Buenos diaz querida⚘
Bae, aku up jam segini yuk:v Soalnya mendadak gak bisa popo (pakek p biar gaul). Ini bakal Slow update keknya jika dilihat dari respons dan mood aku yang sangat buluk😷 jadi see you yak, santai kayak dipantai⛱
H a p p y R e a d i n g
Suasana sangat menyebalkan adalah saat Gilang Javier sudah berubah menjadi lelaki posesif. Dimana masa posesif Gilang bisa berkali-kali lipat menjengkelkan dibanding lelaki itu bawel.
Seperti saat ini, Gilang lebih memilih meminta tolong Wildan untuk membawa Shopia pulang dibandingkan mencarikannya taksi.
Setelah berdebat sangat alot, akhirnya Shopia mengalah dengan mengikuti saran Gilang untuk pulang bersama Wildan, karena kalau dia tetap ngotot pulang sendiri, bisa-bisa Gilang nekat mengantarkannya. Sedangkan Shopia tau, kalau Alan sudah menanti untuk keberangkatan ke Bandung.
"Sebegitu tidak sukanya kamu sama aku?"
Shopia menoleh ke samping melihat Wildan yang tengah mengemudi, lalu tanpa menjawab ia kembali melihat ke jalanan tanpa menghiraukan keberadaan Wildan yang mungkin keberataan dengan sikapnya.
"Aku gak nyangka kita bisa punya waktu kayak gini, rasanya sudah sangat lama kamu duduk dikursi samping kemudi," Wildan Kembali membuka suara. "Rasanya 2 tahun cukup untuk kita memperbaiki hubungan."
Shopia mendengus. Ia sangat enggan berbicara dengan Wildan, Tapi situasi juga pembahasan yang sensitif bisa membuat Shopia meledak kapan saja.
"Kupikir kita bisa kembali seperti dulu-"
"Tidak ada kita! Baik dimasa ķini, maupun dulu," bantah Shopia sambil menatap Wildan dengan tak suka. "2 tahun itu waktu yang sangat singkat, bahkan aku merasa itu terjadi kemarin. Dimana kita berdebat hebat, kamu salah paham," tangan Shopia terulur mengelus pipinya sendiri.
"Bahkan saat kamu menampar aku untuk pertama dan terakhir kalinya."
Wildan terhenyak. Ia mengalihkan pandangan kepada Shopia. Ia tidak menyangka Shopia akan mengingat hal itu, sedetail itu.
"Kamu sangat tau, bahwa aku adalah tipe pengingat yang baik. Aku akan mengingat semua kejadian secara detail, jika hal itu adalah patut. Dan kejadian yang menimpa kita, adalah sesuatu yang patut aku ingat. Karena aku tau, bahwa kamu tidak mempercayai aku sebesar aku mempercayaimu."
"Apa aku harus minta maaf lalu memintamu kembali menjadi teman lagi?"
Shopia tertawa lalu menggeleng. "Itu sangat tidak diperlukan, kau bisa nikmati hidup barumu begitupun aku. Jangan ikut campur, jangan masuk, dan jangan mengusik. Kamu harus tau rasanya tidak diharapkan disaat kita mengharapkan."
Wildan memarkirkan mobil di halaman lalu mematikannya. "Apa kamu sedang balas dendam?"
Shopia membuka pintu mobil, namun sebelum keluar ia tersenyum sambil menggeleng. "Kata balas dendam terlalu sadis sepertinya, karena aku sedang membuat kalian menyesal lebih tepatnya."
***
Satu bulan kemudian...
Sejak malam ulang tahun Alan, atau sejak Shopia satu mobil kembali bersama Wildan, dalam garis besar terpaksa. Sikap Wildan kembali seperti semula, dingin, ketus, dan arogant.
Shopia masih tinggal di rumah keluarga Pratama, dan hari-harinya dilalui dengan perasaan keberataan tinggal disana.
"Wildan berangkat duluan," Wildan yang sudah selesai dengan sarapannya segera berdiri dan menyalami kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER FRIENDzone (Completed)
ChickLitKita bertemu lagi saat ini, untuk menyelesaikan beberapa hal yang tak sempat aku utarakan. Namun sungguh, jangan mengharapkan hal yang sama pada kisahku saat ini. Teman dan Musuh hanyalah hasil dari salah satunya. **** Cek dulu cerita FRIENDzone unt...