21. Film

83 29 7
                                    

Happy Reading

"Taraa. Makanan sudah siap." ujar Ananda. Sembari membawa hasil masakannya ke arah Daffa yang menunggunya di meja makan.

"Hmm, kalau di lihat sih kayaknya, enak. Tapi gak tau rasanya gimana." ujar Daffa sengaja menggoda Ananda.

"Ya di coba dulu dong. Aku ini jago masak loh." ucap Ananda dengan bangganya.

"Siapa?"

"Akulah."

"Yang nanya maksudnya. Haha" Daffa tertawa kecil melihat wajah kesal Ananda yang seketika itu.

"Ish Daffa nyebelin."

"Aku bercanda kok. Ayo kita makan sekarang."

..

"Bagaimana enak, tidak?" tanya Ananda begitu melihat Daffa mulai melahap masakannya.

Daffa menoleh ke arah Ananda. Namun ekspresinya itu yang sangat susah ditebak. Entah itu enak apa tidak. Bukannya Ananda tidak percaya dengan kemampuannya dalam memasak. Tapi kan selera setiap orang berbeda. Takutnya apa yang menurutnya enak tapi tidak dengan Daffa.

"Kamu mau jawaban jujur, apa tidak?" tanya Daffa serius.

"Apa? Yah jujurlah." wajah Ananda seketika tegang mendengar ucapan Daffa.

"Masakanmu sa...,"

"Kalau tidak enak, tidak papa kok jangan dipaksakan." lirih Ananda memotong ucapan Daffa.

"Aku belum selesai. Makannya dengerin dulu." ucap Daffa menatap lekat Ananda.

"Masakanmu sangat enak aku sangat menyukainya. Meskipun hanya nasi goreng dan omelet sederhana, entah mengapa rasanya begitu enak." lanjutnya.

"Beneran?" tanya Ananda serius. Dengan wajah yang berbinar-binar.

"Iyah. Aku tadi hanya becanda menggodamu. Soalnya aku suka melihat wajah tegangmu tadi. Sangat lucu." Daffa tersenyum kala mengingat wajah tegang Ananda tadi.

"Gak lucu tau Daf." Ananda mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yah maaf. Tapi beneran kok makanannya sangat enak. Mungkin kamu buatnya pake cinta makannya enak begini." candanya.

"Dasar. Dimana-mana buatnya itu pake tangan bukan cinta Daffa. Gimana sih."

"Hehe. Becanda. Ayo kamu juga makan. Aku tau kamu juga belum makan kan?"

"Iyah. Ini aku makan kok." saat Ananda akan mengambil nasi di depannya. Daffa mencekal pergelangan tangannya. Ananda yang tidak mengerti pun hanya menaikan alisnya.

"Biar aku saja." Daffa mulai mengambil satu sendok nasi dan menuangkannya di atas piring Ananda. Saat akan mengambil yang kedua kali Ananda berucap,

"Sudah cukup."

"Ini sedikit sekali Ananda. Makanlah yang banyak."

"Tidak. Ini sudah cukup kok."

"Gak pokoknya tambah lagi. Pantesan tubuhmu kurus begini. Makannya aja hanya sedikit."

Ananda melotot seketika mendengar ucapan frontal Daffa, yang jelas-jelas menyindirnya.

"Kamu menyindirku." tanya Ananda serius.

"Tidak kok. Aku hanya bicara jujur aja." ujar Daffa menyengir tak berdosa.

Terpaksalah Ananda makan dengan piring yang di isi penuh oleh Daffa. Meskipun sedikit memakan waktu. Tapi Ananda mampu menghabiskannya.

....

"Kamu mau menonton film apa? Action, horor atau romance." tanya Daffa.

Saat ini mereka sedang berada di ruang menonton tv. Rencananya mereka akan menonton film bersama.

"Terserah kamu aja."

"Oke."

Daffa mulai memilih beberapa kaset. Setelah menemukannya Daffa mulai memasukannya ke dalam Dvd untuk memutarnya. Dan ikut bergabung duduk bersama Ananda disofa.

Mereka berdua terhanyut menikmati film yang disuguhkan. Ananda tersadar bahwa sedari tadi posisi duduk mereka bisa dikatakan sangat dekat. Ananda pun menggeserkan tubuhnya kesamping. Daffa yang melihat itu hanya menatapnya bingung.

"Ada apa?"

"Eh..tidak kok."

"Oh ya sudah."

Di saat mereka kembali fokus menonton. Terlihat di adegan film tersebut. Si pria menghampiri sang gadis dengan senyum menawan dan terus maju mendekatinya. Pria tersebut berniat mencium sang gadis. Seketika Ananda menutup matanya dengan kedua tangan. Daffa tertawa melihatnya.

"Kenapa tertawa?" saat dirasa adegan tersebut sudah lewat Ananda kembali membuka kedua matanya.

"Kenapa kamu menutup mata?"

"Karena..ada adegan 'itunya' makannya aku menutup mata." jawab Ananda polos.

Tawa Daffa pecah mendengar jawaban Ananda.

"Bukannya, biasanya perempuan itu suka adegan romantis yah. Emang kamu gak suka yah?"

"Bukan begitu. Jujur aku sih suka. Hanya saja jika aku menonton film ada adegan 'itunya' aku selalu menutup mataku dengan bantal." jawab Ananda begitu jujur.

"Kamu ini sangat polos yah. Karena itulah aku menyukaimu. Cantik dan sederhana." lirih Daffa dengan suara pelan. Namun masih bisa didengar Ananda meskipun hanya samar- samar.

"Kamu mengatakan sesuatu?"

"Ehh tidak kok. Lebih baik kita kembali menonton saja." ucap Daffa mengalihkan pertanyaan Ananda.

Tidak terasa jam pun menunjukan pukul lima sore. Mereka sama-sama terhanyut menikmati film sampai tak menyadarinya. Ananda yang tersadar pun beniat untuk segera pulang takut mamanya khawatir.

"Aku antar yah." ucap Daffa saat Ananda mengatakan ingin pulang.

"Tidak usah. Aku bisa sendiri kok."

"Jangan. Aku gak mau ada apa-apa sama kamu nantinya. Biar aku antar saja."

"Daffa aku sudah terbiasa pulang kerja jam segini. Kamu jangan berlebihan."

"Aku bukannya berlebihan. Aku takut aja. Bagaimana pun aku kan harus berjaga-jaga."

"Ya sudah." jawab Ananda akhirnya. Karena ia tau mau bagaimana pun menolak Daffa kan pemaksa, jadi mau tidak mau dirinya harus menurut.

"Kamu tunggu sebentar. Aku ambil jaket dulu."

Ananda mengangguk setuju dan menunggu Daffa mengambil jaketnya.

"Ayo" ajak Daffa setelah mengambil jaket dan memakainya.

"Iyah."

......

Gimana ? Seru gak ? Makin hari, makin deket aja yah mereka.

Tetep pantengin ceritanya. Biar tau gimana kelanjutan hubungan mereka.

Follow juga yah ig aku : yanti_sopiyantii biar tambah deket.

Salam ramah dari Author

Ys.

You Are My Sunshine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang