"Entah mengapa setiap kali aku berada di dekatnya aku selalu merasakan perasaan aneh dalam hatiku. Hatiku seakan berkata ingin selalu berada di dekatnya. Aku tidak tau apakah ini cinta, atau hanya sekedar rasa suka semata? Namun jika benar ini cinta, maka aku hanya berharap semoga dia mengerti akan cintaku ini."
-Daffa Aliandra Wijaya-Happy Reading
~~~
Keesokan harinya.
Hari ini seperti biasa Ananda mengawali harinya dengan bekerja. Saat ini Restoran terlihat lebih ramai seperti biasanya, sehingga membuat Ananda sedikit kewalahan, mengantarkan pesanan dari satu meja ke meja yang lain.
***
Tidak terasa hari terasa cepat berlalu. Ananda melihat alorji dipergelangan tangannya. Jam 5 sore berarti saat ini jam Ananda untuk pulang dan juga pekerjaan tadi yang sempat ia kerjakan telah selesai di kerjakannya.
"Sis, aku pulang duluan yah." Ananda menghampiri Siska yang sedang membereskan tasnya.
"Baiklah, apa kamu mau aku antar?"
"Tidak usah Sis, aku bisa sendiri. Baiklah sampai jumpa." Ananda memeluk Siska sebentar dan melambaikan tangannya seraya berlalu.
"Dasar gadis itu." Siska menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya.
Namun baru beberapa langkah, Ananda keluar dari Caffe. Ananda melihat Daffa melambaikan tangan kepadanya di seberang sana. Ananda pun dengan sedikit ragu mulai menghampirinya.
"Ayo, aku antar pulang." Daffa mengenggam tangan Ananda, namun Ananda hanya diam di tempat. Daffa yang merasa tidak ada pergerakan dari Ananda pun menoleh.
"Ada apa?" tanya Daffa
"Aku mau bicara."
"Oke, kita bicara dalam mobil saja."
Ananda hanya menganggukan kepalanya.
***
"Kamu ingin bicara apa?" tanya Daffa setelah mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kenapa kamu melakukan ini Daffa." Ananda mulai berbicara
"Apa maksudmu, aku tidak mengerti."
"Kamu. Aku rasa kamu terlalu berlebihan, aku bukan siapa-siapa kamu Daffa. Kita baru saja kenal, tolong jangan bersikap seperti ini." Ananda menatap Daffa. Jujur ada rasa gugup saat dirinya menatap Daffa. Karena memang saat bersama Daffa, Ananda tidak pernah menatapnya sedekat ini.
"Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin dekat dengan pria, A-aku..." ucapan Ananda mulai terbata-bata. Ananda menundukan kepalanya. Seketika bayangan Rio terlintas di dalam pikirannya.
Daffa tertegun melihat melihat Mata Ananda yang berkaca-kaca menahan tangisan. Meskipun Ananda menyembunyikannya dengan menunduk.
"Hey, Ananda. Ada apa?" Daffa memegang dagu Ananda agar menatapnya.
"A-aakuu...tidak ingin merasakan kehilangan untuk kedua kalinya. Karena itu aku tidak ingin berdekatan dengan pria lagi." tumpahlah sudah cairan bening ini membasahi pipinya. Dan tanpa sadar Ananda sudah mencurahkan isi hatinya yang selama ini ia pendam kepada Daffa.
"Ananda." Daffa menghapus air mata yang mengalir dari kelopak mata Ananda dengan kedua tangannya.
"Aku mohon, jauhi aku Daffa. Dan anggap saja kita tidak pernah bertemu." ucap Ananda di tengah isakannya.
"Tidak Ananda, tolong lihat aku. Aku mohon beri aku kesempatan untuk mendekatimu. Membahagiakanmu dengan caraku." ucap Daffa tulus
"Kamu tidak mengerti Daffa, ini sangat...,"
"Aku mohon beri aku kesempatan. Biarkan aku membuktikan bahwa aku bisa menjagamu dan membahagiakanmu."
"Daffa..." lirih Ananda
"Iyah Ananda, tolong beri aku kesempatan untuk itu. Aku ingin membuatmu merasakan kembali bahagianya cinta seperti yang orang lain rasakan."
Ananda menatap kedua mata Daffa, Ananda ingin melihat apakah ada kebohongan disana. Tapi nihil yang ia lihat hanya kesungguhan dari mata Daffa.
"Baiklah, aku rasa sikap diammu itu aku anggap 'iya'. Sekarang aku antar kamu pulang."
***
"Aku masuk dulu, terima kasih karena telah mengantarku." ucap Ananda
Daffa hanya tersenyum manis menanggapinya.
"Jangan lupakan perkataanku tadi Ananda, aku sangat bersungguh-sungguh dengan ucapanku."
Ananda hanya diam. Saat Ananda akan keluar Daffa menahan pergelangan tangannya
"Apa?"
Cup
Daffa mengecup pipi Ananda, dan itu membuat saat empu merasa sangat terkejut.
"Good night, Princess" ucap Daffa mengelus pipi Ananda dengan ibu jarinya.
"Kamu..." secara spontan ia menyentuh pipinya yang telah dicium Daffa dengan wajah polosnya. Dan jangan lupakan rona merah dikedua pipinya. Entah mengapa itu malah membuat Ananda terlihat cute di mata Daffa.
Daffa terkekeh geli melihatnya. Karena gemas Daffa pun mencubit pipi chubby Ananda.
"Cepatlah masuk, lihat wajahmu sudah seperti kepiting rebus saat ini." goda Daffa
"Apa?"
"Iyah, kalau tidak percaya lihat saja sendiri." Daffa tertawa lepas melihat wajah polos Ananda. Sedangkan Ananda, jangan ditanyakan lagi saat inj Ananda, sangat..sangat..malu dan juga kesal tentunya.
"Teruslah tertawa." ucap Ananda dengan nada kesal yang ia buat dan berlalu begitu saja dari hadapan Daffa. Daffa segera berhenti tertawa dan menggelengkan kepala melihat tingkah gadis yang sudah mengisi hari-harinya saat ini.
....
Jangan lupa tinggalkan
Vote+komennya yahYs
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine (End)
Teen Fiction"Jangan bohong Daf, aku tau semuanya." "Sayang, aku bisa jelasin." Daffa ikut berdiri dan mencoba menenangkan Ananda, namun respon Ananda malah menjauhinya. "Stop. Aku gak nyangka tau, aku..hiks..kira kamu emang beneran cinta sama aku" Ananda mulai...