20. Apartemen

97 29 10
                                    

Happy Reading

...

"Apa kamu mau mampir ke suatu tempat dulu?" tanya seorang pria melirik gadis di sampingnya, yang sedang sibuk memperhatikan jalanan dari arah kaca mobil.

"Gak usah Daf." ujar gadis itu membalikan pandangannya kearah sang pria.

"Beneran kamu gak mau mampir dulu kemana gitu? Ini kan masih siang."

"Tapi aku bingung mau kemana Daf." ucap gadis itu yang tak lain Ananda.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang. Sehabis menemui sahabat Ananda itu. Yang tengah berbahagia.

"Kalau begitu kita ke Apartemenku aja." usul Daffa.

"Apa ? A..apartemenmu." cicit Ananda.

"Iyah. Memang kenapa?"

"Tapi kenapa harus di Apartemenmu." tanya balik Ananda. Bukannya apa-apa tapi kan dirinya perempuan. Dan Daffa laki-laki Ananda takut kalau terjadi sesuatu nantinya.

"Habisnya kamu bingung kan mau kemana? Ya udah ke Apartemenku saja. Lagipula kamu kan gak tau rumah aku dimana. Barangkali aja kamu mau main nanti ke Apartemenku. Lagipun kita bisa marathon film di sana." jawab Daffa panjang lebar.

"Tapi...kita berdua...maksudku.."

"Kamu tenang aja aku gak akan macam-macam kok." jawab Daffa mengerti kegundahan yang di rasakan Ananda.

"Emm baiklah." jawab Ananda akhirnya.

....

Cklek.

"Yuk masuk." ajak Daffa begitu pintu Apartemen terbuka lebar.

Kesan pertama yang Ananda lihat, Apartemennya begitu luas. Namun begitu memasukinya kesunyian mulai Ananda rasakan. Ananda melirik Daffa yang berjalan di sebelahnya.

Apa Daffa benar tinggal sendiri yah. Pantas saja Apartemennya sangat sepi pikir Ananda.

"Ayo duduk dulu."

"Terima kasih."

Entah kenapa saat ini Ananda marasa begitu canggung. Terlebih mereka hanya berdua di sini.

"Tidak usah takut begitu. Aku memang tinggal sendiri disini. Jadi maklum beginilah Apartemenku. Sangat sepi"

"Kenapa kamu memilih tinggal di Apartemen sendiri?" tanya Ananda spontan.

"Aku ingin mandiri Ananda. Aku malu kalau terus menyusahkan kedua orangtuaku."

"Oh."

Ananda melihat-lihat sekitar. Ananda baru menyadari kalau Apartemen Daffa sangatlah bersih dan rapih. Ananda jadi bertanya-tanya, siapa yang membersihkannya. Bukannya disini hanya Daffa seorang diri.

"Aku memang menyukai kebersihan. Jadi yah kalau berantakan sedikit aku selalu membersihkannya." ucap Daffa tiba-tiba seolah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Ananda.

"Begitu yah."

"Oh iyah. Kamu mau minum sesuatu? Biar aku ambilkan?"

"Eh. Tidak usah. Biar nanti aku ambil sendiri saja."

"Baiklah. Kalau begitu aku tinggal sebentar yah. Kalau mau apa-apa ambil saja di dapur. Tidak usah sungkan."

"Iyah."

....

Sudah cukup lama Ananda hanya duduk menunggu Daffa. Yang entah mengapa begitu sangat lama. Karena merasa jenuh Ananda pun memutuskan untuk melihat-lihat Apartemen Daffa. Ananda begitu terpukau melihat semua barang di Apartemennya tertata sangat rapih.

Ananda melihat sebuah poto keluarga tergantung indah di atas dinding. Poto itu menunjukan sebuah keluarga yang sangat harmonis. Terdapat sepasang suami-isteri dan dua orang pria remaja. Mungkin selisih keduanya hanya terpaut beberapa tahun. Yang Ananda yakini itu poto kedua orangtua Daffa dan saudaranya.

Puas melihat poto. Ananda kembali melihat isi Apartemen Daffa. Memang sangat tidak sopan. Tapi Ananda sudah sangat jenuh hanya duduk menunggu Daffa. Tanpa Ananda sadari kedua kakinya melangkah menuju sebuah Dapur. Ananda pun membuka isi kulkas dan melihat terdapat beberapa sayuran, beberapa butir telur, serta bahan yang lainnya. Ananda pun mulai teringat.

Apa Daffa sudah makan ? Tadikan di Caffe Daffa hanya meminum coffe. Aku buatkan makanan aja deh. pikir Ananda.

Ananda mulai memotong beberapa sayuran dan dua buah sosis. Setelah itu Ananda mengocok telur dan memasukan bahan-bahan yang telah ia potong kedalamnya. Serta sedikit menaburkan garam untuk menambah cita rasa.

"Ekhem baunya sangat harum. Kamu sedang memasak apa?" tanya suara Bariton itu dari arah belakang. Hampir saja Ananda terjatuh karena terkejut. Untung saja seorang dari belakangnya dengan sigap menahan bahunya agar tak terhuyung jatuh. Ananda pun menoleh. Dirinya melihat Daffa berdiri tegak di belakangnya. Rambut Daffa sedikit basah. Mungkin dirinya habis mandi dan keramas. Makannya begitu lama meninggalkannya seorang diri.

"Itu. Aku membuat omelet dan nasi goreng. Sebelumnya aku minta maaf. Aku.."

"Sudah tidak papa. Kamu lanjutkan saja memasaknya takutnya malah gosong lagi."

Ananda menepuk keningnya seketika. Begitu mendengar ucap Daffa. Sedangkan Daffa tersenyum melihatnya.

"Iyah. Aku lupa untung saja tidak gosong." Ananda kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Aku tunggu di meja makan yah." tiba-tiba saja Daffa mengelus puncak kepala Ananda. Hingga membuat sang empu terdiam seketika.

Deg..deg..deg

Rileks Ananda batinnya.

"Oh. Iyah..kamu tunggu saja di sana." ucap Ananda begitu berhasil menetralkan kembali detak jantungnya. Tak lama Ananda mendengar derap langkah kaki menjauhinya.

Huft lega. Dasar Daffa apa dia tidak tau jantungku seakan telah lari marathon saat ini. Aku juga bingung kenapa selalu saja seperti ini. Bila aku berada di dekatnya monolog Ananda.

....

Gimana ? Jujur ini part terpanjang yang pernah aku ketik. Mumpung idenya lagi lancar. Yah aku ketik aja. Hehe. Semoga suka yah.

Terima kasih juga buat yang baca cerita aku ini. Yang aku tau gak terlalu bagus juga. Tapi semoga aja kalian menikmati yah. Karena tujuan aku menulis cerita hanya buat mengisi waktu kosong dan bisa menghibur kalian semua yang membacanya.

Duh maaf yah kok. Aku jadi curhat begini.

Tetep pantengin ceritanya yah.

Follow juga yah akun ig aku : yanti_sopiyantii biar kita bisa tambah akrab.

Salam dari Author

Ys.

You Are My Sunshine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang