Chapt 22

16 4 0
                                    

Selamat membaca

***

Hari-hari telah berlalu, bulan berganti menjadi tahun dan kali ini disekolah sedang mengadakan perpisahan kelas 12. Dan berarti aku akan naik ke kelas 11. Rasanya baru kemarin aku merasakan ospek tetapi sekarang sudah mau kelas 11 saja.

Perpisahan kelas 12 itu artinya aku akan ditinggal oleh kak Alif dari sekolah ini. Tidak akan adalagi sosok figur seorang kakak disekolah ini, tidak akan adalagi yang bisa menghiburku disaat aku disibukan dan dibingungkan dalam diskusi mengenai berorganisasi.

Saat ini aku sedang berada dibawah panggung perpisahan tepatnya disebelah kiri. Ku lihat kak Alif sedang bersendau gurau dengan teman-temannya, menghabiskan waktu yang sebentar lagi mereka akan dibebaskan kedunia kerja ataupun dunia perkuliahan. Dan sepertinya dia belum menyadari keberadaanku.

Aku didampingi kedua sahabatku sengaja datang ke acara ini untuk memberikan selamat kepada kakak-kakak kelas yang lain karena telah lulus dari dunia persekolahan terkhusus selamat untuk kak Alif. Karena memang kak Alif sosok ketua Osis yang banyak dikagumi dan kami dekat dengannya.

Dan akupun ingin mengucapkan selamat itu pada kak Alif dengan membawa boneka teddy laki-laki memakai topi toga untuk ku berikan padanya. Memang terlihat aneh jika diberikan untuk laki-laki tapi saat aku melihat boneka ini fokusku langsung teralihkan pada kak Alif sehingga aku putuskan untuk memberikannya.

Aku masih melihat setiap orang yang berlalu-lalang dan sedang berfoto ria mengabadikan moment perpisahan ini. Sambil mendudukan diri aku menyibukan diri dengan handphone ku yang sudah lama tidak aku lirik saat acara ini berlangsung.

Terdengar suara langkah kaki mendekatiku. Sepatu fentopel yang kulihat dari bagian bawah kemudian aku sempatkan untuk melihatnya lebih jelas lagi. Sepatu fentopel, celana hitam, jas hitam, dengan kemeja berwarna merah hati dipadukan dengan dasi senada bergaris sangat indah dipadupadankan dengan kulitnya yang putih.

"Ya alloh. Jangan sampai engkau menyimpankan rasa ini untuk dia. Dia sudah ku anggap kakak sendiri" lirihku dalam hati

Hingga aku tersadar dan tersenyum canggung dibuanya.

"Hai" ucapnya dengan menaik turunkan kedua alisnya

Aku mematung ditempat dan kulihat kak Alif memainkan tangannya kedepan wajahku hingga membuat aku tersadar dari lamunanku tentang wajahnya yang mulus itu. Kulihat kesamping sahabatku memperhatikanku hanya cekikikan memperhatikanku yang gugup dan membuat aku canggung lagi.

"Menyebalkan" ucapku dalam hati

Tanpa aba-aba ku berikan boneka yang sedari tadi aku genggam kepadanya dan dia menerimanya dengan senang hati sambil membolak-balikan boneka ku.

"Selamat wisuda kak, semoga ilmunya berkah dan semoga dikemudian hari kakak bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Maaf aku hanya memberikan itu habisnya aku bingung. Hhe" ucapku sambil menggaruk tengkukku yang tertutup hijab

"Termakasih Sya, tidak apa kamu datang kesini saja kakak sudah senang. Dan ya terimakasih boneka dan juga doanya. By the way bonekanya ganteng kayak yang dikasih" jawabnya memperhatikan boneka yang sudah berpindah kepemilikan itu.

"Iya kak sama-sama" aku tersenyum untuk kesekian kali dibuatnya

"Kalian baik-baik disekolah karena gabakal ada lagi yang kasih kalian jajan gratis disini. Jangan lupakan juga tanggung jawab kalian diorganisasi. Apalagi kaliankan anggota rohis kalian harus bisa menjaga sikap agar lebih baik dan bisa dicontoh adik kelas kalian nantinya" pesannya pada kami bertiga dan dijawab anggukan

"Siap kak. Amanah insyaalloh dijalankan oleh kami" ucap Fatimah mewakili

Kak Alif hanya mengangguk pertanda mengiyakan

"Tapi ngomongin gaada yang nelaktir benar juga yah. Gimana dongg" ucap Naya memelas

"Hush kamu itu Nay" Aku dan Fatimah mengingatkan Naya secara bersamaan tanpa sadar sedari tadi kak Alif hanya dibuat geleng-geleng kepala sambil terkekeh geli dengan tingkah kami bertiga apalagi tingkah Naya.

Dasar anak itu.

***

Acara berjalan dengan baik. Karena aku bukan bagian dari kepanitiaan aku memutuskan pulang lebih awal.

"Assalamuaikum mah" ucap salamku ketika aku melihat mama sedang menyiram bunga kesukaannya di depan rumah dan mencium punggung tangannya tanda patuh

"Waalikumsalam, udah pulang aja sayang? Gimana acara disekolah?" tanya mama

"Ah iya mah lancar aja sih. Tapikan aku bukan bagian dari kepanitiaan jadi ya aku pulang duluan"

"Oh mama kira kamu bagiannya habisnya kaya semangat banget gitu" ucap mama bingung dengan tingkah ku.

"Ah mama. Oh iya mah papa sama kak Febri kemana ko ga keliatan inikan jadwalnya mereka dirumah" tanyaku mengalihkan pembicaraan

"Ya papa dan kakamu kerjalah dek. Sekarangkan bukan weekend mana ada mereka dirumah" aku mengangguk-angguk kepala tanda mengerti

Ohya aku belum cerita ya ke kalian.
Jadi gini, bulan yang lalau itu kak Febri sudah lulus dari kuliahnya dan mendapat gelar dokter. Dan sekarang dia bekerja di salah satu rumah sakit yang tak jauh dari rumah.

Back to story
"Yaudah mah kalo gitu aku ke kamar dulu yah" pamitku melenggang pergi ke kamar

Aku merebahkan badanku yang lelah. Menatap langit-langit. Sekelebat bayangan kak Alif menghampiri segera aku mengucapkan istigfar dan pergi ke kamar mandi untuk membersihksemuanyaaa


Terimakaih sudah membaca cerita pertama saya. Sedikit absurd dan amatiran memang😂 hanya saja ingin menuangkan cerita dalam bentuk tulisan dan semoga kalian suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak juga sarannya ya untuk cerita ini. Terimakasih💙

Perjalanan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang