Kezio Adalard Endrico

1.9K 143 3
                                    

"Jadi, kau belum memberitahu Ayahmu soal pernikahan kita?"

Sarala mendelik ke arah Diven yang duduk di sofa, sementara ia menuang teh ke dalam gelas. "Aku rasa, kau tidak benar-benar serius denganku." ucap Sarala sembari meletakkan gelas di atas meja, tidak jadi meminumnya.

"Bukan begitu, hanya saja..."

Sarala memotong ucapan Diven.
"Hanya saja kau benar-benar tidak ingin menikahiku. Benarkan?"

Diven diam. Sesaat kemudian ia ingin mengatakan sesuatu namun urung ia lakukan. Membuat Sarala menghela napas.

"Pernikahan kita sudah dekat, Dive. Dan aku belum mengenal satu pun keluargamu." Sarala memperlembut suaranya tatkala ia melihat wajah Diven yang berubah murung.

"Sebenarnya aku sedikit tidak cocok dengan Ayah. Tapi, kau benar. Kau berhak mengenal keluargaku."

"Jadi?"

"Besok pagi. Aku akan menjemputmu dan kita pergi menemui Ayahku."

Sarala tersenyum seraya mengangguk.

*****

Mata pria paruh baya itu menyelidik. Ia menatap Sarala lekat dari bawah hingga atas. Menilai seberapa pantas gadis itu menjadi menantunya.

Cantik dan memepesona, walau hanya memakai gaun sederhana. Itulah yang pria itu tangkap dari Sarala. Namun, ia merasa ada sesuatu dalam diri gadis itu. Sesuatu yang tidak dapat ia jelaskan.

"Bagaimana Ayah? Apa Ayah akan memberi restu kepada kami?" tanya Diven. Ada nada sinis di sana.

Pria itu berdiri dari kursi kerjanya. Ia berjalan memutar dan berdiri di antara putra dan calon menantunya.

Pria itu tertawa kecil, "Kalau pun aku tidak memberi restu. Apa kamu akan tetap menikahinya?"

Diven menatap malas Ayahnya. "Sebenarnya aku tidak memerlukan restu Ayah. Aku kesini hanya sebatas melaksanakan formalitas sebelum menikah."

"Kalau begitu, aku tidak perlu menjawab. Kalian boleh pergi." ucap pria itu dengan nada mengusir.

Seketika darah Diven memanas hingga ke ubun-ubun.
"Ayah macam apa?" ucapnya dengan tangan terkepal.

"Sudahlah, Dive. Kita pergi saja, aku sudah cukup mengenal calon Ayah mertuaku."

Sarala meraih tangan Diven. Menengkan pria itu dan menariknya keluar dari ruangan sang Ayah.

Sebelum menutup pintu, Sarala menatap dingin calon Ayah mertuanya. Sebuah seringai tipis terlukis disana.

*****

Kezio Adalard Endrico. Seorang pengusaha besar di Inggris. Perusahaannya bergerak di bidang musik, periklanan dan seputar dunia entertainment. Mengorbitkan banyak artis-artis besar yang kemudian terkenal di dunia.

Bukan hanya itu, ia juga memiliki beberapa pabrik tekstil, mobil dan alat-alat elektronik yang tersebar di Inggris. Bahkan, ada beberapa di luar negeri. Namun, ada satu bisnis lagi yang jarang diketahui orang-orang. Bisnis yang membuat Diven seketika membenci Ayahnya setelah mengetahui bisnis tersebut.

Kezio adalah Ayah Diven. Pria yang sangat sibuk, hingga terkadang melupakan anaknya. Walau seperti itu, namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat menyayangi putra satu-satunya itu.

Kezio mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mengetik beberapa digit nomor dan memanggilnya.

"Ada tugas untukmu...cari tahu tentang gadis bernama Sarala."

Setelah itu, Kezio mematikan ponselnya. Tersenyum masam, seraya berpikir.

Ada sesuatu dalam diri gadis itu. Sesuatu yang seketika membuat Kezio mengingat masa lalu. Masa lalu yang sangat ia sesali. Masa dimana orang yang paling ia cintai meninggal, di tangannya sendiri.

"Kenapa aku merasa gadis itu mirip dengannya?"

*****

Maaf telat update. Alasannya? Tidak dapat ku beritahu.

Aku mau mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Author minta maaf jika selama ini punya salah sama kalian. Minta maaf karena banyak typo. Pokoknya maaf deh.

Makasih......

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang