SPACELARA || Dare

80 4 1
                                    

Hujan deras membuat Elara harus menunggu di depan sebuah supermarket. Malam semakin larut dan hujan turun semakin deras. Sialnya juga ia tidak membawa ponsel. Menyebalkan sekali. Jika Elara tidak memikirkan akibat menerobos hujan, sudah pasti ia lakukan dari tadi. Matanya sudah sangat berat, ingin rasanya Elara memejamkan mata. Elara benar-benar ingin segera pulang.

Lampu dari sebuah mobil yang berhenti di depan supermarket sangat menyilaukan mata. Elara memalingkan wajah saat tahu siapa yang baru saja keluar dari mobil itu.

Cowok aneh itu hanya berlalu masuk, syukurlah. Tapi Elara jadi teringat kejadian saat bertemu Angkasa usai pertandingan basket kemaren. Apa Angkasa marah? Marah karena Elara tidak nonton di depan? Benarkah?

"Gak baik cewek keluar malam-malam!"

Suara bariton itu membuat Elara langsung menengok ke samping dan yah Angkasa yang duduk di sampingnya sekarang.

Elara bahkan masih memikirkan apakah Angkasa benar-benar marah?

"Stop ngliatin gue kaya gitu, gue tau kalau gue ganteng!" 

'Dia marah gak sih'

Sekali lagi Elara hanya mendengus. Elara sebenarnya ingin bertanya apakah Angkasa marah kepadanya? tapi egonya lebih besar dibanding rasa penasarannya.

"Ayo gue anterin pulang, gue tau lo udah ngantuk banget" ucap Angkasa lirih.

Elara hanya mengangguk sebagai jawaban.

Di dalam mobil tidak ada yang mau mengeluarkan suara barang sedikit pun. Tiba di depan rumah berpagar putih Elara bersiap untuk turun. Tapi sebuah tangan berurat menghentikannya.

"Besuk gue jemput, gak ada penolakan!"

"Dahh cewek jutek!"

Mobil Angkasa melaju meninggalakan Elara yang masih memikirkan perubahan sikap Angkasa.

'Kadang pecicilan kadang sok cool. Dasar Angkasa cowok aneh!"

☃☃☃

Angkasa memang tidak main-main dengan ucapannya kemarin malam, lihatlah sekarang cowok gila itu sudah nangkring di depan rumah Elara pagi-pagi buat. Niat Elara ingin kabur gagal sudah. Terpaksa juga Elara harus mau berangkat dengan Angkasa.

Sampai di parkiran Elara langsung membuka helmnya dan menyerahkannya pada Angkasa lalu ngacir pergi gitu aja. Sekali lagi Elara tidak suka jadi pusat perhatian.

"Cie yang gak jomblo lagi!" suara cempreng Lala, membuat Elara langsung menutup kedua telinganya rapat-rapat.

"Ishh berisik!" teriak Elara.

"Berarti nanti makan gratis dong, iyakan, Ra?"

"Gak!"

"Kata orang kalo jadian gak pj pj nanti gak bakal langgeng, emang lo mau pacaran gak langgeng?"

"Siapa yang pacaran sih?" tanya Elara frustasi.

"Elo sama Angkasa lah!"

"GUE GAK PACARAN!"

"Terus tadi berangkat bareng maksudnya apa?" Lala sudah mulai kepo.

"Bukan apa-apa" Elara langsung meninggalkan Lala yang masih kepo akut.

Elara merasa ada yang mencekal tanganya. Ia tahu siapa orangnya. Elara siap memuntahkn semua emosinya. Lala benar-benar sudah berani mengganggu macan lapar.

SPACELARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang