47. Menemukan

83 1 0
                                    

Sampai saat ini tak seorang pun kunjung datang menyelamatkan Ananda, yang telah disekap selama beberapa hari. Ananda sempat berfikir jika orang yang dekat dengannya bahkan orangtuanya tak kunjung datang karena mereka mungkin tidak lagi merisaukan kehadirannya. Ananda juga berfikir jika Daffa sudah melupakannya.

Setiap harinya. Ananda hanya diam, memikirkan bagaimana caranya keluar dari kamar terkutuk ini. Jangan tanya bagaimana kesehatannya. Ananda sempat heran siapa yang setiap harinya menyimpan dua buah roti dan juga satu gelas air di atas meja. Karena setiap ia bangun pagi, selalu ada makanan di atasnya. Daripada mati kelaparan Ananda lebih memilih untuk memakan roti itu seperti yang ia lakukan sekarang.

Setelah menghabiskan satu bungkus roti dan meneguk satu gelas air putih, Ananda berniat akan keluar ruangan ini sekarang. Untungnya dia memiliki satu rencana yakni dengan cara memecahkan kaca jendela besar yang ada di hadapannya. Rencana ini baru ia pikirkan kemarin, seharusnya dia jalankan rencana ini sejak dulu. Tak mau pikir panjang dia pun segera mengambil barang yang kuat untuk memecahkan kaca tersebut.

"Ahh ini dia." Ananda berhasil menemukan kayu panjang. Pertama-tama Ananda memeriksa keadaan sekitar apakah ada seseorang apa tidak. Ketika tidak mendapati seorang pun di luar sana Ananda langsung memukul jendela itu dengan satu hentakan keras.

Prang

Kaca itu sukses dia pecahkan, Ananda pun segera menaiki jendela dengan hati-hati. Takut pecahan kaca mengenai dirinya. lalu pergi keluar dengan kayu yang masih ia pegang erat. Kayu itu akan dia gunakan untuk berjaga-jaga. Saat berhasil keluar, Ananda mendengar seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Spontan Ananda langsung menyembunyikan tubuhnya di belakang tembok. Dia sedikit mengintip ke dalam, matanya langsung membulat ketika melihat satu pria berbadan besar dan satu pria berbadan kecil. Saat pria berbadan kecil melihat kearah Ananda, Ananda segera melarikan diri ke halaman rumah.

"Woy berhenti lo!" Pria berbadan kecil sepertinya mengetahui gerak-gerik Ananda, sekuat tenaga Ananda berusaha lari dari kejarannya. Saat tiba di jalanan yang sepi, jalanan yang sama tepat saat dia dan Olivia menghentikan mobil, Ananda langsung membuka kalung pemberian Olivia terlebih dahulu, dan membuangnya di sisi jalan. Dia berharap akan ada orang yang menolongnya sebelum dia kembali di tangkap oleh penjahat kejam itu.

Bruk

Ananda sukses memukul bahu pria tersebut dengan keras membuatnya jatuh tersungkur, dia terlihat meringis kesakitan.

"Maafkan aku tuan." gumam Ananda dengan suara nada kecil. Dia merasa bersalah karena baru kali ini dia memukuli seseorang sampai orang itu merasakan nyeri yang luar biasa.

"Dasar tidak berguna." pria itu bangkit dan segera mengambil kayu itu dari tangan Ananda dan dia berhasil merebutnya lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Ahkk lepaskan." pria itu mencekal kuat tangan Ananda hingga membuat tangannya memerah. Sekuat tenaga Ananda mencoba menarik tangannya, sayang. Tenaganya lebih rendah dari pria tersebut, walaupun tubuhnya kecil tapi dia memiliki tenaga yang sangat kuat.

"Ahhk" cekalannya terlepas tepat saat Ananda berhasil menggigit tangan pria tersebut, saat dia baru saja melangkahkan kaki. Dia melihat pria berbadan besar yang tadi dia lihat beberapa menit lalu. Pria tersebut langsung membekap Ananda dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Dalam hitungan detik Ananda jatuh pingsan. Kesempatan itu tak disia-siakan nya untuk membawa tubuh Ananda kembali kedalam rumah tua namun dengan kamar yang berbeda.

- - - - - - - -

Setelah efek dari obat bius itu hilang, Ananda kembali tersadar. Ananda langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah jendela. Tadinya dia akan melakukan persis yang tadi dilakukannya. Tapi sayangnya, keadaan jendela di sini sangat berbeda dengan kamar yang sempat ditempati. Jendela ini terlihat seperti sel penjara. Mata Ananda kembali berkaca-kaca dan satu tetes air mata berhasil meluncur membasahi pipinya.

"Ananda." Ananda tersentak dengan seseorang yang memanggil namanya di luar kamar. Kedua sudut bibir Ananda tertarik, dia pun segera mengusap kedua pipinya dan melangkah ke depan pintu.

"Olivia." lirihnya dengan nada menangis.

"Iya Ananda. Ini aku, bagaimana di sana?" Nada bicara Olivia terdengar meremehkan. Pertanyaannya sukses membuat Ananda mengerutkan keningnya.

"Apa maksudmu oliv?" Ananda bingung dengan jalan pembicaraan Olivia.

"Hhaha bodoh sekali." bukannya menjawab Olivia justru tertawa kecil meremehkan Ananda.

"Kau ini terlalu baik atau terlalu bodoh Ananda?" cibirnya.

"Apa yang kau bicarakan? Bukankah kita sepakat bahwa kau akan berubah?"

"Kau pikir, aku akan berubah dalam sekejap saja? Tidak semudah itu untuk mengubah sikap seseorang. Ananda.."

"Selamat, kau sudah terjebak dalam rencanaku." lanjutnya lagi.

"Apa yang kamu bicarakan? Jadi, Selama ini kamu berbuat baik hanya untuk menjebak ku?"

"That right. Kalau begitu, selamat bersenang-senang di dalam sana." Olivia meninggalkan Ananda tanpa menghiraukan panggilannya.

"Olivia. Tunggu. oliv" Ananda terus memukul-mukul pintu di hadapannya, dia tidak percaya jika orang yang hampir dia percayai mencoba menjebaknya dan nyaris membunuhnya.

"Hiks..hiks.. siapapun. Tolong aku." Ananda tidak bisa lagi menahan cairan bening yang ada dipelupuk matanya. Dia terus saja mengeluarkan cairan tersebut, hingga dia tertidur dalam keadaan memeluk lutut.

- - - - - - - -

Di sisi lain Daffa terlihat sangat cemas. Dia sudah melaporkan kejadian ini pada pihak kepolisian, dia berharap jika kekasihnya akan segera ditemukan.

"Jangan khawatir Ananda. Aku akan menyelamatkanmu." ucapnya dengan penuh harapan. Saat ini Daffa dan juga Raka tengah menunggu orang yang akan membantu mereka mencari Ananda. Saat ini mereka tengah berada di rumah Ananda, karena mereka khawatir dengan ibu Ananda yang menangis tanpa henti.

Tok tok tok

Mata Daffa langsung tertuju ke arah pintu dan mendapati dua orang polisi. Kedua polisi itu akan membantu mereka mencari Ananda. Dia pun segera menghampirinya dan membicarakan tentang rencana apa yang akan dilakukan mereka.

- - - - - - - - -

Mobil yang Daffa kendarai menjadi pemimpin pengarah jalan bersama Raka. Di belakang sana terdapat satu mobil polisi yang senantiasa mengikuti mereka. Setibanya di jalan yang sangat sepi, Raka langsung memberitahu Daffa untuk segera menghentikan mobilnya. Mereka pun turun dari mobil dan melihat ada banyak pepohonan yang tinggi dan terlihatlah rumah yang sudah tua itu. Daffa merasa bahwa Ananda ada di sana. Saat ia melangkah Raka menghentikan langkahnya. Dia menunjukkan kalung milik Ananda yang tadi ia temukan di bawah sana saat mereka memijakkan kaki.

"Ini adalah kalung Ananda. Berarti Ananda ada di sekitar sini." ujar Raka

"Bukan di sekitar sini, aku merasa lebih tepatnya di rumah sana." Daffa menunjukkan tangannya tepat ke arah rumah tua itu, Raka pun terkejut begitu melihatnya.

*****

Hallo✋

Semoga syuka yah sama part kali ini.

Jangan lupa tinggalkan vote+komennya yah😁

Salam dari Author.

Ys.

You Are My Sunshine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang