SPACELARA || Bantuan Angkasa

97 8 1
                                    

Sepertinya matahari enggan menampakkan sinarnya, terbukti karena dari subuh hingga sekarang saat Angkasa akan berangkat ke sekolah hujan tetap tidak mau berhenti.

Hujan di pagi hari membuat jalanan menjadi macet, Angkasa bahkan sudah mengumpat beberapa kali. Alhasil juga Angkasa harus membawa mobil ke sakolah. Ia juga mengkhawatirkan Bintang, kakaknya itu bukan seperti dirinya yang di kenal sebagai Troublemaker , jika Bintang sampai di hukum karena terlambat Angkasa yang harus bertanggung jawab.

Emosinya berhasil terpancing karena mobil di depan tidak mau berjalan padahal lampu sudah berganti warna hijau. Angkasa terus mengklakson mobil di depan berulang kali. Bintang yang berada di sampingnya hanya bisa mengusap pundak Angkasa untuk tetap sabar. Bintang bahkan tidak peduli jika dirinya terlambat dan di hukum.

"Sabar, Sa. Masih ada waktu kok." ujarnya sambil terus mengusap pundak Angkasa.

"Coba aja nih mobil bisa terbang kaya sepedanya Shiva pasti dah sampai dari tadi!" gerutunya tidak jelas.

Bintang tersenyum mendengar perkataan konyol Angkasa.

Mereka sampai di parkiran sekolah, Angkasa melepas jaket dan memberikannya kepada Bintang.

"Buruan masuk kak, masih ada 5 menit lagi. Pakai jaket aku nanti seragam kakak basah."

"Udah ada payung, ayok bareng kakak cuma ada payung satu hujannya juga belum berenti."

"Kakak duluan aja, aku masuk nanti aku gak bakal bolos." ucap Angkasa dengan senyumnya.

Bintang hanya mengangguk lalu melangkah pergi menuju kelasnya.

Beberapa menit setelah Bintang pergi, Angkasa hanya berdiam di parkiran. Sampai matanya menemukan seseorg cewek tengah terburu-buru.

Angkasa dengan gerakan spontan langsung menerobos hujan. Tak peduli lagi jika pakainya akan basah.

"Hayo lo telat!" ucap Angkasa setengah mengagetkan.

Jam menunjukkan pukul 07.10 meskipun gerbang belum ditutup tapi tetap saja pelajaran di kelas sudah pasti di mulai.

"Lo juga telat kali!" Elara kaget juga kesal dengan kedatangan Angkasa.

"Gue sih emang sengaja!" Angkasa menjulurkan lidahnya.

Elara tidak menanggapi, yang terpenting sekarang ia harus masuk ke kelas dan mengikuti ulangan. Tapi masalahnya guru yang mengajar adalah Pak Yadi guru tua yang harusnya sudah pensiun tapi kenyataan guru itu tetap belum pensiun, guru dengan penuh segudang hukuman. Memikirkan saja membuat Elara bergidik ngeri.

"Buru-buru banget sih lo, kenapa? kebelet boker?" cewek yang rambutnya dikepang satu ini tidak menjawab pertanyaan Angkasa, menoleh saja pun tidak.

"Emang sih dingin dingin suka bikin kita kebelet boker. Lo beneran kebelet boker, El?" Ini lebih dari kebelet boker, kalau sampai Elara telat dan ulangan sudah di mulai tamat sudah hidup Elara.

Sampai di dalam kelas XI Ips 1 pintu tertutup rapat yang artinya guru yang mengajar sudah datang.

Angkasa dengan cepat menangkap ke gelisahan Elara. Ia mencoba berfikir supaya Elara bisa masuk tanpa ketauhan Pak Yadi.

SPACELARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang