Troy

2K 128 3
                                    

Sarala kembali ke ballroom. Di sana ia melihat Diven tengah mondar-mandir melihat ke sana ke mari dengan gelisah. Apa Diven mencari dirinya?

Begitu Diven melihat Sarala, pria itu melambaikan tangan dan berjalan cepat ke arahnya.

"Kenapa kau lama sekali?"

"Eh, ada temanmu memanggil."

Sarala tidak menjawab pertanyaan Diven. Ia mengalihkan pembicaraan. Tangannya menunjuk ke arah seseorang yang memang memanggil Diven.

Mereka berdua berjalan berdampingan. Setelah mereka selesai berbincang dengan salah satu teman kuliah Diven dulu. Tiba-tiba seorang pria paruh baya menghampiri mereka.

"Maaf! Paman sedikit terlambat. Tadi, ada kendala di Bandara." ucap Pria berwajah ramah itu. Kemudian, dia memeluk Diven. Melepaskan rasa rindunya pada keponakan yang paling ia sayangi.

Diven melepaskan pelukan itu dengan sopan. "Ku kira Paman tidak datang." Diven memandang pamannya dengan wajah berbinar.

Pria itu, Troy, sepupu Ayah Diven, tersenyum.

"Jepang tidak terlalu jauh bagiku, Dive."

Kemudian, Troy memandang Sarala. "Kau sangat pandai memilih pasangan Dive. Istrimu sangat cantik."

Sarala tersenyum, "Terima kasih atas pujiannya Paman."

Sementara, Diven memandang wanita itu dengan pandangan penuh cinta. Sarala memandang Troy, menilai. Apakah pria ini patut ia curigai atau tidak.

"Paman benar dia adalah wanita paling cantik yang pernah ku temui." ucap Diven lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari Sarala.

Setelah berbincang hangat. Troy pamit kepada Diven. Ia pergi menemui Kezio yang sedang berbicara dengan Gober. Mereka bertiga nampak akrab. Melihat itu, Sarala ingat tujuannya. Mencari tahu siapa saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas kematian keluarganya.

Sarala tersenyum miring. Tunggu saja tanggal mainnya. Hari di mana semua terbongkar dan pembalasan dimulai.

Tapi, yang pertama yang harus ia lakukan adalah menyelidiki pria bernama Gober itu. Pria dengan bekas luka di keningnya. Yang Sarala yakini adalah salah satu pelaku penyerangan di rumah Pamannya dulu.

*****

Sudah seminggu setelah mereka menikah. Sarala selalu memohon pada Diven agar mereka tinggal di rumah Ayahnya. Kezio. Namun, selama itu juga Diven belum menyetujuinya. Pria itu berkata, akan lebih aman dan nyaman jika mereka tinggal berdua saja di apartemen Diven.

Tapi, bukan Sarala namanya jika tidak keras kepala. Ia terus mendesak Diven.

Seperti saat ini, mereka berdua tengah sarapan berdua. Di sela-sela kegiatan mereka itu, Sarala kembali mengutarakan permintaannya.

"Dive, ku mohon. Biar kita tinggal di rumah Ayah saja. Kaukan tahu, sejak kecil kedua orang tuaku telah meninggal. Jadi, saat ini aku sudah menikah dan memiliki Ayah mertua. Jadi, biarkan aku merawatnya Dive." ucap Sarala memelas.

"Dia tidak butuh perawatan, sayang. Kau tidak tahu pria macam apa dia."

Sarala memberengut. Jika Diven tidak setujui mereka tinggal bersama Ayahnya, bagaimana Sarala bisa menjalankan rencananya.

"Tapi, Dive..."

"Sudah, aku pergi ke kantor." Diven beranjak dari kursinya. Kemudian, pergi setelah mencium bibir Sarala sekilas.

*****

Next?

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang