Dula-dula-dudu-lala💃
Masa aku update, keajaiban kan***
Mending cari Shopia dibanding cari perhatian dia kan?:v
Gais. Akutuh susah sinyal mau update ge:v maklum di hutan, malah kesel sendiri dari jam 8 belum ke kirim terus. Kan curhat, tambah kesel_-
Dan terpaksa nunggu pagi updatenya.
Happy reading....
*****
Keadaan masih cukup mencekam. Teriakan yang menggelegar masih terasa memenuhi gendang telinga.
Amarah.
Teriakan penuh amarah. Lalu tamparan? Bentuk dari rasa kecewa.
Wildan tidak tau harus seperti apa lagi dia mengungkapkan semua yang dia rasa. Entah harus seperti apa semuanya agar tergambarkan. Suasana hatinya benar-benar diujung asa.
Marsella.
Wanita yang selama ini masih dia coba jaga perasaannya. Wanita yang dia pilih dibanding sahabat baiknya. Dan masih banyak lagi ungkapan yang tak mampu Wildan jabarkan soal Marsella.
Semua harus pupus hari ini. Dia mendengar semuanya. Semua pengakuan Marsella tanpa terkecuali, termasuk bagian terbusuk yang Marsella rencanakan.
Marsella masih tidak bergerak dari posisi terakhirnya tersungkur, membuat Wildan dengan paksa membuat Marsella berdiri. Tidak ada kelembutan.
Marsella bahkan tidak berani mendongkakan mata, ia masih menunduk menutup pipi yang terasa sangat perih nan panas. Bekas tamparan sang kekasih.
"Lanjutkan semua ocehanmu Marsella? Rencana apalagi yang kau buat?" tantang Wildan di depan Marsella.
Marsella masih diam seribu bahasa, mulutnya tiba-tiba kelu hanya untuk menyuarakan pembelaan. Ia melihat Arrabel yang yang berdiri dengan tenang, membuat semua amarahnya tiba-tiba meletup.
"ARRABEL!"
kejadiannya terlalu cepat saat Marsella tiba-tiba melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Arrabel. Wildan dengan tangkap menarik kasar siku Marsella dan satu tamparan keras kembali melayang.
Marsella kembali tersungkur.
Lalu tangisan seseorang kembali terdengar,
-Tidak bukan tangis Marsella seperti sebelumnya. Namun tangis Wildan Pratama di hadapan Marsella yang hanya bisa duduk dengan memeluk kedua lututnya.Marsella hanya melihat Wildan yang terduduk putus asa sambil berusaha menyembunyikan isakan-tangisnya. Tanpa sadar ia ikut menangis, tangannya terulur hendak menghapus air mata Wildan.
"Jangan sentuh aku, Sella. Jangan!"
"Aku mencintaimu." ungkap Stella.
Wildan yang mendengarnya memandang Marsella sebentar sebelum bangkit dengan segera. Ia tak memperdulikan Marsella lagi setelah ini.
Wildan menghampiri Allan lalu berujar. "Kau kakaknya, orang terdekat dirinya. Jika dia tak ingin Marsella diberi keadilan, maka adili dia sesuai hukum. Aku serahkan semuanya."
"Aku mencintaimu, Wildan."
"Aku tidak akan ikut campur kasus ini, Kami semua berakhir."
Wildan berjalan entah dengan perasaan seperti apa, dia hanya ingin pulang. Pulang ke tempat dimana Andini-nya berada, pulang ke tempat yang penuh dengan Andini ini, Andini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER FRIENDzone (Completed)
ChickLitKita bertemu lagi saat ini, untuk menyelesaikan beberapa hal yang tak sempat aku utarakan. Namun sungguh, jangan mengharapkan hal yang sama pada kisahku saat ini. Teman dan Musuh hanyalah hasil dari salah satunya. **** Cek dulu cerita FRIENDzone unt...