AlterEgo-Chapter31

6.5K 367 4
                                    

Aileen kehilangan kesadarannya. Dycal langsung menggendongnya menuju kamar Ainan.  Karena keadaan kamarnya yang sudah sangat hancur.

Begitu tiba dikamar Ainan, Dycal langsung mengobati lengan Aileen yang disayatnya. Darah yang mengalir kini sudah terhenti. Dycal menatap wajah Aileen yang terpejam, mata yang sudah membengkak, rambut acak acakan serta keringat dingin yang menjalar ditubuh Aileen.

Dycal mengusap kepala Aileen. Kemudian mengecupnya singkat.

"Wow wow woww" ujar Zain yang kepalanya muncul dibalik pintu balkon. Dycal menolehkan kepalanya ternyata sudah ada Zain, Rayhan, Dika, dan Althaf yang sedang mengintip, sialan!  Dycal tercyduk.

Pletak!

Rayhan menjitak kepala Zain

"Ganggu orang aja lo!"

"adek gue udah gede" Dika terkekeh

Dycal menaikkan selimut sampai kedada Aileen.

Cklek

Pintu terbuka menunjukan Ainan yang wajahnya masih babak belur namun sudah tak separah sebelumnya

"Gimana?" tanya Ainan menatap Aileen sedu

"Gue ngerasa ada yang aneh sama Aileen" ujar Dycal

***

Rasa lapar membuat Aileen terpaksa terbangun dari tidurnya. Ia baru menyadari bahwa kini ia sedang berada dikamar Ainan.
Hal pertama yang dirasakannya adalah lapar dan rasa nyeri pada tangannya. Aileen mengernyitkan dahi bingung kenapa tangannya ada bekas luka sayatan dan kenapa telapak tangannya diperban? Suara perutnya kembali berbunyi. Mata Aileen menangkap sebuah jam dinding yang menunjukan pukul empat subuh.
Tanpa memikirkan lengannya ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju dapur.

Aileen terkejut karena mendapati Ainan dan teman temannya yang tertidur pulas di ruang tv. Ainan dan Althaf yang tertidur nyaman disofa. Zain tengkulap dikarpet dan Rayhan dengan bokong Zain sebagai bantalan. Dika yang tertidur sambil memegang sebuah roti dan Dycal yang memisahkan diri, pria itu tertidur di pojokan dengan jaketnya sebagai bantal.

Aileen menaiki tangga menuju kamarnya untuk mengambil selimut. Namun begitu pintu dibuka ia dibuat terkejut juga dengan keadaan kamarnya yang sudah lebih pecah dari sekedar kapal pecah. Banyak pecahan kaca yang masih berserakan dilantai dengan perlahan ia mengambil selimut bergambar frozen dikasurnya. Dan juga mengambil dua selimut lainnya dilemari.
Setelah dari kamarnya Aileen menuju kamar Ainan tentunya untuk mengambil selimut juga.
Setelah itu ia kembali turun ke ruang tv untuk menyelimuti para manusia yang butuh kehangatan ini.

Satu selimut menyelimuti Zain dan Rayhan, satu selimut menyelimuti Ainan dan Althaf, satu Dika dan tersisa satu selimut untuk Dycal.

Setelah menyelimuti Aileen pergi kedapur untuk memfokuskan pada rasa lapar diperutnya. Ternyata tidak ada makanan, kemudian Aileen membuka lemari es untuk mencari mie atau bahan lainnya untuk dimasak, namun nihil.

Tapi matanya menangkap sebungkus roti, ia mengambilnya dan tak lupa selainya.
Begitu ingin membuka selainya ternyata selai itu tertutup rapat. Dengan keadaan tangan yang seperti ini Aileen sangat kesusahan. Namun ia tetap mencoba walaupun rasa perih kembali menjalar ditangannya

"Apa salahnya sih buat minta bantuan" Aileen menoleh kesumber suara, Dycal dengan khas wajah baru bangun tidur ia mendekati Aileen untuk membukakan selai dan mengoleskannya pada roti yang sudah disiapkan.

Begitu selesai dengan roti yang sudah dibalut selai strowbery Aileen membawanya menuju halaman belakang rumahnya

"Mau ditemenin?" tanya Dycal

"Gue nolakpun, lo bakal tetep ngikut" Dycal terkekeh mendengar ucapan Aileen

Mereka berdua duduk disebuah bangku ya g berhadapan dengan kolam renang. Dycal menautkan jaketnya pada bahu Aileen yang sedang memakan rotinya dengan lahap

"Laper banget ya?" Aileen mengangguk. Dan tak lama ia selesai memakan rotinya

"Mau lagi?" tawar Dycal

Aileen menggeleng. Dan menatap langit yang masih gelap, kemudian menunduk menatap lengannya yang masih terasa perih.

"Bentar ya" Dycal memasuki rumah dan kembali dengan sebuah kotak p3k kemudian membersihkan luka Aileen dan mengganti perban pada telapak tangannya

Aileen menatap Dycal yang begitu serius mengobati lukanya, sebulir air mata menetes dipipinya jatuh tepat pada lengan Dycal. Seketika Dycal menatap Aileen yang mulai terisak kecil.

Tak butuh waktu lama Dycal selesai dengan pekerjaannya dan kembali menatap Aileen yang masih terisak juga.

Dycal menarik Aileen kepelukannya dan mengusap rambut Aileen yang masih acak acakan. Dycal bisa merasakan betapa besar luka yang dialami Aileen saat ini.

Perlahan pelukannya mengendur

"Gue nggak ngerti sama semuanya, tangan tersayat gini, kamar hancur, dan gue merasa" Aileen menggantung ucapannya dan menarik nafas "Kalo gue nggak ngelakuin apapun" tangis Aileen semakin pecah

"Dan gue nggak ngerti sama apa yang ada difikiran Papa sampe ngelakuin hal diluar dugaan gue"

"Mama juga. Kenapa Mama harus kabur tanpa nyelesain masalah ini"

"Gue benci semuanya Cal. Gue benci!!" Aileen menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dycal tetap diam membiarkan Aileen mengeluarkan semua emosinya dengan air mata yang semakin deras.

Dycal menepuk pundaknya dua kali, merasa paham Aileen menyenderkan kepalanya pada pundak Dycal. Tercium aroma parfum khas seorang Dycal, Aileen mencium parfum tersebut yanh bisa menenangkannya

"Terkadang Tuhan ngasih kita cobaan karena Tuhan tau kita itu kuat, dan Tuhan tau kalo kita itu bisa buat ngadepin semuanya" Ujar Dycal seketika isakan Aileen terhenti ia menatap kolam renang yang sama heningnya seperti hidup Aileen sekarang ini. Namun bedanya kolam renang memiliki air yang jernih berbeda dengan hidup Aileen yang kini sangat keruh.

~
Tekan ⭐sebelum next
Jangan lupa tinggalin jejak.
Dan… jangan lupa komen 😄

See you ❤

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang