After 29

637 43 2
                                    

Punten-punten, panganten ngiring ngalangkung. Apakah daya Uma yang karunghal terus:(

Happy reading gais⚘


Shopia mengira Wildan akan memaksakan kehendaknya, tapi seminggu setelah pernikahan Wildan selalu menemani Shopia di rumah sakit.

Shopia meminta agar dirinya bisa sembuh, terapi apapun akan dijalani demi untuk sembuh. Ia sudah tidak sendiri, ada seorang suami yang menanti sambuhnya.

Walaupun Shopia belum bisa menjadi sosok istri yang baik, ia tidak ingin suaminya menderita tanpa kehadirannya. Dan mungkin banyak dari masa depan yang menanti sembuhnya Shopia.

Wildan senantiasa menemani Shopia, dan akan beranjak begitu memiliki meeting penting di kantor. Ibu mertuanya sering datang bergantian dengan sang Ibu, bahkan Margareth dan Alana pasti datang untuk menanyakan perkembangan Shopia.

Shopia mengaku dirinya begitu keliru dulu, mengira ia akan mampu menahan semua nya sendiri tanpa siapapun. Ia sadar ia butuh orang lain untuk berbagi segalanya, dan ia mendapatkan disaat terakhir.

Saat sakitnya sudah tidak sering terasa, saat beberapa fungsi tubuhnya sudah mulai mati rasa bahkan beberapa sudah menunjukan tidak berfungsi senormalnya.

Apapun yang terjadi, Shopia pasrah pada kehendak tuhan. Semoga semuanya dikuatkan ketika yang kuasa berkehendak lain.

"Kamu belum makan?"

Shopia tersentak dan melihat Wildan mendekat sambil membawa kotak makan, Wildan baru kembali dari rumah untuk menukar pakaian ganti. Setiap seminggu sekali Wildan pasti akan melakukan itu, alasannya tidak ingin disangka tidak mandi dengan terus-terusan memakai pakaian yang sama.

Alasan yang terlalu sepele menurut Shopia.

"Aku menunggu kamu pulang, kenapa malem?"

"Ada beberapa hal yang aku urus tadi."

Shopia mencoba memahami, suaminya bahkan sering bergadang setelah menemaninya tidur. Mungkin pekerjaan nya mulai keteteran karena harus terus berada di rumah sakit.

"Aku suapin kamu makan?"

Wildan baru duduk di kursi dekat banker ketika mendengar pertanyaan Shopia, tapi kemudian ia memberikan peralatan makan dan membiarkan sang istri yang duduk di banker untuk menyuapinya.

"Kenapa tiba-tiba kamu pengen nyuapin?" Tanya Wildan begitu ia selesai makan, lalu setelahnya Shopia yang ia suapi.

"Memangnya tidak boleh menyuapi suami?"

"Bukan gitu sayang, tumben kamu mau. Itu yang mau aku tau, kamu mau sesuatu?"

Shopia mengajak Wildan untuk naik ke banker, lalu mengajaknya untuk berbaring. "Makanmu tidak teratur, Bahkan tidurmu  begitu berantakan. Maaf belum bisa mengurus dirimu dengan baik."

"Aku senang bisa menjaga dirimu dengan  segala kerepotan ini, tapi kesembuhan dirimu juga hal yang akan aku syukuri."

Shopia tidak membalas, memilih merebahkan kepalanya di tangan Wildan seperti biasanya. Mereka akan saling dia sebelum tidur, lalu akan saling memandang dan mengatakan perasaan masing-masing.

"Aku mencintaimu," bisik Shopia sambil mendongkak. Wildan tengah memejamkan mata, menikmati belaian tangan Shopia pada pipinya.

"Belakangan ini kau seperti tidak bahagia?"

Wildan segera menatap Shopia degan bertanya, meminta klarifikasi atas apa yang diucapkan. "ada masalah dikantor atau di rumah?"

"Tidak ada apapun Shopia."

AFTER FRIENDzone (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang