Part 27💜

4.3K 228 4
                                    

Happy reading all💕

**>®<**
Kita tidak bisa memaksa sesuatu yang gak bisa kita miliki
Ikhlas adalah kunci utamanya, dan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih istimewah
**>®<**

*****

Satu tetes air mata lolos setelah Afifah mendengar kata yang terakhir yang dicapkan laki-laki itu. Panggilan itu, panggilan itu sangat sering dia dengar saat mereka bersama dulu. Itu adalah panggilan yang spesial menurut Afifah, tapi itu dulu sewaktu perasaannya masih sama. Tapi sekarang semuanya sudah hilang, tidak ada lagi tempat yang sepesial di hati Afifah saat ini kecuali suaminya Adnan.

Afifah memejamkan mata sehingga air matanya jatuh membasahi cadarnya.

"Dulu sama sekarang itu beda Fikri. Aku gak bisa menerimamu apa lagi mencintaimu. Jadi aku harap kamu mencari wanita yang lebih baik dariku"

"Wanita itu kamu Ra, kamu orang yang aku cinta dari dulu sampai sekarang. Aku akan memperbaiki semuanya, aku akan berusaha sebisa aku membuat kamu bahagia. Aku mohon terimah aku Ra" ujar Fikri memohon.

"Aku gak bisa Fik, aku gak bisa. Maaf" jawab Afifah sambil menunduk.

"Tapi kenapa?" tanya Fikri dengan frustasi.

"Aku udah menikah Fik, aku udah nikah. Dan sekarang aku sudah bahagia dengan pernikahanku, aku sangat mencintai suamiku. Jadi aku mohon jangan ganggu aku lagi, dan aku harap kamu mencari wanita yang lebih baik dari aku" jawab Afifah sambil melihat kebola mata Fikri, menunjukkan bahwa dia serius dengan ucapannya.

Fikri menegang mendengar ucapan Afifah. Ini pasti bohong, tidak mungkin wanita yang dia cintai menikah secepat ini.

"Kamu pasti bohongkan Ra, gak mungkin kamu nikah secepat ini. Jangan bercanda sama aku Zahra" sahut Fikri dengan senyum pedihnya.

"Tapi ini kenyataannya Fik, ini tidak lelucon ingin membuat kamu tertawa. Ini kenyataannya bahwa aku sudah menikah" jawab Afifah meyakinkan.

Fikri diam, apa ini betul tapi kenapa dia tidak mengetahuinya. Cerita apa yang sudah dia lewatkan tentang wanita yang didepannya ini, sampai-sampai dia tidak mengetahui kenyataan yang sangat menyakitkan. Apakah selama itu dia menjauhi Afifah sehingga dia tidak mengetahui apa yang sudah terjadi.

"Aku gak percaya, kamu pasti bohong" ucap Fikri sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku gak berbohong, aku harap kamu bisa menerimanya. Maaf sekali lagi. Aku harus pergi ini udah terlalu lama untuk kita berdua, assalamu'alaikum" salam Afifah dan mulai meninggalkan Fikri yang masih setia berdiri melihat kepergian Afifah.

Afifah sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh saat melihat teman-temannya. Dia segera pergi dari acara itu setelah mengambil tasnya.

"Afifah..kamu mau kemana" tanya Dinda yang menyusul Afifah.

"Din aku harus pergi ada urusan. Maaf gak bisa ikut acaranya sampai selesai" jawab Afifah.

"Acara apa, kayaknya kamu habis nangis deh" ujar Dinda curiga.

"Aku gak habis nangis kok, ini cuma kelilipan tadi abis kenak angin pantai. Pokoknya aku harus cepat pergi, kalau kamu ada waktu kamu mampir ke rumah aku ya" ucap Afifah dengan senyum paksaan.

"Iya deh, kamu hati-hati dijalan ya"

"Iya aku pamit, assalamu'alaikum" salam Afifah.

"Wa'alaikumussalam" jawab Dinda.

Afifah memsan taxi online, setelah taxinya datang dia segera masuk kedalam mobil. Afifah tidak bisa menahan air matanya lagi, dia gak kuat dengan apa yang dihadapinya saat ini. Kenapa waktu seolah mempermainkannya, dia terus beristigfar karena bagaimanapun ini salah. Tidak seharusnya dia memikirkan orang yang bukan mahromnya, dia sudah mempunyai suami dan dia sangat mencintainya. Tapi kenapa seolah perasaan itu masih ada yang tertinggal sedikit, tidak itu tidak benar itu hanya rasa kasihannya terhadap orang tersebut. Itu hanyalah kesalahan, Afifah memejamkan matanya segera memohon ampun kepala Allah atas apa yang sudah dia perbuat.

Afifah tidak memberitahu kepada Fikri tentang pernikahannya itu karena laki-laki itu hilang begitu saja tanpa ada yang mengetahui keberadaannya. Teman-temannya juga tidak mengetahui keberadaan Fikri setelah acarah lulus-lulusan dari sekolah. Kontaknya juga tidak bisa dihubungi. Jadilah laki-laki itu tidak tau bahwa sebenarnya Afifah sudah menikah. Dan disini Afifah tidak salah, dia tidak pernah memutuskan hubungan silaturahmi kepada Fikri walaupun Fikri sudah menyakiti hatinya. Tapi disini laki-laki itulah yang memutuskan silaturahmi itu, dia hilang begitu saja tanpa ada yang mengetahuinya.

Afifah langsung sadar kalau dia belum memberi tau kepada suaminya kalau dia sudah pulang dari acara itu. Afifah segera mengambil ponsel dan langsung mengetikan di kolom chattanya kalau dia sudah pulang.

*****

Setelah kepergian Afifah laki-laki itu hanya memandang punggung Afifah dengan sendu. Kenapa sesakit ini, apakan ini yang dirasakan wanita itu saat dia berubah tanpa alasan yang tepat.

"Aaarrgghh....." teriak Fikri sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Kenapa?, kenapa disaat gue mau memperbaiki semua kesalahan gue, malah yang ingin gue perbaiki itu meninggalkan gue. Kenapa?" ucapnya pada dirinya sendiri dengan air mata yang sudah menetes.

Menyesal, kata itulah yang sekarang Fikri rasakan. Dia sudah menyia-nyiakn wanita yang begitu berarti dalam hidupnya, dia sudah membuat wanita yang dia cintai itu pergi sendiri dari dalam hidupnya. Dan sekarang hanya rasa penyesalan dan rasa sakit yang dia rasakan. Seandainya kejadian dimasa lalu tidak pernah dia lakukan, mungkin wanita itu akan tetap menjadi miliknya, menjadi bagian dari dalam hidupnya.

"Gue gak tau lagi harus gimana" ucapnya dengan sendu.

Hanya satu nama setelah keluarganya yang membuat dia tidak bersikap dingin, hanya satu nama yang selalu membuat dia tidak pernah cuek, hanya satu nama yang selalu membuat hatinya selalu berdebar-debar yaitu Afifah. Afifah selalu mengungkap dirinya yang sebenarnya, membuat sikapnya lebih lembut kepada orang lain. Dan Afifah lah yang bisa membuatnya se-menyedihkan dan sesakit ini.

Mungkin inilah takdir dari kisah cintanya selama ini. Cintanya yang dia pendam sedari dulu, cintanya yang selalu dia jaga agar tidak dimasuki oleh orang lain. Tapi waktu tidak memberikan ijin agar dia memperjuangkan cintanya, semuanya sudah selesai. Allah sudah menentukan takdirnya, Allah tidak menakdirkan Afifah menjadi jodohnya. Allah punya cerita yang lebih indah dari yang dia bayangkan, Allah sudah menyiapkan kebahagiaannya di waktu yang lain. Dan dia harus menerima semua takdir Allah dengan hati yang ikhlas.

"Aku hanya berharap kamu selalu bahagia dengan jodohmu yang sekarang Ra" ujar Fikri dengan senyum yang ikhlas.

Dia akan belajar ikhlas walaupun itu sakit. Dia akan menerimanya agar yang dicintainya merasa bahagia. Dia akan pergi agar yang dia cintai tidak terusik dengan kehadirannya. Dia buka pria yang akan merusak kebahagiaan orang lain seperti kebanyakan cerita novel, jika memang bukan dia yang ditakdirkan maka dia harus bisa menerimanya dengan ikhlas. Suatu saat Allah akan mendatangkan kepadanya seseorang yang memberikan kebahagiaan dalam hidupnya. Entahlah waktu itu kapan, tapi untuk saat ini dia akan berusaha mengobati hatinya yang terluka dengan selalu dekat kepada Allah.

Dia sadar ini adalah balasan dari perbuatannya dimasa lalu. Walaupun dulu niatnya untuk menjahui Afifah hanya ingin melindungi wanita itu dari bahaya. Seandainya dulu dia menceritakan semuanya, pasti Afifah masih menjadi miliknya. Tapi apa dayanya dia tidak boleh berandai-andai sekarang. Semua yang dia rasakan sekarang mungkin akan ada hikmahnya disuatu saat, mungkin dari kejadian ini dia belajar untuk menjadi orang yang lebih ikhlas menghadapi kenyataan. Karena jodoh dan kematian sudah Allah tetapkan disetiap hambanya, dan dia hanya bisa menunggu antara salah satunya yang mana yang akan menjemputnya deluan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Terimakasih sudah baca😊

Jangan lupa tinggalkan vote dan comennya

Wassalam..

Jadikan Al-qur'an bacaan utama💖

Istikharah Cinta MemanggilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang