Ketika mendengar cerita Daffa tiba-tiba Ananda merasakan sesak di dalam hatinya. Dia seperti kehabisan nafas walaupun udara masuk ke dalam lubang hidungnya. Pandangannya mulai kabur karena adanya cairan bening di dalam matanya. Ingin rasanya ia mengeluarkan cairan yang kini tersimpan di pelupuk matanya dan meraung sejadi-jadinya. Sebelumnya ia telah melupakan semua kejadia yang telah ia alami bersama alm. Kekasihnya. Tapi ketika Daffa menceritakan tentangnya kembali, Ananda kembali merasakan sakit yang dulu pernah dialaminya.
Ananda langsung menyeka air matanya karena tidak bisa terus menahan cairan yang akan menetes. Ananda berusaha tegar karena takut jika pria yang di depannya khawatir dan kondisinya semakin buruk.
Ananda tersenyum hangat dan mengenggam tangan Daffa dengan kedua tangannya. Lalu menyimpannya di atas kepalanya. Daffa sempat heran dengan Ananda, karena untuk apa dia melakukan semua itu.
"Daffa berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan meninggalkanku." Daffa tersenyum dan mengangguk pasti.
"Aku janji. Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Bahkan dalam mimpi tak sekalipun aku menginginkan itu terjadi." kini Daffa yang mengenggam kedua tangan Ananda. Lalu menciumnya.
"Ih jorok tau Daf." ujar Ananda menghentikan aktivitas kekasihnya. Dan menarik tangannya hingga genggaman tangan Daffa terlepas.
Daffa cemberut mendengar ucapan Ananda.
"Ya udah deh nanti gak bakal aku cium kamu lagi." ucap Daffa sebal.
"Ya bagus dong." jawab Ananda sengit.
Daffa gelagapan mendengar jawaban Ananda.
"Gak bisa gitu dong. Masa gak boleh cium pacar sendiri." bela Daffa.
"Serah kamu Daf."
Daffa menoel-noel pipi chubby Ananda.
"Marah nih ceritanya." goda Daffa melihat tingkah kekasihnya ini.
Ananda hanya diam.
"Tambah jelek tau marah gitu." lanjut Daffa.
"Tinggal cari cewek cantik aja lagi." ketus Ananda.
"Beneran? Ya kalau kamu maunya gitu aku kayaknya bakal car...," Ananda membekap mulut Daffa sebelum mendengar kelanjutan ucapannya.
"Gak..gak boleh." Ananda menatap tajam Daffa. Sedangkan dengan perlahan Daffa melepaskan tangan Ananda yang menutup mulutnya.
"Tadi katanya suruh cari lagi."
"Aku kan becanda." Daffa yang terlanjur gemas pun segera memeluk tubuh mungil Ananda. Membawanya ke dalam dekapan hangatnya.
"Dengerin yah Ananda cintaku. Gak mungkin tau aku cari cewek lain. Sedangkan kamu aja udah bikin aku jatuh cinta. Pake banget malah." lirih Daffa menghirup aroma Ananda dalam-dalam. Memberikan kecupan bertubi-tubi di puncak kepalanya.
"Ekhem.."
Mereka berdua terlonjak kaget begitu mendengar deheman seseorang. Segera mereka melepaskan diri dari kenyamanan yang begitu mereka nikmati.
"Apa sih lo ganggu aja tau Bang." sindir Daffa kepada Revan yang terlihat membawa nampan makanan. Kemudian berjalan menghampiri mereka lalu meletakannya di samping nakas tempat tidur.
"Ya elah. Giliran ada Ananda aja happy bener. Giliran gak ada malah gegana lo." ucap Revan tajam.
"Apaan tuh gegana?" tanya Daffa heran.
"Gelisah galau merana."
"Haha.. Bahasa lo Bang apa banget dah." Daffa semakin terbahak.
"Serah lo lah Daf. Gue lagi baik hati nih, makannya bawain lo makanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine (End)
Teen Fiction"Jangan bohong Daf, aku tau semuanya." "Sayang, aku bisa jelasin." Daffa ikut berdiri dan mencoba menenangkan Ananda, namun respon Ananda malah menjauhinya. "Stop. Aku gak nyangka tau, aku..hiks..kira kamu emang beneran cinta sama aku" Ananda mulai...