.
.
Di Apartemen mewah-nya, pria itu masih tertidur lelap di atas tempat tidur dengan seorang anak laki-laki bertubuh mungil di dalam pelukannya. Dibalik selimut, tubuh keduanya telanjang bulat. Pakaian keduanya tergeletak di lantai. Bahkan tempat tidur yang mereka tempati sangat berantakan seolah baru saja tersapu badai dahsyat.
Ponsel di atas meja terus berdering dari setengah jam yang lalu. Dengan mata yang masih terpejam, pria itu meraba-raba meja nakas di samping tempat tidurnya untuk mengambil ponsel yang terus mengeluarkan suara berisik.
"Halo...."
Pria itu menjawab dengan suara serak. Satu tangan lainnya masih melingkar di tubuh anak laki-laki yang tertidur lelap di dalam pelukannya.
"Benar ini tuan Choi Seungcheol?"
Orang di telepon berbicara dengan sopan dan ramah."Hah, benar... Ada apa?"
Pria itu berbicara dengan nada malas, bahkan ia sama sekali tak membuka mata. Masih terlalu mengantuk.
"Kami menemukan Kwon Soonyoung tenggelam di kolam renang sekolah. Dia ditemukan meninggal pagi ini..."
Orang di seberang berbicara dengan sangat hati-hati, menjelaskan apa yang telah terjadi.Seungcheol tersadar dari rasa kantuknya, ia segera membuka matanya lebar. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ap-apa? So-Soonyoung....?"
Ia melepaskan tangannya dari tubuh anak laki-laki di sampingnya. Seungcheol segera duduk dengan keadaan linglung.
Semalam ia pulang larut malam, tidak terlalu memperhatikan Apartemennya, karena biasanya di jam itu Soonyoung sedang belajar di dalam kamarnya. Setiap hari ketika ia pulang ke Apartemen ia memang sangat jarang bertemu dengan anak itu. Mereka juga sudah lama menempati kamar yang berbeda. Seungcheol selalu membawa anak laki-laki yang berbeda setiap malamnya untuk menghiburnya di tempat tidur. Namun, ia tak pernah mengizinkan Soonyoung meninggalkan Apartemennya. Seungcheol memaksa anak itu untuk tetap tinggal di Apartemennya seperti seorang tahanan. Soonyoung hanya pergi ke sekolah setiap harinya dan belajar hingga larut malam di dalam kamarnya.
Secepat kilat memakai pakaiannya, ia berlari ke kamar sebelah. Kamar yang ditempati anak itu. Seungcheol tergesa-gesa membuka pintu dan masuk.
Napasnya terengah-engah dan hatinya seolah jatuh dari ketinggian ribuan meter ketika melihat ranjang anak itu sekarang kosong. Meja belajar yang setiap hari digunakan sekarang terlihat rapi. Buku-buku ditumpuk sedemikian rupa, permukaan meja tampak sangat bersih bahkan tak ada debu sedikitpun di sana.
Tadi Seungcheol masih berpikir mungkin pihak sekolah salah mengenali mayat itu sebagai Soonyoung. Mereka mungkin salah. Soonyoung selalu pulang tepat waktu, dia selalu berada di dalam kamarnya untuk belajar. Tapi, sekarang, melihat kamar yang biasa ditempati Soonyoung kosong, Seungcheol merasa hari ini seperti mimpi buruk yang tidak pernah ia bayangkan.
Ia yang lebih dulu tertarik pada anak itu. Ia sendiri yang membawa anak itu ke Apartemennya, menyuruh anak itu untuk tinggal bersamanya. Tapi, pada akhirnya ia sendiri yang menyia-nyiakan anak itu, melupakannya ketika ia sudah merasa bosan dengannya. Mengabaikannya, menyakitinya.
Semua rasa sesal yang ia rasakan saat ini sudah tidak ada artinya. Soonyoung sudah pergi, tak ada artinya ia merasa menyesal dan meminta maaf. Manusia memang akan selalu seperti itu, menyia-nyiakan yang ada, namun akan merasa menyesal dan bersalah pada sesuatu yang sudah tidak ada.
Rasa sesal selalu muncul di belakang. Dan pada saat rasa sesal itu muncul, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki segalanya. Terlambat. Sudah sangat terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted: Seoksoon Collection
FanfictionHanya kumpulan cerita absurd yang tiba-tiba muncul di kepala :3 Campur. Ada Oneshot, Double Shot, Drabble. Pokoknya sesuka hati Author 😅😅