Masa Lalu

1.7K 99 8
                                        

Apa kau tidak mengenaliku?"

Sarala maju, menjambak rambut Gober ke belakang.

Aku bukan Sarala," ujarnya pelan tepat di telinga Gober. "Aku Alicia. Mantanmu."

Mata Gober terbelalak, "Alicia? Tidak mungkin!" Gober mencoba menyanggah. Padahal dalam hatinya mengakui bahwa suara dan tatapan tajam Sarala saat ini sangat mirip dengan Alicia. Tapi, apa hal seperti itu bisa terjadi?

"Apanya tidak mungkin? Semua itu bisa saja terjadi jika..."

FLASHBACK

London, tiga tahun yang lalu...

Saat itu hujan turun begitu derasnya. Membuat lari Alicia melambat karena tanah yang licin.

Rumahnya tinggal sedikit lagi. Namun, isak tangis seseorang membuatnya berhenti.

Alicia mencari sumber suara itu. Dan, menemukan seorang gadis remaja sedang menangis di bawah pohon besar.

Alicia mendekatinya, menyapa gadis itu dengan ramah.

"Hei, kenapa kau menangis di sini?" tanyanya lembut mengusap rambut gadis itu.

Gadis remaja itu mendongak, menatap Alicia penuh pengharapan.

"Tolong aku..." lirihnya.

Dahi Alicia mengernyit, "Kamu kenapa? Apa yang bisa aku lakukan?"

"Bawa aku dari tempat ini. Aku takut sendirian. Seseorang mengejarku." mohon gadis remaja itu.

Alicia menatapnya lembut, merasa kasihan pada gadis remaja itu.

"Rumahmu di mana?"

Gadis remaja itu menggeleng. "Aku tidak punya siapa-siapa. Aku datang sendirian ke kota ini. Seluruh keluargaku dibantai. Di sini pun aku diburu."

Mata gadis remaja itu penuh ketakutan.

"Baiklah, kau boleh ikut denganku. Oh, ya. Siapa namamu?"

Mendengar itu, senyum gadis remaja itu terbit.

"Sarala. Namaku Sarala. Terima kasih bibi, aku akan melakukan apapun yang bibi mau." ujar Sarala kembali riang.

Alicia membawa Sarala ke rumahnya.

Awalnya, semua baik-baik saja, hingga...

**

"Apa kau ingin mendengar kelanjutannya?" tanya Alicia yang kini berada dalam tubuh Sarala. "Tidak semudah itu."

Alicia mundur, "Kau harus membayarnya Gober. Semua ini terjadi karena ulahmu."

Mata hitam Sarala menatap Gober benci.

"Aku akan membuatmu menderita. Lebih menderita dari kematian."

Alicia berjalan menuju lemari tua. Mengambil sebuah botol yang terbuat dari kayu. Wanita itu menyeringai. Membawa ramuan itu kehadapan Gober.

"Inikan yang pernah kau berikan pada kakakku?"

Alicia tersenyum iblis, sementara Gober menatap benda itu horor.

"Tidak. Tidak, Alicia! Jangan kau lakukan itu." ujarnya memohon.

Alicia memandangnya remeh, "Kenapa tidak?"

Alicia maju, meraih dagu Gober. Memaksa pria paruh baya itu menenggak ramuannya.

Walau mencoba mengelak, namun nyatanya Alicia tetap mampu membuat Gober menenggak ramuan itu.

"Sampai jumpa lain kali, my ex..."

**

Diven menguap beberapa kali saat terbangun di pagi hari.

Ia tersenyum menatap Sarala yang tertidur polos di sampingnya.

Pria tampan itu mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya. Mengecup keningnya lembut. Kemudian, berbisik, "Selamat pagi istri cantikku."

Namun, sedikitpun Sarala tidak terpengaruh. Wanita itu masih nampak lelap dalam tidurnya.

"Wajahnya terlihat lelah." gumam Diven mengelus lembut pipi Sarala.

Ia tidak membangun Sarala. Ia pergi ke kamar mandi untuk mandi terlebih dahulu.

Mengambil handuk, Diven memasuki kamar mandi. Tak sampai setengah jam ia kembali dengan handuk terlilit di pinggangnya.

Rambutnya basah, dan ia tengah mencoba mengeringkannya dengan sebuah handuk kecil.

Tepat saat Diven membuka lemari pakaian, Sarala terbangun. Mata hijaunya menatap Diven sayu.

Sarala beranjak dari kasur. Menghampiri suaminya dan mencium pipi Diven lembut.

"Pagi suamiku." ucapnya lembut seraya tersenyum.

Diven ikut tersenyum, "Pagi istriku. Kau tidur sangat nyenyak."

"Iya. Kemarin, aku sangat kelelahan."

Sarala mengambil pakaian Diven dari dalam lemari.

Kemudian, membantu suaminya itu bersiap-siap.

"Memang, apa yang kamu kerjakan?"

Sarala tengah memasang dasi pada kemeja Diven.

"Hanya menemani Carolin belanja."

Diven hanya bergumam.

Tiba-tiba terdengar suara riuh dari luar rumah.

Sarala dan Diven menengok dari jendela.

"Siapa itu?" tanya Diven menatap seorang pria penuh borok di bawah sana. Pria itu nampak ingin masuk ke dalam rumah.

Sarala mengedikkan bahu, "Tidak tahu."

Para penjaga mencoba mengusir orang itu. Namun, orang itu tidak mau pergi. Ia ngotot ingin masuki kediaman Kezio.

Tiba-tiba pintu kamar Diven diketuk.

"Masuk!" suruh Diven.

Seorang pelayan pria masuk dan membungkuk hormat pada Diven.

"Ada apa di luar?" tanya Diven.

Sang pelayan enggan menceritakan.

"Cepat katakan, siapa orang itu?"

Sang pelayan mengangguk.

"Orang itu adalah..."

**

Tada!!! Akhirnya up!!!

Ada yang penasaran?

Sebenarnya aku bisa aja rajin up. Tapi, karena sedikit yang respon aku jadi kurang semangat.

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang