SPACELARA || Jangan nangis

45 4 1
                                    

I'm back✨
Ada yang kangen Angkasa Elara?
Apa kangen sama Author nya? haha
Pede banget, dah yok lanjut...
Happy Reading <3

Cinta pertama itu aneh! Belum juga berjuang udah ditolak.

Angkasa kesiangan itu kebiasaan, Bintang sudah berangkat lebih dulu karena ada keperluan, baguslah Bintang tidak perlu ikut terlambat juga. Gerbang sudah ditutup rapat, ada Bu Tira yang sudah berdiri didepan gerbang siap menghukum murid yang terlambat, Angkasa termasuk juga ada Elara. Angkasa heran kenapa Elara terlambat.

"Terlambat lagi Angkasa?!" tanya Bu Tira sesampainya Angkasa.

"Iya nih Bu macet banget." tentu saja itu bohong.

"Alasan kamu selalu macet, kalau tau macet kamu harusnya berangkat lebih pagi!"

"Ya gimana ya Bu kan ngantuk Bu kalau bangun pagi!" ucap Angkasa ngaco.

"Yaudah kalian berdua, Angkasa Elara sebagai hukumannya kalian membersihkan toilet. Angkasa jangan coba-coba menyuruh anak buah kamu buat gantiin kamu!" ya seperti itu Angkasa jika mendapat hukuman, selalu menyuruh anak buahnya untuk mengantikan.

Untung saja tidak semua toilet yang harus dibersihkan hanya satu toilet saja. Selama mengerjakan bagian masing-masing tidak ada yang mau membuka suara terlebih dahulu. Mereka berdua sama-sama diam, meskipun kadang mereka curi-curi pandang. Angkasa yang lebih sering curi curi pandang.

Elara membersihkan bagian dalam bilik dan Angkasa mengepel bagian luarnya. Elara ingin membuang sampah-sampah bungkus pembalut yang tidak dibuang di sampah, menjijikan tapi mau bagaimana lagi toiletnya harus bersih agar ia bisa kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran.

"Awas! Lantinya licin!" teriak Angkasa ketika Elara menginjak lantai yang sedang ia pel.

Hampir saja Elara terpeleset jika tangan Angkasa tidak memeganginya.
Sama sekali tidak lucu jika ia terpeleset dan jatuh di depan Angkasa.

"Makasih." ucap Elara.

"Lo balik aja, biar gue yang nyelesain" kata Angkasa.

"Gak, ini juga tanggung jawab gue."

"Tinggal dikit kok, balik aja gih! Ntar lo ketinggian materi." kata Angkasa lagi.

"Sama aja kalau gue balik sekarang dan lo lebih lama disini makin banyak lagi lo ketinggalan materi." jawab Elara.

"Gue gak masalah."

"Lo gak masalah tapi gue yang makin gak enak sama lo, gue gak suka bikin orang lain susah karena gue!" Elara berbicara dengan nada tinggi. Apa Angkasa salah berbicara?

"Bukan gitu maksud gue El!" jelas Angkasa.

"Gue gak suka bikin orang lain susah apalagi karena gue, banyak yang udah gue bikin susah, terutama orangtua gue! Mereka terus-terusan kerja sampai keluar negri berbulan-bulan buat ngecukupin material gue! Padahal gue udah ngerasa cukup, tapi gue gak pernah cukup dengan rasa sayang mereka! Gue gak suka itu!" Elara terbawa suasana. Wajah Elara sudah basah, biarkan saja Angkasa tahu kehidupan Elara yang menyedihkan.

Angkasa tentu saja merasa kasihan, ternya Elara cewek yang rapuh. Pantas saja setiap Angkasa mengantarkan Elara pulang, rumah Elara terlihat sepi.

Angkasa mendekati Elara lalu memelukannya, jujur saja Angkasa tidak tega melihat Elara menangis seperti ini.

Elara tidak menolak Angkasa memeluknya.

"Tapi gue bersyukur gue masih punya kakak sebaik Bang Adam gue gatau kalau hidup gue gak ada dia." lanjut Elara masih menangis di pelukan Angkasa.

SPACELARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang