Selamat membaca
***
Sebelum melanjutkan kata-katanya terdengar nafas gusar yang dikeluarkan dari mulut Alif. Entah apa yang ingin dikatakan Alif tapi membuat perasaan Aisya tak menentu. Seperti berpacu tanpa henti.
"Kak Alif kenapa yah, ko kayanya resah banget terus ini kenapa yah jantung aku ko rasanya gaenak kaya gini" batin Aisya
Hufftt
Terdengar nafas yang dinetralkan Alif sebelum melanjutkan perkataannya
"Jadi gini Sya, aku mau ngomong sesuatu yang cukup serius buat kita!" terang kak AlifAisya mengangkat kedua alisnya bingung
"Kita?" tanyanyaAlif menganggukan kepalanya dengan mantap kemudian dia melanjutkan kata-katanya sambil menatap lurus ke depan dan mereka sibuk dengan pandangan mereka masing-masing tapi dibalik itu semua masih menggunakan pendengarannya masih baik.
"Aku suka sama kamu dari awal kita ketemu Sya" ucap Alif dengan lantang dengan satu tarikan nafasnya
Aisya cengo dengan membulatkan mulutnya. Seakan ragu dengan apa yang barusan ia dengar.
Alif tau Aisya pasti bingung dengan ungkapannya karena itu mendadak baginya dan terlihat dari raut wajahnya yang seperti orang mencari jawaban. Dan Alif tau itu.
"Kamu pasti bingung ya Sya? Iya kakak tau ini pasti terlalu mendadak buat kamu tapi engga menurut kakak Sya. Kakak sebenernya udah lama suka sama kamu dan kakak fikir ini saat yang tepat buat kakak ungkapin itu semua agar fikiran kakak juga bisa tenang setelah kakak mengungkapkannya dan setidaknya kakak juga lega udah ngungkapin ini sama kamu" ungkap Alif
"Tapi kak" potong Aisya
"Ngga Sya, kakak tau apa yang kamu fikirin. Tenang aja kakak ga ngajak kamu buat pacaran kok. Kakak tau itu. Dan kakak" jeda beberapa detik dengan menarik nafasnya kemudian melanjutkan ucapannya "kakak sekalian juga mau pamit sama kamu Sya" lanjutnya dengan ragu
Aisya panik mendengarnya. Tadi dia bahagia tetapi sekarang ia dijatuhkan dengan mendengar ucapan terakhir yang diungkap Alif. Bahagia dan haru di saat yang bersamaan. Aisya menatap Alif. Netra mereka bertemu kemudian Aisya menundukan kembali pandangannya kemudian mengucap istigfar dalam hatinya.
"Pamit?" tanya Aisya dengan alis menyatu
Dibalas anggukan oleh Alif
"Kakak bakalan kuliah di London, dan itu keinginan orang tua kakak yang mengharuskan kakak kesana"Seperti tertimpa batu besar Aisya mendengarnya. Ingin menangis tapi dia tak tau apa yang harus ia tangisi sekarang.
"Kakak bakal balik lagi kalo kamu mengharapkan kakak balik Sya. Kamu maukan nunggu kakak 4 sampai 5 taun lagi?" tanyanya meyakinkan
"Aku ragu kak" jawab Aisya ragu
Alif sakit mendengarnya.
"Kenapa?" tanyanya"Aku gabisa janji buat yang itu karena bisa jadi kita sekarang buat komitmen tapi aku takut gabisa buat ngelaksanain komitmen itu. Begitupun kakak. Siapa tau kakak disana udah lupa sama aku" jawab Aisya dengan ragu lagi. Hening beberapa saat
"Tapi aku akan coba buat menjaganya kak. Kakak baik-baik disana" ucap Aisya dengan menunduk dalam
Alif menarik sudut bibirnya. Bahagia setelah ia mendengarnya. Setidaknya Aisya menyetujui ajakan dan Alif menjawab dengan anggukan juga deheman dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
"Pasti Sya" batin Alif
***
Di sisi lain
Semua teman-teman sedang duduk beralaskan karpet bercanda ria dengan obrolan mereka masing-masing.Kemudia Alif berjalan mendekat ke arah mereka diikuti Aisya dibelakangnya dengan keadaan menunduk.
"Ekhem ekhem. Gerak cepat sekali sohib gue nih" ucap salah satu teman Alif sedangkan Aisya hanya bisa menunduk saat ini.
Aisya pamit dia izin gabung dengan sahabatnya.
Masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan kini Alif berdehem mengambil perhatian semua orang.
"Gais, gue mau ngomong" intrupsi kak Alif. Dan kini semua beralih menatap Alif kecuali satu orang yang sedang menahan matanya agar tidak menangis menumpahkan rasa sesaknya.
"Em.. kak Maaf aku izin ke toilet" sanggahnya kemudian melenggang pergi tanpa menghiraukan panggilan temannya.
Alif tau Aisya pasti ada sedikit rasa kekecewaan. Dilihat dari matanya. Menggambarkan raut kesedihan yang berusaha ia tutupi.
Aisya lari ke toilet dengan air mata sudah memupuk disudut matanya. Aisya masuk ke dalam dan benar dia menangis.
Aisya menahan sesak di dada sendiri akhirnya menumpahkan tangisnya disana.
Tidaklama muncul seseorang memanggilnya dari luar. Aisya menetralkan deru nafasnya. Muncullah Fatimah.
"Aku tau sya, kamu beratkan?" tanyanya aku masih diam tanpa bergeming
"Aku tau kak Alif udah duluan cerita sama kamu. Makanya kamu menghindarkan? Kamu yang sabar ya Sya doakan saja semoga dia disana bisa benar-benar mencari ilmu dan bisa kembali lagi kesini. Jangan berfikir macam-macam" lanjutnya
Tanpa babibu Aisya berhambur memeluk Fatimah. Ya dia Fatimah. Fatimah sedikit tau bahwa temannya itu menyimpan rasa suka terhadap saudara sepupunya itu.
Dari belakang grep
Ada yang memeluknya lagi. Dan kini posisi mereka seperti teletubies. Hahaha"Yang tenang yah" ucapnya
Aisya dan Fatimah tau itu siapa. Sehingga tanpa disadari Aisya menangis semakin menjadi entah kenapa juga dia merasa terharu dengan kehadiran sosok sahabat-sahabatnya itu.
Disudut perbatasan antara dapur dan toilet ada seseorang yang memperhatian mereka. Tidak. Lebih tepatnya dua orang. Karena tanpa disadari dibelakang orang itu ada orang lain juga disana.
"Maafin kakak Sya kakak janji bakalan balik lagi buat nemuin kamu dan balik ke Indonesia" ucap pelan orang pertama
"Aku gak nyangka Sya ternyata kamu sudah melabuhkan hati kamu ke tempat yang lain. Dan aku merasa sakit mendengarnya. Tapi setelah dia pergi aku ingin memposisikan sebagai dia nanti. Kamu tenang, aku akan berusaha membuat senyum kamu selalu ada setiap harinya kembali. Dengan atau tanpa adanya dia" ucap orang kedua dalam hatinya.
Terimakasih, jangan lupa vote komen kritik dan sarannya temen2💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Takdir✔
Teen FictionLantunan ayat suci, suara adzan yang menggema begitu menggetarkan hati dan jiwa. Untuk pertamakalinya itu yang dirasakan Aisya. #Abyan Kakak tingkat yang ramah dan sangat dekat dengan Aisya. Sehingga pertemanan antara keduanya mustahil kalau salah s...