SPACELARA || Pingsan

185 20 0
                                    

Sepertinya pasar sudah pindah didalam kelas Angkasa. Free class membuat Angkasa bebas melakukan apa saja seperti saat ini, ia tengah mencoret-coret wajah temannya. Yang menjadi korban kejailan Angkasa adalah Dody, murid berbadan besar dan perpipi chubby. Dody yang sedang tidur membuat Angkasa bisa menjaili nya. Selain sikap aneh nya Angkasa juga mempunyai sikap jail.

"Gila! tuh kembaran gue belum pernah diamuk gorila tidur kalik ya?" Sem yang melihat kelakuan jail Angkasa hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa ia punya sahabat se gila ini?.

Angkasa tengah menggambar bentuk hati dipipi kanan Dody dengan lipstik hasil merampas dari cewek di kelas nya. Pensil alis yang umumnya digunakan untuk mempercantik alis, kini sudah beralih kegunaan. Angkasa menggambar kumis dibagian bawah hidung dan jenggot di bagian dagu Dody.

Merasa puasa dengan gambarannya ia mengeluarkan ponsel. Ia berswafoto dengan Dody yang masih tidur dengan wajah penuh coretan tangan Angkasa.

Angkasa melirik jam tangannya lalu mengambil tas menggendongnya dibahu kanan dan berjalan keluar kelas dengan pandangan terfokus ke handphone.

"Kemana lo?" tanya Ardhan

"Bosen. Ke warung Mang Oji ajalah!" jawabnya lalu berjalan duluan.

Agana, Ardhan, Sem dan Arka mengikuti langkah Angkasa. Bel pulang sekolah sudah 10 menit yang lalu. Bagaimana dengan Dody? Dia masih tertidur dikelas. Lihat saja besok mungkin ia akan memakan Angkasa hidup-hidup. Tapi ya itulah yang menjadi kesenangan Angkasa bisa melihat Dody marah.

Angkasa memasukkan handphone ke dalam saku celananya. Pandangan jatuh pada seorang cewek yang berjalan dengan pincang. Angkasa merasa kasian karena ulahnya.

"Mau ngapain tuh temen lo?" tanya Sem ke Arka yang berjalan di sebelahnya. Sem melihat Angkasa menghampiri seorang cewek.

"Temen gue, temen lo juga!" jawab Arka dengan wajah datar.

"Kaya gak tau kelakuan tu bocah aja lo pada!" sahut Ardhan.

"Tunggu diparkiran aja."
Perkataan Agana mendapat anggukan dari ketiga cowok itu.

☃☃☃

Elara hanya memandang Angkasa sekilas lalu pergi meninggalkan Angkasa tanpa sepatah katapun.

"Sakit banget ya?" tanya Angkasa polos.

Tidak ada jawaban.

"Salep yang gue kasih udah lo pake?" tanya Angkasa lagi.

"Udah." jawab Elara sangat pelan, tapi Angkasa masih bisa mendengarkan.

"Yaudah lo gue anterin pulang." Angkasa menarik lengan Elara. Sontak Elara langsung menarik lengannya.

"Gak usah bisa sendiri!"

Angkasa menarik lagi lengan Elara. Dan mengenggam nya lebih erat lagi sambil berjalan menuju parkiran motor.

"Udah nurut aja apa susahnya sih,gue cuma mau minta maaf!"

"Gue bisa pulang sendiri" Elara coba menarik lengannya tapi cengkraman Angkasa sangat kuat.

"Gue tahu lo bisa pulang sendiri! Tapi gue gak yakin." Angkasa hanya ingin minta maaf dan mengantarkan Elara pulang, apa salah nya?

"Gue gak nyuruh lo buat yakin sama gue!"

Angkasa mendengus kesal, "Sebagai permintaan maaf, lo gua anterin pulang. Buruan apa perlu gue gendong?" cawek ini benar-benar menguji kesabarannya.

Elara mencoba berfikir lagi, daripada harus berjalan jauh ke halte untuk menunggu bus dengan kaki yang sangat sakit ini mending terima saja tawaran Angkasa. Anggap saja ini hanya permintaan maaf dari Angkasa dan tidak lebih.

SPACELARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang