Foto

1.8K 122 3
                                    

Tepat saat Sarala keluar rumah, sebuah mobil biru mengilap berhenti di pekarangan rumahnya. Seorang pria berdasi turun dari mobil itu. Pria itu berjalan dan berhenti tepat di depan Sarala sembari tersenyum hangat.

Sarala menatapnya dengan sorot bingung. Sepertinya ia pernah bertemu dengan pria ini. Tetapi, ia lupa di mana.

"Hai!" sapa pria itu dengan wajah ramah, yang Sarala lihat seperti dibuat-buat.

"Ya." jawab Sarala singkat.

"Ingin pergi?" Senyum pria itu masih belum hilang.

"Iya." Sarala berkata datar.

"Mau ku antar?"

Dahi Sarala mengerut mendengar ajakan pria itu.

"Sepertinya kau tidak mengenaliku?" Sarala diam, menunggu ucapan pria itu selanjutnya. "Aku Aland. Waktu itu kita tidak berkenalan dengan benar." ucapnya sembari mengulurkan tangan. Namun, Sarala tidak menyambutnya. Melihat itu, Aland segera menarik uluran tangannya.

"Waktu itu, kapan?" Sarala masih belum ingat.

"Di cafe. Waktu itu, aku dan Diven,"

Sarala segera mengingat siapa pria itu. Dengan cepat, Sarala memotong ucapan Aland. "Oh... Aku ingat. Pria yang berkelahi dengan Diven."

"Ada apa kemari? Dan darimana kamu tahu rumahku?" Sarala memandang Aland penuh selidik.

Aland tersenyum kaku, ia menggaruk tengkuknya. "Hmmmm..." Aland hanya bergumam, bingung ingin menjawab apa.

Ekspresi Sarala nampak tidak sabar.
"Kalau tidak ada, biarkan aku pergi. Aku buru-buru." Sarala memang ingin pergi, ke suatu tempat.

Melihat Sarala hendak melangkah, Aland menahannya. "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu."

"Apa?"

Alis Aland bertaut saat memandang Sarala. "Apa benar kau akan menikah dengan Diven?"

"Iya. Ada masalah?"

"Tidak, tidak. Aku hanya bingung, kenapa kamu memutuskan untuk menikah dengan Diven secepat itu. Yang aku tahu kalian belum mengenal lama."

"Lalu? Apa urusanmu? Itu urusan kami." jawab Sarala dengan nada datar.

"Kamu yakin akan menikah dengan dia?"

Sarala bingung dengan pria ini. Kenapa dia mempertanyakan banyak hal.

"Apa itu patut dipertanyakan. Minggu depan kami akan menikah. Apa itu belum jelas?" Sarala mulai jengah berlama-lama dengan pria ini.

"Kamu belum mengenal dia?"

"Bukankah sudah ku bilang bukan urusanmu." jawab Sarala sarkas.

"Aku hanya mencoba memeringatkan. Mungkin menikahinya akan membuat nyawamu terancam."

Bukannya takut, Sarala malah tersenyum miring. "Benarkah?"

"Memang begitu kenyataannya."

"Baiklah. Aku akan mencoba mempertimbangkannya. Terima kasih telah memeringatkanku."

Setelah mengatakan itu, Sarala menyuruh pria itu pergi. Awalnya Aland menolak, ia kembali menawarkan tumpangan untuk Sarala. Namun, Sarala menolak dengan tegas. Walau sedikit terpaksa, Aland kemudian menuruti Sarala untuk pergi.

Saat Aland merogoh saku untuk mengambil kunci mobil, tanpa sadar ia menjatuhkan sesuatu dari dalam kantong celananya.

Setelah mobil Aland melaju, Sarala berjalan menghampiri benda itu. Selembar foto. Sarala memungutnya. Itu foto dirinya yang diambil secara candid saat ia hendak memasuki pekarangan rumah. Seluruh bagian depan rumahnya nampak di foto itu. Sarala membalik foto itu, di sana tertulis lengkap alamat rumahnya, dan ada sebuah nomor telepon di sana.

"Jadi, pria itu tahu rumahku dari foto ini?" gumam Sarala.

Ia menatap nomor telepon itu dengan cermat. "Tapi, siapa yang mengambil foto ini?" pikir Sarala. Tidak mungkin Aland yang mengambilnya. Foto itu diambil sebelum ia bertemu dan mengenal pria itu. Lalu, siapa? Apa selama ini ada yang menguntitnya?

Sarala tersenyum meremehkan. Siapapun pemilik asli foto itu, pasti akan bertemu dengannya. Sarala yakin itu. Dan itu tidak lama lagi.

Sarala menyimpan foto itu ke dalam tasnya, kemudian berjalan menuju halte.

*****

Aduh, aku jarang up. Pengennya sih Up setiap hari. Tapi, selalu ada saja kendala.😣

Do'a-in aku yah, supaya bisa sering up😦

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang