AlterEgo-Chapter37

6.9K 338 35
                                    

Althaf memparkirkan motor KLX hijaunya tepat disamping motor sport milik Dycal. Kemudian Aileen turun dari motor Althaf, walaupun sedikit kesusahan.

Setelah turun dari motor Althaf, Aileen berlari kearah teras yang dimana sudah ada tante Zahra yang menunggunya. Aileen langsung memeluk tante Zahra

"Are you okay?" ujar Tante Zahra dengan cemas. Aileen hanya mengangguk, kemudian tante Zahra mengecup rambut Aileen.

"Len..." Ainan datang sambil berlari

"Gapapa? siapa yang bawa lo? lo dibawa kemana?" tanya Ainan bertubi, Aileen menggeleng lemah

"Pipi lo kenapa?" Aileen menoleh kearah suara itu, Dycal menyentuh pipi Aileen dengan pelan

"Kita ngobrol didalem ya" ujar Tante Zahra, semuanya mengangguk kemudian masuk kedalam rumah.

Didalam rumah Aileen menceritakan semuanya, mulai dari pria bertopeng yang tiba-tiba ada dikamarnya kemudian menyekap mulutnya dengan bandana yang entah diberi apa pastinya setelah menghirup aroma bandana itu Aileen tak sadarkan diri, hingga kejadian ia berlari ralat kabur dengan pria bertopeng pula.

Setelah menjelaskan semuanya Aileen dibawa Dycal menuju halaman belakang rumah Aileen. Seperti biasa, duduk disebuah bangku dekat kolam. Dycal membawa kotak P3K untuk mengobati pipi Aileen, Aileen meringis kala merasakan perih pada pipinya. Aileen mengangkat tangannya untuk menyentuh tangan Dycal yang masih berada dipipinya, digenggamnya tangan Dycal. Kemudian Dycal memeluknya

"Maaf" ujar Dycal, Dycal melepas pelukannya kemudian menatap Aileen. Aileen menatapnya bingung

"maaf karena bukan gue yang nemuin lo," sambungnya. Aileen menggeleng

"yang pentingkan udah ketemu" ujar Aileen dengan parau

Dycal tersenyum, tangannya bergerak kerambut Aileen kemudian mengusapnya dengan lembut.

Aileen merasa lelah atas kejadian malam ini, matanya sayup dan mengantuk. Dycal mengantar Aileen menuju kamarnya, dan menunggu Aileen sampai benar benar sudah tertidur. Dycal menatap mata Aileen yang terpejam, ia meraih selimut dan menyelimuti tubuh Aileen. Setelah itu ia keluar dari kamar Aileen menuju ruang tamu yang dimana ada Ainan dan Althaf yang sedang berbincang.

"Bang, DID itu bisa disembuhin?" tanya Dycal, Ainan dan Althaf menengok kearahnya.

Ainan hanya diam,

"Setau gue, DID itu nggak bisa disembuhin kecuali dengan alternya yang mau pergi dari tubuh Aileen secara sukarela. Tapi kedatangan alter bisa terkontrol kalo Aileen sendiri udah bisa ngelakuinnya."

Dycal mengangguk anggukkan kepalanya

"Besok, Tante Zahra mau ketemu sama Psikiater yang lebih handal dalam hal ini," tambah Ainan

"Gue boleh ikut?" Tanya Dycal

"Tentu."

"Oke kalo gitu gue pulang ya." Althaf bangkit dari duduknya

"Sip, thanks ya" Ainan ikut beranjak kemudian mereka melakukan tos ala ala pria

"Lo mau ikut gue pulang gak?" Althaf menatap Dycal yang sedang diam seraya berfikir

"Istirahat." Sahut Ainan

"Okedeh" Dycal beranjak dan mengikuti Althaf untuk pulang, karena abangnya sudah mendahuluinya.

****

Koridor rumah sakit sangat sepi, hanya Ainan dan Tante Zahra yang melewatinya. Mereka berjalan dengan keadaan hati yang resah. Mereka akan bertemu psikiater.

Ainan berjalan sambil memainkan jari tangannya, raganya disini, tapi fikirannya terus berkecamuk.

Sampai tiba diruangan yang cukup luas, sebelum masuk keruangan tersebut Ainan dan Tante Zahra menghentikn langkahnya. Mereka saling tatap beberapa detik untuk menetralkan perasaan resah nan gelisah. Tante Zahra mengghela nafas pelan

"Bismillah" Ujarnya kemudian memasuki ruangan tersebut

Ainan merasa aneh kala menginjakan kaki diruangan ini. Tante Zahra langsung menemui psikiater dan mengobrol dengannya. Sedangkan Ainan melihat-lihat seisi ruangan. Nafasnya tercekat kala ada sebuah ruangan yang dimana tempatnya sangat gelap sekali. Ainan mengintip lewat jendela besi, didalamnya ada kasur dan sebuah lemari, tidak! Sepertinya sebuah brankas kecil.

Setelah melihat-lihat Ainan kembali menghampiri Tante Zahra yang masih ngobrol serius dengan psikiater tersebut, Ainan duduk disamping Tante Zahra.

"Aku tidak yakin ini akan berhasil" ujar Tante Zahra

"Bahkan kita belum mencobanya" jawab psikiater itu dengan tenang.

"Jadi?"

Psikiater itu terdiam sesaat, tangan kanannya memainkan pulpen.

"Akan kita coba jika kau setuju,"

"Aku setuju. Jadi kapan bisa dilaksanakan?"

"Jam tujuh malam nanti bawa dia kesini,"

"Baiklah, kalau begitu aku pamit," psikiater itu mengangguk. Ainan dan Tante Zahra keluar dari ruangan itu dan kembali pulang kerumah.

***

Tante Zahra menghampiri Aileen yang sedang duduk didepan teras, jam menunjukan pukul lima sore

"Aileen," ujar Tante Zahra, Aileen menoleh dan tersenyum

"Malam nanti kamu akan bertemu dengan seorang psikiater" Aileen sedikit terkejut mendengarnya

"Bipolar?" Tanya Aileen memastikan, Tante Zahra menggeleng

"Kepribadian ganda" Aileen tersenyum kecut, air mata menetes dipipinya. Tante Zahra mengusap punggungnya

"Jangan takut ya, kamu pasti bisa"

***

Aileen sangat takut berada disini, tangan kanannya digenggam Dycal dengan eratnya seakan memberikan kekuatan pada Aileen. Sedikit menenangkan tapi tetap saja dia takut.

Tante Zahra mengusap lembut rambut Aileen dan memeluknya

"Kamu pasti bisa,"

Ainanpun ikut memeluk

"Lo kuat, Gheandra kuat!"

Aileen tak kuasa menahan air matanya, ia menangis dipelukan Tante Zahra dan kembarannya.

Setelah itu Dycal. Dycal mengusap air mata dipipi Aileen

"Lo kuat, jangan patah semangat, gue disini bakal selalu ada buat lo. Mereka. Verin, Rayhan, Zain dan Dika abang gue selalu suport lo," Aileen memeluk Dycal "you're mine and iam yours" Dycal mencium kening Aileen dengan lembut, Aileen tersenyum,

Tante Zahra menggandeng tangan Aileen untuk masuk keruangan itu sedangkan yang lainnya menunggu diluar. Beberapa menit kemudian Tante Zahra kembali keluar sendiri, tanpa Aileen.

****

Next?
Spam komen buat next:)
Vote yaa..
Share cerita ini ke sosmed kalian juga

Dan jangan lupa follow ig
Hikma.rii_

Terimakasih:)

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang