Suasana malam hari ini terasa sangat indah bagi pasangan sejoli yang tengah menikmati kebersamaan mereka. Yang tak lain ialah Daffa dan Ananda. Mereka berdua saling menyuapi satu sama lain. Dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibir mereka. Tatapan bahagia, sayang, cinta tergambar jelas dalam mata mereka. Seolah-olah saat ini menjadi saat yang begitu mereka nantikan. Berdua, bersama menikmati indahnya kegelapan malam.
Ternyata kebersamaan mereka tidak berhenti secepat itu. Setelah selesai makan malam yang begitu romantis. Mereka kembali menikmati keindahan malam dengan duduk di sebuah gazebo indah, yang telah di siapkan Daffa. Mereka duduk dengan nyaman di gazebo yang beralaskan bantalan empuk. Mereka berdua saling berpelukan. Menatap tepat ke depan dimana banyaknya bintang yang menghiasi langit malam.
"Sayang." ucap Daffa tiba-tiba yang membuat Ananda seketika menoleh.
"Kamu bahagia?" Ananda bangun dari dekapan Daffa dan menatap lekat wajahnya.
"Jelas aku sangat bahagia Daffa. Gadis mana yang tidak akan bahagia mendapatkan semua ini. Bahkan saat ini aku merasa sedang bermimpi. Karena ini terlalu indah jika aku bayangkan. Dan ternyata ini semua nyata yang terjadi kepadaku sekarang." jawab Ananda tulus membuat Daffa tersenyum.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu? Apa kamu bahagia? Apa pilihanmu untuk bersamaku membuatmu bahagia?" lanjut Ananda.
"Sayang, kamu adalah cinta dalam hidupku. Apa aku harus tidak bahagia mendapatkan cintaku. Mulai aku jatuh cinta kepadamu, aku selalu ingin membuatmu terus tersenyum. Kebahagiaanmu menjadi tujuanku. Dan sampai sekarang pun bahkan selamanya tetap sama tujuanku. Yaitu membuatmu selalu bahagia." Daffa memegang kedua pipi Ananda. Dan tersentak begitu melihat air mata Ananda turun. Tapi sesaat kemudian kekehan pun terdengar, bersamaan dengan tangan Daffa yang menghapus jejak air mata Ananda.
"Saat ini aku mengijinkanmu untuk menangis. Karena aku tau tangisan ini, tangisan bahagia. Maka akan aku biarkan. Tapi jika tangisanmu hanya untuk kesedihan, maka berikanlah itu padaku. Aku tidak ingin melihatmu bersedih. Sudah cukup air matamu yang keluar selama ini. Mulai dari sekarang aku hanya ingin tawa yang terdengar dari dirimu." Ananda menggigit bibirnya menahan tangisan yang menjadi dan memeluk kembali Daffa.
"Sayang, aku ingin besok kita ke rumah orangtuaku. Kita berikan kabar bahagia ini kepada mereka." ujar Daffa setelah beberapa saat.
"Daffa, sebenarnya aku merasa takut. Aku takut orangtuamu tid...," sebelum Ananda melanjutkan ucapannya jari telunjuk Daffa terlebih dahulu mendarat di atas bibir Ananda.
"Sutt, percayalah sayang, semuanya akan baik-baik saja." Daffa meyakinkan Ananda dengan mengelus permukaan tangannya yang sedang ia genggam.
"Baiklah."
- - - - - -
Seorang gadis tengah bersusah payah menangani ketegangannya saat ini. Di depan sana duduk sepasang suami-istri yang tengah menatapnya. Bahkan usapan tangan dari seseorang yang di sebelahnya, masih tidak cukup untuk mengontrol kecemasannya.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan Daffa?" tanya pria paruh baya, yang tak lain Papahnya Daffa yaitu Heri Wijaya.
"Iyah sayang. Mamah juga penasaran." tambah wanita paruh baya, yaitu Selvina Wijaya. Mamahnya Daffa. Sesuai dengan yang diucapkan Daffa, saat ini mereka tengah berkunjung ke rumah orang tua Daffa. Bukan rumah tapi melainkan mansion yang sangat indah.
"Jadi begini Mah, Pah. Kedatangan Daffa ke sini ingin meminta restu kepada Mamah dan Papah. Daffa ingin menikahi Ananda untuk menjadi istri Daffa Mah, Pah." ujar Daffa kepada orang tuanya. Seketika suasana menjadi hening. Membuat pasangan itu terdiam, menanti jawaban yang akan dikeluarkan. Hingga suara kekehan tawa dari keduanya membuat pasangan itu terheran. Ada yang lucu kah? Pikir mereka.
"Daffa sayang, Mamah sama Papah baru tau seorang Ceo seperti kamu bisa tegang juga yah." ujar Mamah Daffa di sertai anggukan dari Papahnya.
"Maksud Mamah?" tanya Daffa terheran.
"Begini sayang, sebenarnya Mamah sama Papah tidak percaya kamu mengatakan ingin segera menikah. Karena bagi kami ini semua terasa begitu cepat. Tapi jika memang kamu mengatakan ingin meminta restu kepada kami. Maka kami dengan senang hati merestui kalian."
"Jadi maksud Mamah, kalian setuju?"
"Tentu kami setuju sayang. Memang kami punya alasan apa untuk tidak menyetujuinya. Lagipula Mamah sudah tau mengenai Ananda, sebelum kamu datang kemari. Lagipula kebahagiaan seorang anak sangat berarti untuk orang tuanya. Maka, kami tidak aka mencegahmu untuk meraih kebahagiaanmu." jawab Mamah Vina dengan tersenyum cerah.
"Makasih Mah, Pah udah mau restuin Daffa. Tapi tunggu dulu, Mamah bilang udah tau lebih dulu tentang Ananda?" Daffa melirik sekilas Ananda dan menanti jawaban Mamahnya.
"Kami tau semuanya dari kakakmu sayang. Dia mengatakan semuanya pada kami. Dan ternyata memang benar yang Kakakmu katakan. Ananda gadis yang cantik, baik dan juga sopan. Mamah juga dapat melihat ketulusan dari matanya. Dan Mamah beruntung, bisa mendapat menantu seperti Ananda." jawab Mamah Vina yang membuat Ananda tersipu malu mendengarnya.
"Bang Revan kapan ke sini memangnya Mah?"
"2 minggu yang lalu dia ke sini."
Daffa tersenyum sembari mengingat Kakaknya. Begitu beruntungnya ia karena mendapat seorang Kakak yang begitu memahaminya. Meskipun mereka sering bertengkar, tapi itu wajar bagi seorang Kakak-beradik. Tetapi kasih sayang tetaplah ada diantara mereka.
"Baiklah Daffa, kalau begitu secepatnya, Mamah dan Papah akan berkunjung ke rumah Ananda. Kita akan membicarakan tentang tanggal pernikahannya."
"Iya Mah."
"Ayo Pah, sepertinya pasangan ini perlu waktu berdua. Kita tinggalkan mereka." ujar Mamah Vina mengajak sang suami pergi.
Ternyata benar pasangan itu langsung tersenyum bahagia setelah diberi waktu berdua. Mereka bernapas lega, seolah menurunkan beban yang ada dalam diri mereka.
"Semua akan baik-baik saja sayang. Aku jamin itu. Cinta kita secepatnya akan bersatu. Kamu, aku dan juga masa depan kita yang menanti." Ananda mengangguk dan langsung memeluk sang kekasih yang selalu ada bersamanya, dimana pun dan kapan pun itu. Selalu mendukungnya dalan berbagai situasi. Yang menjadi penyemangatnya dalam menghadapi dunia.
******
Hallo✋
Aku Update lagi nih. Dibaca yah. Jangan lupa Votenya juga.
Salam dari Author
Ys.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine (End)
Teen Fiction"Jangan bohong Daf, aku tau semuanya." "Sayang, aku bisa jelasin." Daffa ikut berdiri dan mencoba menenangkan Ananda, namun respon Ananda malah menjauhinya. "Stop. Aku gak nyangka tau, aku..hiks..kira kamu emang beneran cinta sama aku" Ananda mulai...