31. Salah paham

100 6 0
                                    

Seperti yang dikatakan Daffa kemarin. Saat ini Daffa mengajak Ananda pergi bersamanya.

"Sebenarnya kamu mau ajak aku kemana sih?." Ananda menatap Daffa yang sedang fokus menyetir.

"Nanti juga kamu tau kok."

........

"Gimana, tempatnya bagus gak?." ternyata Daffa mengajak Ananda kesebuah taman yang sangat indah.

"Ini bagus banget Daf" Ananda melihat keseliling taman yang dihiasi banyak lampu-lampu dan banyaknya orang yang berlalu lalang.

"Kamu suka?."

"Suka banget. Makasih Daffa." Ananda tersenyum tulus.

"Sama-sama sayang"

"Daffa, kita kesana yuk" ajak Ananda. Dan karena saking begitu senangnya tanpa sadar Ananda menggandeng tangan Daffa. Daffa hanya memperhatikan tangan Ananda yang menggandeng tangannya.

Setelah beberapa saat, Ananda tersadar atas perlakuannya. Perlahan Ananda pun melepaskan tangannya yang setia menggandeng tangan Daffa.

"Eh maaf aku..,"

"Gak papa sayang, aku kan kekasihmu. Malah aku seneng kamu pegang tangan aku kayak tadi."

Ananda tertunduk malu mendengar ucapan Daffa.

"Ya udah yuk katanya tadi mau liat-liat tamannya." kini giliran Daffa menggenggam tangan mungil Ananda.

.......

"Kamu capek gak?." tanya Daffa setelah beberapa lama mengelilingi taman.

"Enggak kok."

"Beneran?." Daffa kembali memastikan.

"Iyah"

"Tapi kayaknya kita duduk dulu sebentar deh. Takutnya kamu kecapean." usul Daffa.

"Ya udah. Terserah kamu aja."

Daffa mengajak Ananda duduk disalah satu bangku taman. Ananda mengusap pelan sedikit keringat yang keluar dari pelipisnya.

"Kamu haus gak." Daffa mengusap lembut pipi Ananda yang menggemaskan itu.

"Hem sedikit sih." ucap Ananda diakhiri kekehan kecil.

"Kalau gitu kamu tunggu disini yah. Aku bawa air dulu dimobil."

"Gak ngerepotin?."

"Gak dong sayang. Apapun buat kamu."

"Ih udah deh. Ngegombal mulu."

"Aku juga gak tau. Soalnya tiap deket kamu bawaannya pengen ngegombal mulu. Apalagi liat ini..," Daffa mencubit pelan pipi Ananda.

"Awh, sakit tau." rengek Ananda.

"Aku suka banget liat pipi kamu yang tiap kali merona kalau sama aku."

Blush

Dan benar sekali. Pipi Ananda kembali merona.

"Tuhkan apa aku bilang."

"Daffa cepetan ih katanya tadi mau ambilin minum."

"Iyah princessku. Aku ambilin sekarang" Daffa mengacak sayang rambut indah Ananda.

........

Ananda kembali fokus melihat taman sembari menunggu Daffa. Hingga sebuah tangan menyentuh pundaknya. Mengagetkan Ananda.

"Daffa kamu nga..," begitu terkejutnya Ananda saat menoleh kebelakang ternyata bukan Daffa. Melainkan Raka.

"Raka kamu disini?."

"Eh iyah An. Tadi dari kejauhan aku kayak liat kamu. Ya udah aku samperin ternyata emang bener kamu." Ananda tersenyum mendengar penuturan temannya ini.

"Kamu lagi apa disini Ka?."

"Oh itu biasa jalan-jalan. Kalau kamu?."

"Daffa yang mengajakku kesini."

"Terus Daffanya dimana?" Raka menengok sekeliling mencari Daffa.

"Daffa lagi ambilin minum bentar."

"Oh" ujar Raka tersenyum. Namun Ananda dapat melihat ada raut gelisah dalam diri Raka.

"Raka kamu Kenapa?." Ananda memberanikan diri bertanya kepada Raka.

"Gak papa kok An."

"Jangan bohong Ka. Aku tau kamu loh. Kalau lagi ada masalah coba cerita sama aku."

Raka menghembuskan nafasnya pasrah.

"Kayaknya kamu emang tau aku An." lirih Raka.

"Sini duduk dulu Ka."

Raka duduk disamping Ananda.

"Ada apa?."

"Mamaku An. Dia mau jodohin aku."

"Lalu?"

"Aku gak maulah An. Aku belum kepikiran kesana. Aku masih mah sendiri dulu sekarang."

"Kamu coba bicarain ini baik-baik dulu sama Mama kamu. Siapa tau Mama kamu ngerti."

"Nanti aku bicarain lagi deh sama Mama Aku."

"Dan ingat. Jangan sampai kamu emosi. Bagaimanapun dia Mama kamu. Yang lahirin dan besarin kamu." Raka tersenyum mendengar penuturan tegas Ananda.

"Pasti An. Makasih yah."

"Iyah. Emang beneran kamu lagi mau sendiri Ka? Kalau pacar gimana, udah punya?."

"Belum sih" Raka tertunduk malu.

"Beneran? Seorang Raka belum punya pacar?."

"Yah gimana lagi. Orang gadis yang aku suka gak mungkin bakal jadi milik aku." lirihnya.

"Ya ampun. Sabar Ka. Masih banyak kok gadis yang diluaran sana cocok sama kamu." Ananda menepuk pelan bahu temannya ini.

"Semoga aja An."

Tanpa mereka sadari. Seorang pria menyaksikan itu dengan amarah yang menguasai dirinya. Sampai-sampai tangannya terkepal begitu menyaksikannya. Pria itu berjalan mendekati sepasang teman yang asik mengobrol.

"Ananda"

"Daffa...," senyum Ananda perlahan hilang begitu melihat wajah Daffa yang seperti sedang menahan amarah.

.......


Hai guys

Gimana nih sama part kali ini?

Semoga syuka yah.

Salam ramah dari Author

Ys.

You Are My Sunshine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang