After 26

624 48 1
                                    

Punten-punten numpang lewat, Ratu mah bebas mau update setahun sekali juga. Maafkan untuk keterlambatan ini, diluar kehendak.

Tapi semoga masih ada yang mau nunggu, makasih buat yang selalu support. Mudah-mudah dalam waktu dekat 'The End' #CandaTheEnd

Happy Reading

Shopia terbaring hampa diranjangnya. Wildan baru pamit beberapa menit lalu, meninggalkannya sendirian di rumah ayahnya. Jam sudah menunjukkan dini hari, tapi Sophia belum juga bisa terlelap. Pikirannya berkelana terlalu jauh, dalam lubuk hatinya; ia memang merindukan rumah, tetapi rasanya sangat asing saat ia harus masuk dan kembali ke rumah tanpa ada niat.

Hanya menuruti perkataan Wildan, Sophia mengangguk lalu pasrah saat Wildan membawanya kembali. Harusnya ia bisa menolak permintaan dari laki yang ia cintai tersebut. Sayangnya Ia terlalu terhipnotis dengan semua kasih sayang yang Wildan berikan selama mereka bersama. Ia belum berbincang dengan siapapun setelah kepergian Wildan.

begitu Wildan meninggalkannya sendirian diantara keluarganya yang mulai terasa asing. Ia hanya menunduk lalu Alan mengulurkan tangan dan memintanya untuk segera beristirahat setelah mengkonsumsi obat.

Shopia hendak tertidur, menyingkirkan sejenak gejolak gelisah yang melandanya secara tiba-tiba. ia butuh istirahat untuk bisa bersikap baik-baik saja esok hari. tapi ketukan di pintu membuatnya kembali terjaga saat hampir terlelap. ia menengok ke arah pintu lalu meminta seseorang diluar sana untuk masuk. Shopia hanya bisa tersenyum ketika melihat ibunya memasuki kamar dengan ragu-ragu.

"Silakan masuk Bu."

Ibunya pun masuk, lalu duduk di pinggir ranjang sambil mengulurkan tangan memegang tangan Shopia. Membiarkan sejenak genggaman tangan hangat itu menyalurkan kelembutan dan kerinduan. Ibunya tak juga membuka mulut, untuk berbicara atau menyampaikan sesuatu.

"Ibu bahagia?"

Ibunya tampak terkejut Shopia membalas genggaman tersebut, lalu bertanya dengan suara lembut dan menatapnya dengan senyuman. Sejenak senyuman itu tampak bahagia, lalu tiba-tiba kemuraman membayangi wajah ibunya.

"Kenapa?" Shopia merengut dengan pertanyaannya sendiri. "Kenapa tidak menjawab dan perubahan ekspresi wajah ibu?"

Ibunya masih bungkam. Wajahnya kian keruh, seakan-akan sejolak emosi melandanya terlalu dalam. Shopia juga memilih menuruti keinginan Ibunya yang menikmati keheningan.

"Ibu marah padamu," ibunya mulai berbicara. "Kenapa harus dengan cara seperti ini kau pergi? Kau memilih mengasingkan diri, sedangkan kau tau resiko yang akan kau alami jika sendiri. Kau memutuskan ikatan yang terjalin lama tanpa sadar."

"Apa salahnya jika kami ada untukmu disaat kau terpuruk? Kami semua menyayangi dirimu, kami bahkan harus baik-baik saja setiap harinya kala mengingat salah satu dari kami pergi entah kemana."

"Lalu sejenak kami merasa hidup kembali saat mengetahui kau dekat dengan kami, tapi semuanya tidak bertahan lama. Kami harus merasa semakin terpuruk saat kau tidak ingin menemui salah satu dari kami."

"Taukah kami begitu merindukan dirimu? Penolakan itu tidak bisa kami lupakan, tapi kami mengingat kembali alasan kau pergi. Tidak ingin kami khawatir."

Ibunya tertunduk sebentar, sebelum kemudian menggeleng lalu bangkit berdiri. Berjalan hendak meninggalkan Shopia, dirinya sadar amarah dan kerinduannya bercampur menjadi satu. Dan tanpa sadar semuanya terlimpahkan.

"Ibu bahagia dengan semua yang terjadi?"

"Ya, sebelum kemudian ibu sadar, kehadirian dirimu alasan bahagia yang ibu harapkan."

AFTER FRIENDzone (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang