After 12

1.1K 85 9
                                    

Hai semuanya. Maaf sebelumnya, Up masih gak konsisten. Dan maaf juga, ini gak dicek lagi. Jadi kalau TYPO banyak, maklum ya. Ini berkas minggu lalu soalnya, cadangan buat situasi kek gini. Mood jelek dan sibuk.

Terima kasih yang setia❤

H a p p y R e a d i n g

Dirumah sakit, Shopia masih ditangani dokter yang mempunyai sip sore ini. Alan masih setia menunggu Shopia sendirian, sementara Gilang dan Wildan berganti pakaian mereka yang kotor.

"Apa masih lama pemeriksaannya?" Gilang muncul dengan Wildan yang sudah babak belur dibelakang tubuhnya. "Tante Margareth akan datang bersama Alena, sementara Ayahku dan Ayah Shopia langsung pulang dari Malang."

Alan hanya mengangguk mengerti. Pikirannya terus berkecambuk memikirkan keselamatan Shopia juga segala yang menimpanya. Sejak 2 tahun lalu, Shopia sangat jarang terkena musibah.

"Kau sudah menghubungi Arrabel?" Alan menatap Gilang yang menggeleng. "Bagus, jangan beritahu dia soal ini. Sebentar lagi dia akan pulang."

Gilang hanya mengangguk dan duduk dengan menunduk. "Apa yang sebenarnya terjadi? Aku masih memikirkan hal itu, Alan. Kejadian begitu cepat hingga Shopia tiba-tiba muntah seperti tadi."

Alan menggeleng lalu berdiri melihat ruangan dimana Shopia sedang ditangani. Baru tadi pagi dia mati-matian memberi semangat untuk adik-nya itu agar mau bertahan dan mengikuti serangkaian pengobatan.

"Aku akan mengusut kasus ini," ujar Gilang tiba-tiba. "Tadi, sebelum Shopia muntah seperti tadi. Dia sempat menangis, dan aku memberikan minuman yang dibawakan Renata dan Laura."

Alan menoleh dan menaikan alis. "Kau tidak menuduh mereka bukan?"

Gilang bangkit berdiri lalu menujuk Wildan. "Bukan tidak mungkin dia dan teman-temannya berniat melukai Shopia lagi, mereka itu hobi membuat kriminal dengan menyakiti orang lain."

Wildan yang sedari tadi disalahkan hanya diam tidak membalas atau membela diri. Bahkan saat Gilang memberinya pelajaran, Wildan hanya pasrah menerima hal itu.

"Aku tidak akan mengelak walau kau melontarkan tuduhan langsung padaku," ucap Wildan lirih. "Aku akan terima apapun konsekuensinya, karena aku mencintai Shopia."

"Stop saying that, Bastard!" Gilang kembali melayangkan pukulan ke arah Wildan. "Berhenti berkata kau mencintainya, aku akan benar-benar membunuhmu saat ini juga."

Gilang baru saja akan melayangkan pukulan kedua kalinya, saat alan menarik tubuhnya untuk menjauh dari Wildan. "Jangan membuat keributan disini, kalian bisa datang ke sasana tinju untuk mengadu kekuatan. Akan terasa adil disana."

Wildan berdiri dengan bantuan Alan dan mengusap sudut bibirnya yang kembali mengeluarkan darah. Bahkan luka sebelumya belum diobati.

"Obati lukamu, kau tidak akan tampak seperti seorang pahlawan dengan wajah babak-belur tersebut," Alan mendorong Wildan agar mengikuti perawat yang sudah ia panggil lewat isyarat mata.

Wildan hanya menurut dan mengikuti perawat tersebut. Membiarkan Alan dan Gilang, yang lagi-lagi menjaga Shopia.

Gilang masih menunggu, sementara Alan mengangkat panggilan dari Ibunya yang menanyakan ruangan Shopia. "Jangan berbicara sembarangan dihadapan Ayahmu, Gilang."

Gilang hanya mengangguk mengerti, lalu kembali duduk sambil merenung mencari kejanggalan dari kejadian yang menimpa Shopia. Namun sepertinya tidak ada.

"Alan!"

Gilang melihat Tante Margareth yang datang bersama Alena dan anaknya langsung menghambur memeluk Gilang. Wajah kedua wanita tersebut sudah sembab oleh air mata, tanpa sadar membuat Gilang juga meneteskan air mata.

AFTER FRIENDzone (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang