London... Tiga tahun yang lalu...
Sudah sebulan lebih Sarala tinggal bersama bibi Alicia. Wanita itu tinggal sendiri dan sangat baik padanya.
Hari-hari Sarala dihabiskan dengan membantu pekerjaan rumah Alicia yang gadis lima belas tahun itu lakukan dengan senang hati.
Hari itu, Sarala tidak menemukan Alicia di manapun. Di dapur, ruang tengah, bahkan dikamarpun tidak ada.
Dimana bibi Alicia?
"Bibi... Bibi..." panggil Sarala tapi tidak ada sahutan.
Untuk kesekian kalinya Sarala membuka pintu kamar Alicia, sekadar memastikan jika bibinya itu sudah ada di sana.
Lagi-lagi Sarala menghela kecewa. Tidak ada Alicia di dalam sana.
Apa bibi pergi ke pasar? Tapi ini kan Rabu. Biasanya bibi belanja pada hari Sabtu atau Minggu.
Sarala hendak menutup pintu kamar Alicia kembali, namun sesuatu mengalihkan pandangannya.
"Kenapa meja rias bibi Alicia berpindah tempat?"
Sarala diam sembari menatap kejanggalan itu. Rasa penasaran Sarala sangat tinggi, hingga ia mulai melangkah masuk mendekati meja rias Alicia yang bergeser hampir satu meter dari tempat seharusnya.
Kening Sarala mengernyit saat melihat ke bawah. Sepertinya ada yang aneh dengan lantai yang ia pijak saat ini. Lantai di kamar ini adalah lantai semen. Tapi, kenapa lantai yang dipijaknya ini terasa seperti kayu?
Sarala melompat kecil, suara kayu yang dipijak pun terdengar.
"Sepertinya ini benar-benar kayu,"
Mata Sarala terpaku pada sesuatu yang menempel di sana. Terdapat semacam kenop tepat di sebelah kaki kanannya.
Sarala mundur selangkah. Ia menyentuh kenop itu, mengangkatnya, dan--
"Astaga!" Sarala terkejut bukan main saat mengetahui jika itu adalah pintu rahasia menuju sebuah ruangan bawah tanah.
Sesaat ia ragu, namun rasa penasaran mengalahkan keraguannya.
Dengan langkah perlahan, Sarala menuruni satu per satu anak tangga.
Tepat di anak tangga terakhir, mata Sarala membulat tatkala melihat Bibi Alicia yang berada di tengah ruangan yang tidak terlalu luas ini sedang mencengkeram seorang pria yang sudah tidak berdaya. Seketika Sarala bergidik melihat di sekujur tubuh pria itu penuh dengan darah.
Astaga! Di mana pergelangan tangan pria itu? Seketika Sarala memekik tatkala melihat sepotong pergelangan tangan teronggok di lantai, tepat di sebelah sebuah sumur.
Mendengar pekikan Sarala, Alicia menoleh ke arah tangga.
Untuk sejenak, Alicia menatap Sarala dengan tatapan terkejut. Namun, tak lama, seolah tidak terpengaruh dengan keberadaan Sarala, Alicia terus melanjutkan aksinya. Wanita itu mendorong pria tak berdaya itu ke dalam sumur tua itu. Kemudian, berjalan menghampiri Sarala yang kini gemetar ketakutan.
Tangan Alicia yang penuh darah membelai pipi Sarala lembut. Meninggalkan beberapa jejak darah di sana.
Alicia tersenyum tipis, "Tidak usah takut. Aku tidak akan menyakitimu,"
"Aku hanya akan menghukum orang-orang yang bersalah."
Alicia mencoba menjelaskan sesuatu. Ia meraih tangan Sarala, membawa gadis remaja itu berjalan ke tengah ruangan.
Sarala hanya mampu diam, mengikuti kemana arah langkah Alicia. Ia menuntun Sarala duduk di sebuah kursi.
Setelah Sarala duduk, Alicia berlutut di depan gadis remaja berusia lima belas tahun itu. Ia menatap manik mata hijau Sarala lekat.
"Kita sama. Sama-sama berada dalam dendam. Musuh kita sama. Tidakkah sebaiknya kita bersama agar lebih kuat,"
"Apa maksud bibi?" tanya Sarala dengan suara bergetar takut.
Alicia berdiri, ia tertawa kecil.
"Musuh kita tidak lemah Sarala. Orang yang membantai Paman dan bibi mu bukanlah orang sembarangan. Kamu berkata, jika pemimpin penyerangan di rumah pamanmu memiliki bekas jahitan di keningnya, kan?"
Refleks Sarala mengangguk,
"Hampir menyerupai bentuk Bintang, kan?"
Lagi-lagi Sarala mengangguk.
Alicia berjalan menuju lemari tua, mengambil sebuah kotak kayu tua dari dalam. Kemudian, kembali berlutut di hadapan Sarala.
Alicia mengeluarkan seuntai kalung dengan bandul berbentuk bulat berwarna putih bening bertengger indah di sana.
"Orang-orang itu adalah orang yang sama yang telah membunuh kakakku dan menghancurkan keluargaku," ucap Alicia sembari menatap kalung itu lekat.
Tak lama Alicia menatap Sarala lekat. Gadis remaja itu nampak terkejut.
"Kita harus menyatu Sarala, agar kita bisa lebih kuat!" Nada suara Alicia berubah kuat.
"Dan, kalung ini akan menyatukan kita,"
**
Masa lalu Sarala masih berlanjut di bab selanjutnya...
Sampai jumpa... Masih banyak penjelasan dan misteri yang belum terpecahkan...
Jangan lupa tinggalkan jejak gengs!!!
See U...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarala Fioriele [TAMAT]
Mystery / ThrillerDia bernama Sarala Fioriele. Usianya baru delapan belas tahun. Gadis cantik dengan mata hijau se-tajam elang. Siap mengawasi siapa saja yang mengusik hidupnya. Di hari sekarang atau pun di masa lalu. Tidak akan melepaskan siapapun yang bersalah. Kau...