After 7

1K 81 1
                                    

Seminggu sejak Wildan memberikan undangan secara pribadi kepada Shopia tidak membuat keduanya patah semangat untuk berusaha, Wildan yang terus diam-diam memberikan undangan lewat celah kamar saat di rumah, atau dimasukan ke dalam tas Shopia.

Berbeda dengan Wildan yang berusaha keras membujuk, Shopia berusaha keras tidak terbujuk.

Bukan tidak ingin memperbaiki hubungan, namun Shopia merasa mereka masih belum mengambil sisi baik dari perpisahan ini. Wildan dan teman-temannya masih belum menyadari dan membuka mata untuk melihat siapa teman, siapa lawan.

"Dari tadi, kakak lihat kamu melamun terus." Shopia menoleh ke arah alan yang duduk disampingnya dengan mengulas senyum. Alan membawa Shopia ke taman tidak jauh dari sekolah untuk menghibur Shopia yang murung sejak di jemput dari rumah.

"Shopia males sekolah hari ini," Sahut Shopia sambil mendekat dan memeluk Alan.

"Ada masalah? Sini cerita ke kakak," bujuk Alan menepuk bahu Shopia.

Shopia terdiam lalu menggeleng menolak usulan Alan, lebih baik Shopia memendam semua sendiri karena tidak mau alan menjadikan kebimbangan Shopia sebagai lelucon nantinya.

Lelaki Javier tetaplah Javier bagaimana pun baiknya mereka, selalu ada masa dimana mereka bisa berubah bawel, cerewet juga menyebalkan.

Alan menghembuskan nafas lalu berdiri menarik Shopia juga berdiri, "kalau kamu memang ingin menyimpan semuanya, maka lakukanlah. Tapi pastikan, kamu menyimpan kebahagiaan bukan kesedihan."

"Kesedihan tidak baik," sambung Alan kemudian. "Ayo, kau akan terlambat jika masih berdiam diri disini."

Alan menarik Shopia kembali memasuki mobil untuk mengantar ke sekolah, Shopia minta dijemput pukul 6 pagi tadi.

"Rasanya aku ingin tidur seharian ini, bisa kau antar ke rumah Gilang, kak?" ujar Shopia dengan cemberut. "Dia tidak ada kelas hari ini 'kan?"

Alan yang baru memasuki mobil langsung mendengus. "Kalau dia tidak ada kelas, dia pasti yang menjemputmu pagi ini. Dia akan pergi jam 10 nanti ke untuk mengerjakan tugas, dengan deadline seminggu lagi. Jadi, jangan coba-coba menggangu."

Alan mengancam diakhir kalimat, karena Shopia dalam mood saat ini cenderung manja dan bisa sangat rewel. Memang tidak masalah, Tapi jika tidak ditegur Alan takut itu menjadi kebiasan Shopia.

"Aku ingin kerumah sepulang sekolah nanti," ujar Shopia akhirnya.

Alan sejujurnya tak mengerti kenapa Shopia bisa dalam mood seperti ini, jelas itu bukan karena Gilang yang akhir-akhir ini tidak mengajaknya berbicara atau jarang menemuinya, pasti ada hal lain yang tidak ingin Shopia bagi dengannya.

"Kita sampai," kata Alan memecah keheningan, Shopia menoleh dan mengulas senyum saat mereka memang sudah didepan sekolahnya. "Terima kasih kak."

Shopia turun dari mobil tanpa mendengar sahutan dari Alan, membuat Alam gemas dan turun dari mobil lalu membalik tubuh Shopia dengan cepat dan memeluknya.

"Dengarkan Aku, kau jangan pernah memikirkan sesuatu hingga mempengaruhi dirimu. Jika kau ingin melakukan suatu hal, maka lakukan sesuai keingingan terbesar hatimu."

Shopia terisak dalam pelukan alan. "Aku tidak tau harus melakukan apa, aku memiliki kesempatan yang tidak mungkin aku miliki dikemudian hari, Tapi aku tidak mau mengambil kesempatan kali ini karena aku... takut."

Alan mengurai pelukan dan menghapus jejak air mata. "Jika kau takut hari ini, maka kau akan mendapatkan kehilangan kemudian hari. Jangan takut mencoba karena pernah gagal, Tapi takutlah menyesal karena takut."

AFTER FRIENDzone (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang