Hai-hai gais, Aku bener2 lagi dapet mood untuk update.
Nikmati ajah ya gais, mana tau aku kembali unmood lagi buat ini. Begitu ini selesai doakan supaya yang terbaru segera hadir atau paling bagus aku ada niat untuk revisi.
Duh kebanyakan mau besoknya mogok lagi padahal. Semoga jangan ya!
Jangan baper!
Happy Reading!
Shopia masih kebingungan dengan yang terjadi, ia melihat penampilan Wildan yang sudah sangat sempurna sebagai calon mempelai pria.
Tiba-tiba rasa berburuk sangka menghinggapi Shopia, memikirkan Wildan akan menikah dengan perempuan lain terasa sangat menyakinkan. Lalu apa yang selama ini terjadi?
Lamunan Shopia buyar saat tandu yang ia naiki terasa diangkat dan ia berteriak panik. Meminta untuk di turunkan oleh ke empat pria yang banyak mengatakan banyak hal membingungkan tadi.
Hari bahagia, hari Apa?
Shopia di gendong oleh ayahnya, diiringi 3 pria yang mengangkat tandu untuk berjalan menaiki tangga menunju Altar. Sesuatu masih terasa belum jelas dalam penglihatan Shopia.
"Aku menyerahkan putriku untuk kau bahagiakan, untuk kau cintai seumur hidupmu dan untuk kau perjuangkan semampunya dirimu. Kau memintanya dariku dengan penuh rasa hormat, kau menginginkannya dariku dengan sepenuh jiwamu. Maka ku mohon, jika suatu hari nanti pudar cintamu padanya, hilang bahagiamu untuknya, lelah perjuanganmu padanya. Kembalikan dia padaku, Aku yang akan melakukannya untuk putriku."
Sejenak, Shopia tertegun dengan semua yang diucapkan Ayahnya. Tatapan serius nan sendu itu menatap Wildan tidak gentar, seolah apa yang ia ucapkan mutlak begitu adanya.
"Kau memang putraku, tapi jika kau menyakitinya Ayah akan jadi yang pertama memisahkan kalian."
Shopia melirik ekpresi Wildan yang mengulum senyum kecil ketika mendengar ancaman dari Om Pratama, ia kemudian mengangguk pasti dan menatap Shopia dengan serius.
"Untuk setiap langkah yang akan kita ambil, aku berjanji di hadapan para Ayah akan menjadi sosok suami yang lebih baik dari kalian berempat."
"Anak ini!" Ayah Shopia akan mengumpat lebih jauh sebelum kemudian Wildan mengambil Shopia dari gendongan sang Ayah.
"Terima kasih," Wildan mengangguk pasti kepada keempat pria sebelum kemudian berdiri di hadapan pendeta dengan Shopia dalam gendongan.
"Apa ini?" Cicit Shopia menatap Wildan dengan menuntut.
"Pernikahan kita."
"Aku tidak ingin menikah denganmu," ucapan Shopia sukses menarik perhatian Wildan untuk menoleh, kemudian tatapannya berubah tidak percaya.
"Kenapa?"
"Aku tidak mencintaimu."
Wildan mengangkat Shopia lebih tinggi dalam gendongannya, matanya menatap penuh selidik ke arah netra sayu milik gadis yang ia cintai. Lalu segaris senyum terukir di wajah Wildan.
"Matamu mengatakan sebaliknya, kedua netra indahmu mengatakan kau teramat mencintaiku. Itu benar?"
"Itu tidak--- kau tidak bisa menyia-nyiakan hidupmu hanya untukku, hanya agar aku bahagia disaat terakhir."
"Menikahlah denganku."
Wildan berujar serius, mengabaikan pendapat Shopia dan membiarkan hal itu untuk tidak terlintas lagi di benak Shopia.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER FRIENDzone (Completed)
Chick-LitKita bertemu lagi saat ini, untuk menyelesaikan beberapa hal yang tak sempat aku utarakan. Namun sungguh, jangan mengharapkan hal yang sama pada kisahku saat ini. Teman dan Musuh hanyalah hasil dari salah satunya. **** Cek dulu cerita FRIENDzone unt...