejuk yang jauh dari kebisingan kota Jakarta. Benar-benar seperti surga dunia bagi Aldi.
Sungguh, ia senang sekali berada disini. Kapan lagi ia akan mengunjungi desa seperti ini? Tapi tetap saja, ia berharap bisa kesini bersama dengan keluarganya? Oh, tidak, bukankah hanya dia yang tidak tau, kalau sebenarnya keluarganya pernah pergi ketempat seperti ini yang lebih indah saat tanpanya? Sudahlah, yang terpenting sekarang mereka sudah sampai di tujuan. Paman Joko langsung pulang saat kedua anak itu turun dan diberi nasihat. Aldi juga membawa buah sebagai oleh oleh untuk nenek Cakra, walaupun ia tahu kalau disini bahkan ada lebih banyak lagi buah-buahan yang lebih segar daripada buah yang ia bawa, tapi setidaknya ia tak mau datang dengan tangan kosong.
Sekali lagi Aldi terpana akan halaman hijau yang tidak terlalu luas dihadapannya kini. Halaman rumah nenek Cakra sangatlah indah, banyak bunga berwarna-warni yang ditaman dengan membentuk pola, membuatnya menjadi nyaman dipandang.
Mereka berjalan kearah pintu kayu itu, lalu Cakra mulai mengetuknya tiga kali, memberitahu penghuni rumah bahwa ia sedang bertamu. Tak lama, pintu itu terbuka dan menampakkan sosok wanita setengah abad dengan senyum yang mengembang melihat cucu yang datang berkunjung. Cakra langsung berpelukan dengan sang nenek, membuat Aldi tersenyum melihat dari tempatnya.
Menyadari ada orang lain disana, pelukan itu kemudian dilepas, dan nenek Cakra menatap kearah Aldi dengan senyuman hangat andalan. Aldi buru-buru menyalami nenek Cakra, bagaimanapun ia harus sopan disini.
"Nek, ini temen Cakra yang waktu itu Cakra kasih tau ke nenek. Namanya Aldi." Ujar Cakra mengenalkan. Neneknya tersenyum dan langsung memeluk Aldi. Aldi yang menerima perlakuan itu tidak menolak, bahkan ia senang. Aldi membalas pelukan itu, dan tak berapa lama itupun terlepas.
Nenek Cakra menatap tepat pada kedua bola mata beda warna Aldi, mencoba memahami semua pesan tersembunyi yang pasti jelas tersirat dikedua matanya. Sebenarnya mata Aldi sama, sama seperti kebanyakan orang yang mengisyaratkan sebuah perasaan lewat mata itu, tapi, mata berwarna biru cerah itulah yang kerap kali mengecohkan para penglihatnya, membuat mata itu seolah tampak sangat ceria dan tak menyimpan duka apapun disana. Mata biru cerah itu memang berkata seperti itu, tapi tidak dengan mata coklat gelap yang sangat banyak menyimpannya. Tapi nenek Cakra, ia tidak bisa tertipu dengan semua itu, karna memang dia sudah berpengalaman.
"Rasanya kita pernah ketemu ya?" Akhirnya nenek Cakra membuka suara. Ia tampak mengingat mengingat dimana sekiranya ia merasa pernah melihat Aldi. Tak menunggu lebih lama, Aldi mengingatkan nenek Cakra, tempat dimana mereka pernah bertemu sebelumnya.
"Iya nek, di halte waktu itu."
"Oh iya, hehe. Maklum ya, nenek udah tua, jadi rada pikun."
"Hahhahahaha." Baik Aldi maupun Cakra, mereka berdua sama sama tertawa lepas karna sang nenek. Inilah yang diharapkan Aldi, dan sekarang semua itu terwujud. Aldi pikir, ini mungkin akan menjadi hari terbaik dihidupnya, merasakan semua kasih sayang nenek yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
"Ayo masuk anak anak, kita makan kue yang baru nenek buat."
👥👥👥
Sekarang, saat hari mulai siang menjelang sore, Cakra tengah tertidur didalam kamar, dan Aldi baru saja selesai mendengarkan cerita dari neneknya Cakra. Cerita itu, sangat membuat Aldi nyaman dan tertarik, dan Aldi rasa, cerita itu khusus diceritakan untuknya. Sebuah pesan dicerita itu seperti menjadi nasihat tersendiri bagi Aldi, dan nenek Cakra senang karna merasa Aldi memahami maksud dari cerita yang diceritakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of My Family [ FINISHED ✔️ ]
AventuraApa yang harus Aldi lakukan jika keluarganya saja tak berbagi rahasia dengannya? Haruskah Aldi menyalahkan saudara kembarnya karna telah merebut semua yang harusnya juga dirasakan Aldi? Tapi, seiring berjalannya waktu, badai itu membesar, dan membua...