Deru motor KLX yang sengaja di gas berulang kali memenuhi gerbang SMA Selora dan membuat kepulan asap dari kenalpot motor juga membuat macet di sekitar gerbang. Sudah bisa ditebak siapa yang datang— Attengger. Angkasa berada di depan dengan anak-anak Attengger yang lain mengikut di belakang. Kebiasaan mereka sebelum berangkat ke sekolah selalu mampir terlebih dahulu ke warung Mang Oji— Basecamp Attengger.
5 menit lagi upacara hari senin dimulai dan Angkasa baru saja sampai di parkiran SMA Selora.
Saat berjalan menuju kelas, teriakan menggema dari lapangan yang menyuruh seluruh murid untuk segera berbaris, itu sama sekali tidak membuat Angkasa takut, hal itu malah membuat Angkasa juga temannya tertawa karena teriakan super cempreng dari Bu Tira.
Setelah meletakkan tas dan mencuri topi entah punya siapa— tenang pasti dikembalikan kok, palingan ketawan siapa yang punya kalau yang punya topi maju ke depan karena atribut yang tidak lengkap— Angkasa dan Arka berjalan dengan santainya menuju lapangan. Entahlah kemana perginya tiga sahabat gesreknya menghilang. Karena pagi ini matahari yang terlalu terik , barisan dari kelas Angkasa sangat panas karena langsung berhadapan dengan matahari yang berada di atas.
Angkasa bukan tipe cowok takut hitam atau apapun itu. Hanya malas saja berurusan dengan keringat pagi hari. Jadi Angkasa mengajak Ardhan untuk baris di barisan yang berada di bawah pohon. Banyak anak cewek yang menoleh ke belakang dan terkejut karena posisi Angkasa dan Ardhan yang berada di belakang mereka.
Setelah kejadian Ardhan yang mengantarkan Elara pulang karena itu pilihan Elara, sekarang Angkasa malah terjebak berada disatu barisan yang sama dengan Elara dan Elara yang tepat berdiri di depan Angkasa. Jika guru BP tidak berdiri dibelakang Angkasa, mungkin ia bisa langsung pindah barisan yang lain. Angkasa berusa bersikap biasa saja karena Angkasa tidak ingin membuat Elara semakin menjauhinya.
Upacara berjalan dengan lancar. Sebagai guru kesiswaan Pak Rahman memberikan amanat dan wejangan untuk anak-anak SMA Selora mengenai pergaulan bebas yang semakim marak di kalangan remaja.
Sebenarnya semua susunan upacara sudah selesai tapi ada saja pengumuman yang akan di sampaikan. Bu Tira maju ke atas podium.
"Untuk yang namanya saya panggil harap segera maju." ucap Bu Tira memenuhi lapangan.
"Angkasa Rigel Valdemar. Arkana Mahesa. Ardhano Rarendra. Semuel Ardit. Agana Wijaya. Harap segera maju ke depan." ucap bu Tira.
"Kenapa tuh guru?" tanya Angkasa pada Ardhan yang berada di sampingnya.
"Ngapain lagi kalau gak ngasih hukuman?" jawab Ardhan.
Angkasa maju dan diikuti nama-nama yang tadi dipanggil. Sorakan kebahagian menyeruak. Pemandangan langka bisa melihat inti Attengger yang pasti akan kena marah. Angkasa berada di barisan paling depan dengan raut wajah tanpa rasa takut. Banyak orang bilang jika Angkasa mempunyai kepribadian ganda. Kadang bisa sangat tegas, serius juga menakutkan dan bisa sangat konyol diwaktu yang berbeda. Tapi bagi Angkasa itu karena ia harus sadar situasi, mana waktu ia bisa serius dan mana waktu yang bisa untuk bercanda.
"Barisan boleh dibubarkan." ucap Bu Tira, barisan dibubarkan tapi tidak membuat para murid masuk ke dalam kelas, mereka malah asik melihat Inti Attengger yang sedang kena marah.
Mereka sekarang mendapat hukuman memunguti sampah dilapangan dan hukuman membersihkan toilet setelah pulang sekolah, mereka mendapat hukuman karena membuat gaduh didekat gerbang tadi pagi.
Angkasa dengan malas memunguti sampah dan memasukan ke dalam kantong plastik. Sialnya lagi Angkasa melihat Elara yang sedang berjalan berdua dengan Gibran dan Angkasa rasa Elara juga melihat keberadaan Angkasa yang tidak jauh. Sepertinya Elara sudah benar-benar membenci Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACELARA [On Going]
Teen FictionGanteng, suka senyum, jailnya minta ampun sampai kelakuannya yang absurd tingkat dewa. Paket komplit. Siapa lagi kalau bukan Angkasa. Si ketua geng yang kocak nan konyol. Bercita-cita ingin merasakan cinta pertamanya. Bertemu Elara si cewek jutek me...