Daffa terus mencari Ananda dengan mobilnya, Daffa menengok kesana-kemari. Tak sekalipun terlihat gadis yang di cintainya. Daffa mengacak rambutnya frustasi. Selang beberapa saat Daffa mengerutkan keningnya begitu melihat seorang gadis berlari dengan tergesa-gesa. Gadis itu berlari sembari menangis pilu. Daffa buru-buru menepikan mobilnya dan menghampiri sang gadis.
"Ananda." teriaknya begitu keluar dari mobil.
Gadis itu menoleh, dan benar saja itu adalah Ananda. Bukannya berhenti, Ananda malah semakin berlari menghindari Daffa.
Bruk
Ananda terjatuh karena saking terburu-burunya. Tetapi Ananda tidak merasakan sakit sedikit pun, baginya sakit ini tak seberapa dengan sakit yang di torehkan di hatinya.
Kenapa harus terjatuh disaat seperti ini..hiks..racau Ananda.
Ananda berniat bangkit, hingga sebuah tangan terulur di depannya.
"Sini aku bantu." yang tak lain Daffa.
Ananda menepis kasar tangan Daffa. Daffa sungguh geram kepada gadis di depannya ini. Ia pun berjongkok.
"Dasar keras kepala. Lihat kakimu berdarah, kamu gak bisa berjalan sendiri." Daffa sengaja meninggikan suaranya.
"Apa pedulimu hah? Lebih baik kamu pergi dengan kekasihmu itu! Jangan pedulikan aku!" bentak Ananda.
"Jelas aku peduli, kamu yang kekasihku, sudah tugasku melindungimu."
"Omong kosong." sinis Ananda.
Tanpa pikir panjang Daffa segera menggendong Ananda, tidak peduli dengan teriakan Ananda, dan segera membawanya masuk ke dalam mobil.
- - - - - - - - - -
"Tunggu disini, aku akan membawa kotak obat sebentar!" ucap Daffa begitu menurunkan Ananda di sofa Apartemennya.
Ananda tidak bicara, dirinya hanya diam saja.
Tak lama kemudian Daffa sudah berjongkok di depannya seraya membersihkan darah yang terus mengalir dan menuangkan obat merah di kaki Ananda secara perlahan.
Ananda sedikit meringis saat Daffa menuangkan cairan merah itu. Entah kenapa Daffa juga ikut merasakan Sakit begitu melihat Ananda kesakitan.
"Dasar gadis bodoh. Untuk apa kamu berlari-lari begitu. Sekarang jadi seperti ini kan." gerutu Daffa, tanpa mengalihkan pandangannya dari kaki Ananda.
"Shh.." desis Ananda saat Daffa sedikit menekan lukanya.
"Sakitkah?" tanya Daffa menatap Ananda.
"Luka ini tak sebanding, saat melihatmu bersama perempuan lain." lirih Ananda yang terdengat jelas di telinga Daffa.
Daffa hanya diam saja mendengarnya, sesudah selesai mengobati luka Ananda, Daffa duduk disamping Ananda. Daffa dapat melihat jelas bekas airmata dari wajah cantik Ananda. Daffa mendongakkan dagu Ananda agar menatapnya.
"Kamu bilang kamu sakit melihat aku bersama perempuan lain, lalu bagaimana denganku." ucap Daffa begitu saja.
"Maksudmu?"
"Aku juga sakit saat melihatmu di antar pulang lelaki lain."
"Kapan?"
"Aku tidak ingat jelas kapan, coba kamu ingat sendiri."
Anandapun mulai ingat, memang benar waktu itu Raka pernah mengantarnya pulang.
"Jadi kamu balas dendam begitu, makannya kamu jalan sama cewek lain?" tanya Ananda curiga.
"Bukan begitu maksudku. Harusnya kamu dengar penjelasanku dulu. Jangan langsung menuduhku."
"Apa waktu itu kamu juga mendengar penjelasanku hah? Kamu dengan seenaknya menuduhku bersama Raka!" Ananda mengontrol emosinya agar tak meledak begitu saja.
Hening.
Mereka terdiam beberapa saat, saling mengintropeksi diri.
"Maaf." lirih Daffa. Menundukan kepalanya. Ananda menoleh dan baru sekarang melihat wajah putus asa seorang Daffa Aliandra Wijaya.
"Aku juga minta maaf." dan tanpa di duga Ananda memengang tangan kekar Daffa. Sehingga membuat sang empu terkaget bukan main. Daffa pun mencium berulang kaki tangan Ananda. Ia gengam erat tangan mungil itu.
"Kita mulai semua dari awal yah." tawar Daffa.
"Baiklah, tapi mulai sekarang kita harus saling percaya dan jangan ada rahasia apapun dalam hubungan kita." pinta Ananda.
"Iyah aku janji" Daffa membawa Ananda kedalam pelukannya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang beberapa minggu ini dia rindukan.
"I love you." ucap Daffa mengecup puncak kepala Ananda.
"I love you too." Ananda semakin menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Daffa.
Biarlah saat ini mereka saling merasakan bahagia. Setelah semua kejadian yang mereka alami. Saling memeluk menyalurkan rindu dalam hati mereka.
- - - - - - - - - -
Sementara di sisi lain seorang wanita menghancurkan barang-barang di dalam kamarnya. Ia lemparkan barang-barang itu kesetiap penjuru ruangan.
"Awas saja kau gadis sialan. Daffa hanya milikku. Aku tidak akan membiarkanmu memiliki Daffa. Aku akan menghancurkanmu karena telah berani mengambil milik seorang Olivia. Tunggu saja pembalasanku." geramnya seraya tersenyum jahat.
*******
DIBACA SAMPE AKHIR GUYS!Berhubung saat ini liburan sekolah telah tiba, maka dari itu aku akan rajin update cerita. Minimal 3 kali dalam seminggu akan aku usahain.
Yang mau cerita ini aku up terus. Jangan lupa vote+komen sebanyak-banyaknya yah. Biar aku semangat gitu😊
Bagi kalian yang suka sama cerita anak Sma, pas banget aku buat cerita baru yang berjudul "Love Story When It Rains" ceritanya anak sma gitu. Sesuailah sama author yang masih remaja ini😄 silahkan mampir aja yah guys, cerinya gak kalah seru dari cerita yang ini.
Salam dari Author
Ys.
![](https://img.wattpad.com/cover/186702031-288-k354653.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine (End)
Teen Fiction"Jangan bohong Daf, aku tau semuanya." "Sayang, aku bisa jelasin." Daffa ikut berdiri dan mencoba menenangkan Ananda, namun respon Ananda malah menjauhinya. "Stop. Aku gak nyangka tau, aku..hiks..kira kamu emang beneran cinta sama aku" Ananda mulai...