Bekas luka sebagai bukti

1.7K 105 4
                                    

Maafkan gaes kalo ada typo.

Anti edit-edit club.

Happy reading!

**

"Orang itu adalah Mr. Gober, tuan."

Seketika mata Diven membulat mendengar ucapan pelayan pria itu. Sementara, Sarala di sampingnya hanya diam.

"Orang itu sama sekali tidak mirip dengan Paman Gober."

Diven tidak percaya. Ia yakin pelayan ini pasti berbohong. Tapi, jika ia pikir lagi, untuk apa pelayan itu berbohong padanya?

"Dia memang Mr. Gober, tuan. Walau di sekujur tubuh dan wajahnya di penuhi borok, tapi bekas luka di keningnya masih kontras terlihat." tutur pelayan itu sopan.

"Sebaiknya kita pastikan saja, Diven." ujar Sarala.

Diven mengangguk, "Ayo!" ajaknya menggenggam tangan Sarala menuju teras.

Sesampainya di bawah hal yang pertama mereka cium adalah bau busuk yang menyengat. Refleks Diven mengibaskan tangannya di udara untuk meminimalisir bau yang masuk ke hidungnya.

Orang yang diduga Gober itu meronta-ronta di tangan beberapa bodyguard yang menahan tubuhnya.

Gober berteriak-teriak tidak jelas, "Wanita itu telah kembali... Ia kembali dengan wujud lain!!!" teriak Gober sembari meronta. Suaranya tidak jelas dan terdengar bercanda.

Diven maju, berdiri tepat di hadapan Gober.

"Apa benar kau Paman Gober?" tanyanya sembari menahan napas.

Gober tidak menjawab, pria paruh baya itu justru tertawa. Tapi, melihat bekas luka di kening pria itu yang hampir membentuk bintang, Diven jadi yakin jika itu memang Paman Gober. Tapi, kenapa ia menjadi seperti ini? Penuh borok dan bertingkah bak orang gila. Padahal beberapa hari yang lalu Paman Gober masih sehat.

"Aku pembunuh, tapi aku bukan pembunuh. Apa aku pembunuhan?" ucapnya tidak nyambung kemudian kembali tertawa.

"Lepaskan aku!" ujarnya lagi.

Diven mundur. Sebenarnya ia sangat jijik melihat keadaan Gober. Seluruh tubuhnya penuh borok yang mengeluarkan nanah. Sebenarnya, bodyguard yang menahannya juga merasa jijik dan ingin muntah. Tapi, mau bagaimana lagi, tugas mereka menjaga kediaman Kezio tetap aman.

"Bagaimana ini tuan?" tanya salah satu bodyguard yang menahan Gober.

"Apa Ayah tidak di sini?"

Bodyguard itu menggeleng, "tuan Kezio sedang berada di New York."

"Apa kalian sudah memberitahunya mengenai hal ini?" tanya Diven lagi.

"Belum tuan, belum sempat."

Diven mengangguk, "Baiklah, lebih baik kalian bawa Paman ke rumah kecil yang ada di belakang. Aku akan menyewa dokter untuk menanganinya."

Tepat saat Diven mengatakan itu, Gober berhasil melepaskan diri dari genggaman anak buah Kezio.

Pria paruh baya itu langsung berlari, "Aku pembunuh! Tapi, aku bukan pembunuh!" ucapnya berkali-kali kemudian tertawa-tawa.

"Paman!!! Jangan lari!!" panggil Diven.

"Kalian kejar!" seru Diven.

Namun, para bodyguard itu diam. Beberapa detik kemudian mereka muntah setelah menahan rasa jijik dan bau terlalu lama.

Diven menggeram, "Kalian tidak berguna!" bentaknya kemudian mengejar Gober seorang diri.

Gober adalah sahabat Ayahnya sejak dulu. Pria paruh baya itu sudah Diven anggap sebagai pamannya sendiri. Itu sebabnya ia tidak akan membiarkan Gober terlantar dengan kondisi seperti itu.

"Paman berhenti!!" teriak Diven saat melihat Gober melewati gerbang.

Bruakk!!

"Paman!!!" teriak Diven lebih keras lagi saat melihat tubuh Gober terlempar ke sisi jalan. Sebuah truk menabrak Gober saat pria itu hendak menyebrang.

Diven duduk bersimpuh di tanah, memandang tubuh Gober yang tidak lagi bernyawa.

Di belakangnya Sarala berlari menghampirinya, wanita itu tersenyum tipis tatkala melihat keadaan Gober. Kemudian, ia mendekati Diven. Memeluk pria itu, kemudian berkata, "Relakan. Ini takdir."

***

Gimana part ini?

Ada yang suka? Or enggak suka?

Selanjutnya siapa yang bakalan pergi lagi untuk selama-lamanya?

A. Diven
B. Kezio
C. Jeslyn
D. Aland
E. Troy
F. Sarala

Aku bakalan up, kalo lima di antara kalian jawabannya bagus.

Kalau enggak, aku enggak tahu kapan up lagi...

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang