"A', ini bajunya bagus banget ..." Mata bulat Katia berbinar kagum menatap gaun indah berwarna silver dengan motif sederhana.
Revan tersenyum menatap Katia yang berdiri membelakanginya. "Sengaja, aku pesan satu minggu yang lalu buat kamu," jawab Revan membuat Katia langsung menoleh padanya.
Sekarang mereka sedang berada di rumah Katia. Tepat hampir tengah malam Revan menghubunginya karena dirinya tidak dalam jadwal lembur.
"Memangnya, gaun ini buat acara apa, A'?"
Katia melihat Revan tersenyum cerah. "Besok malam acara ulang tahun pernikahan orangtua A'a. Sekalian, mau kenalin kamu sebagai calon istri A'a."
Revan melangkah mendekatinya.
Beberapa pekan menjalin hubungan dengan Revan membuat Katia merasa dicintai dan dihargai. Revan sangat baik, berbeda jauh dengan apa yang Revin ceritakan dulu. Revin sering menjelekan kembarannya. Dan sekarang Katia tahu, bahwa kejelekan yang Revin ceritakan adalah kelakuan Revin sendiri.Revan jauh dari kata suka bergonta-ganti wanita. Revan juga jauh dari kata kasar. Dan Revan juga sangat penyayang. Pada Ibu dan adiknya pun Revan sangat perhatian, setiap hari tidak pernah melewatkan menelpon ibunya. Berbeda dengan Revin yang suka kasar dan suka menuntut. Katia bisa merasakan perbedaan itu.
Jarak antara mereka semakin menipis. Revan berdiri menjulang tinggi di hadapan Katia. Terpaksa Katia mendongak menatap manik hitam pekat yang menyesatkan itu.
"Nanti setelah selesai acara itu, kita berangkat ke Cianjur nemuin Mama kamu. Aku pengen cepat halalin kamu."
Degup jantung Katia terasa tidak beraturan. Hatinya menghangat. Revin tidak pernah membahas pernikahan dengannya, sedangkan Revan? Dia sangat serius padanya.
"Apa ... Kedua orangtua A'a bakalan terima aku?" Katia bertanya ragu.
Revan tersenyum mengusap puncak kepalanya lembut. "Terima atau nggak. Tetap, aku bakalan nikahin kamu. Nggak rela aku pisah dari kamu." Suara serak Revan membuat Katia merinding. Katia diperlakukan layaknya seorang ratu. Katia tidak percaya keindahan ini. Ia takut semua hanya mimpi panjang yang akan usai.
"Aku masih nggak paham mengapa A'a begitu mudah terima aku yang hanya barang bekas? Apalagi bekas saudara kembar A'a."
Revan terdiam begitupun usapan di kepalanya terhenti. "Kamu bukan barang bekas. Kamu manusia, kamu seorang wanita." Revan menyanggah ucapan Katia yang terkesan merendahkan dirinya sendiri. "Aku udah berulang kali bilang, semua itu cuman masalalu. Masalalu kita itu kayak pisau, kalau kita berusaha mengingatnya atau mengoreknya lagi, sudahlah pasti masalalu itu bakal nyakitin kita."
Hati Katia terenyuh. Dia segera menyeka air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "A', aku nggak mau sampai terluka lagi. Rasanya dicampakan itu nggak enak, A'."
Revan mendesah pelan. "Memang A'a sanggup campakin kamu?" Revan malah bertanya balik. Revan bergerak mengecup keningnya. "Kalau aku nyakitin kamu. Kamu boleh pergi tinggalin aku." Revan berucap pasrah setelah mengecup kening Katia.
Katia menggeleng, memeluk tubuh Revan. Dia menangis terisak dalam dekapan Revan. Revan memang terlalu baik untuknya, tapi dia tidak akan pernah mau melepaskan Pria sebaik Revan. Meski kadang, Revan menyebalkan dan senang menjahilinya. Tapi dirinya tambah sayang dan cinta.
"Aku nggak akan pernah mau tinggalin A'a. Kalau A'a kelewatan, aku kurung saja di kamar mandi tujuh hari tujuh malam."
Revan tergelak mengusap punggung Katia lembut. "Jangan, Sayang. Aku nggak bakalan sanggup jauh-jauh lama dari kamu. Kalau hukumannya dipeluk sama dikiss tiap hari, aku mau melakukan kesalahan tiap hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakitnya Cinta (Tamat)
Short StorySiapa yang bisa tabah ditinggalkan calon pengantin wanita di saat pernikahan akan berlangsung hari esok? Apalagi yang merebut calon pengantinnya itu adalah saudara kembarnya sendiri. Senyuman, tingkah laku konyol Revan adalah bentuk kesakitan dalam...