Tiga hari sudah berlalu dari kejadian dirinya bertemu dengan dua orang preman yang mengingatkannya pada kejadian di masalalu. Kejadian yang selalu ingin Elara hilangkan dari hidupnya. Ini mungkin sedikit lebay, tapi itu kenyataannya. Bertemu dengan preman-preman itu membuat Elara kembali mengingat hal buruk di masalalunya. Dan semenjak tiga hari itu juga, tidak ada lagi ejekan 'cewek jutek' yang Elara dengar dari mulut Angkasa saat tidak sengaja bertemu.
Demi apapun Elara harus bertemu dengan Angkasa dan mengucapkan terimakasih. Tiga hari yang lalu saat dirinya diantarkan pulang Angkasa Elara tidak mengucapkan sepatah katapun. Apa mungkin Angkasa marah karena sikap Elara yang tidak tahu terimakasih, Elara sangat bersyukur Angkasa masih ada di sekitar gang, kalau saja Angkasa tidak ada disana sudah tidak bisa dibayangkan lagi bagaimana nasibnya.
Memanfaatkan free class Elara keluar kelas menuju gedung IPA yang tidak lain kelas Angkasa. Elara tau kelas Angkasa karena cerita dari Lala.
Saat mengintip dari jendela kelas Angkasa sangat sepi hanya ada beberapa orang saja di dalam. Tidak ada di kelas, kemungkinan Angkasa berada di kantin.
Namun nihil lagi hasil yang didapatkan Elara, di kantin juga tidak ada siapa-siapa hanya beberapa orang saja. Tapi ada satu orang yang Elara temukan di kantin, mungkin salah satu teman Angkasa, pikir Elara.
"Lo temennya Angkasa kan? Lo tau Angkasa dimana? tadi gue cari di kelas gak ada." tanya Elara to the poin.
"Ehh, dimana ya tuh orang? gue juga gak tau, dia kadang-kadang suka gak jelas. Bisa aja tuh orang sekarang lagi nyari cicak di gedung belakang sekolah, suka ngaco emang tuh orang."
"Tapi ada satu tempat yang jadi tempat favorit tuh bapaknya mars venus jupiter dkk." lanjutnya.
"Bapaknya mars venus jupiter?" tanya Elara, karena ia tidak tau siapa 'Bapaknya mars venus jupiter' yang dimaksud Sem.
"Ya itu, si Angkasa."
Elara ber-oh ria mendengarkan jawaban Sem yang—konyol.
"Dimana tempatnya?"
Setelah Sem memberi tahu tempat yang sering dikunjungi Angkasa lebih tepatnya tempat favorit. Elara bergegas ke tempat itu.
Dan benar saja ada seorang laki-laki di duduk di lantai dengan tangan memeluk lutut. Pandangannya tertuju ke atas melihat betapa indahnya awan-awan yang bergerak perlahan.
Elara mendekat dengan pelan-pelan tanpa membuat suara. Tanpa di persilahkan duduk, Elara sudah duduk di samping Angkasa.
"Ternyata lo disini, gue sampe pegel nyariin lo dimana."
"Kenapa nyariin, kangen lo sama gue?" pandangannya tak pernah lepas dari awan-awan yang masih terus bergerak.
"Apa untungnya gue kangen sama elo?"
Angkasa yang tidak tahu harus menjawab apa hanya tersenyum dengan pandangan masih sama.
Jantung Elara seperti sedang lari maraton melihat Angkasa tersenyum. Elara tidak pernah merasa deg-degan seperti ini. Sangat kencang. Jangan sampai Angkasa mendengar degup jantungnya bisa mati gaya kalau gitu caranya.
"Angkasa." Elara mencoba memulai tujuannya datang ke sini menemui Angkasa.
"Angkasa gue mau ngomong."
"Mau ngomong apa? Lo mau nembak gue? Gak bakal gue terima!" ucap Angkasa dengan sangat percaya diri.
"Ngaco!" semprot Elara.
Angkasa hanya tertawa, Elara sangat beda dari cewek lain. Kadang jutek kadang bawel kadang menggemaskan saat ia marah-marah, itu hanya menurut Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACELARA [On Going]
Teen FictionGanteng, suka senyum, jailnya minta ampun sampai kelakuannya yang absurd tingkat dewa. Paket komplit. Siapa lagi kalau bukan Angkasa. Si ketua geng yang kocak nan konyol. Bercita-cita ingin merasakan cinta pertamanya. Bertemu Elara si cewek jutek me...